TUGAS KMMB EKOLOGI LAUT TROPIS [KELOMPOK II]

LAPORAN EKOLOGI LAUT TROPIS
HASIL OBSERVASI KAWASAN KONSERVASI MANGROVE DAN BEKANTAN (KKMB) DI KOTA TARAKAN




Disusun oleh:
                             Ketua Kelompok 
                                      Feriansyah                              14.301010.009
                             Anggota:
                                      Nurlina                                    14.301010.010
                                      Endah Dwi septiana               14.301010.011
                                      Johan wahyudi                       14.301010.015
                                      Febrianto tolla p                    14.301010.016
                                      Junita matius                         14.301010.017
                                      Irpan                                       14.301010.020
                                      Wahyuni Puspitasari             12.301010.019
                                      Rudi Hartono                         12.301010.010
                                      Subandi                                  12.301010.050



JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2015



KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelasaikan Laporan Observasi lingkungan pada Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) di Kota Tarakan, dengan lancar tanpa adanya hambatan yang berat.
Tak lupa ucapan terima kasih kepada Bapak Ibrahim atas bimbingannya dan selaku Dosen pengajar Mata Kuliah Ekologi lau tropis,  dan saya ucapan terima kasih juga pada rekan – rekan semua atas segala kritik dan saran yang di sampaikan dalam proses pembuatan laporan ini sampai selesai.
Laporan ini dibuat sebagai salah satu tugas yang wajib dipenuhi oleh Mahasiswa untuk melengkapi tugas akhir semester tiga, dalam Mata Kuliah Ekologi Laut Tropis.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan masukan dan kritikan yang bersifat membangun.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini bermanfaat sebagai pengetahuan umum bagi para pembaca.
Tarakan, 29 Desember 2015


Penyusun Kelompok II



DAFTAR ISI

Kata pengantar
Daftar isi
BAB I: PENDAHULUAN
          1.1     Latar Belakang
          1.2     Pendekatan Masalah
          1.3     Tujuan
          1.4     Manfaat
BAB II: Tinjauan Teori 
          2.1 Mangrove
                   2.1.1 Konsep Hutan Mangrove
                   2.1.2 Zonasi Ekosistem Hutan Bakau
                   2.1.3 Fungsi dan Manfaat Utama Ekosistem Hutan Bakau
BAB III: METODE
          3.1 Waktu dan Lokasi
                   3.1.1 Waktu
                   3.1.2 Lokasi
          3.2 Alat dan Bahan
          3.3 Prosedur Kerja
                   3.3.1 Pengamatan
                   3.3.2 Pencatatan
3.3.3 Tanya Jawab
BAB IV: Hasil Laporan
          4.1     Pengertian Hutan Mangrove
        4.2    Mengidentifikasi semua jenis makhluk hidup yang terdapat di KKMB
                   4.2.1 Jenis Flora yang terdapat di KKMB Tarakan
                   4.2.2 Jenis makhluk hidup yang terdapat di KKMB
                             4.2.2.1 Jenis-jenis makhluk hidup Terestrial
                             4.2.2.2 Jenis-jenis makhluk hidup Akuatik
BAB V: Penutup
          5.1     Kesimpulan
          5.2     Saran-Saran
Daftar pustaka



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Hutan mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik dan khas, terdapat di daerah pasang surut di wilayah pesisir, pantai, dan atau pulau-pulau kecil, dan merupakan potensi sumberdaya alam yang sangat potensial.  Hutan mangrove memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi, tetapi sangat rentan terhadap kerusakan apabila kurang bijaksana dalam mempertahankan, melestarian dan pengelolaannya.
Hutan mangrove sangat menunjang perekonomian masyarakat pantai, karena merupakan sumber mata pencaharian masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Secara ekologis hutan mangrove di samping sebagai habitat biota laut, juga merupakan tempat pemijahan bagi ikan yang hidup di laut bebas. 
Mangrove memiliki beberapa manfaat seperti manfaat ekologi dan ekonomi.  Manfaat ekologi mangrove diantaranya adalah sebagai pelindung alami pantai dari abrasi, mempercepat sedimentasi, mengendalikan intrusi air laut, dan melindungi daerah di belakang mangrove dari gelombang tinggi dan angin kencang, tempat memijah, mencari makan, dan berlindung bagi ikan, udang, kepiting dan biota laut lainnya.
Sedangkan manfaat ekonomi mangrove yaitu sebagai bahan makanan, minuman, obat-obatan, pewarna alami, dan sebagai obyek ekowisata.

1.2    Pendekatan Masalah
1.    Apa yang dimaksud hutan mangrove?
2.    Apa peranan dan fungsi hutan mangrove di KKMB?
3.    Bagaimana pengamatan mengenai habitat ekosistem mangrove di KKMB?
4.    Apa saja Jenis-jenis spesies hewan laut baik di bagian terrestrial ataupun bagian akuatik di KKMB?
5.    Apa saja jenis-jenis pohon mangrove dan apa-apa saja yang mempengaruhinya yang terdapat di KKMB?
1.3    Tujuan
1.    Agar mahasiswa/i lebih mengenal dan mengetahui serta memahami tentang ekosistem mangrove secara visualisasi dengan cara pengidentifikasian dan pencatatan.
2.    Agar mahasiswa/i mengetahui dan memahami dan mengerti mengenai jenis-jenis biota / spesies hewan laut baik di bagian terrestrial ataupun di bagian akuatik yang berada di ekosistem mangrove di KKMB Kota Tarakan.
3.    Agara mahasiswa/i berbagai macam cara dan pemahaman mengenai berbagai macam variable yang mempengaruhi kelangsungan hidup dari mangrove dan biota lainnya secara sosial. (predasi, simbiosis, kompetisi) dengan pengaplikasian pembelajaran dengan system teoritis menjadi mahasiswa yang mampu menginterpretasikan secara mandiri dan responsibility.

1.4    Manfaat
1.    Mengetahui kajian secara komprehensif mengenai kondisi ekologi dari mangrove dan habitatnya.
2.    Memahami jenis-jenis pohon mangrove dan factor-faktor yang mempengaruhi kehidupan mangrove di KKMB.
3.    Mengetahui kegunaan dan fungsi keberadaan hutan mangrove di KKMB.
4.    Mengetahui berbagai jenis biota yang ada di KKMB secara langsung yang ada di sekitar pohon mangrove di KKMB.

5.    Memahami biota baik di bagian terrestrial dan maupun di bagian akuatik di KKMB Kota Tarakan.1.     



BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Mangrove
2.1.1 Konsep Hutan Mangrove
Kata mangrove merupakan kombinasi anatara kata Mangue (bahasa portugis) yang berarti tumbuhan dan kata Grove (bahsa Inggris) yang berarti belukar atau hutan kecil. Ada yang menyatakan mangrove dengan kata Mangal yang menunjukan komunitas suatu tumbuhan. Atau mangrove yang berasal dari kata Mangro, yaitu nama umum untuk Rhizophora mangle di Suriname. Di Prancis padanan yang digunakan untuk mangrove adalah kata Manglier (Phurnomobasuki dalam Ghufran: 2012). Untuk lebih jelas alagi mengenai devinisi hutan mangrove dapat kita lihat pendapat menurut para ahli sebagai berikut:
a.    Mangrove menurut Ghuffran (2012), hutan mangrove sering disebut sebagai hutan bakau atau hutan payau (mangrove forest atau mangrove swamp forest) sebuah ekosistem yang terus-menerus mengalami tekanan pembangunan.
b.    Mangrove menurut arief dalam Ghufran (2012), hutan mangrove dikenal dengan istilah vloedbosh, kemudian dikenal dengan istilah “payau” karena sifat habitatnya yang payau, yaitu daerah dengan kadar garam antara 0,5 ppt dan 30 ppt. Disebut juga ekosistem hutan pasang surut karena terdapat di daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Berdasarkan jenis pohonnya, yaitu bakau, maka kawasan mangrove juga disebut hutan bakau.
c.    Mangrove menurut Supriharyono dalam Ghufran (2012), kata mangrove memiliki dua arti, pertama sebagai komunitas, yaitu komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap garam/salinitas dan pasang surut air laut, dan kedua sebagai individu spesies.
d.    Mangrove menurut Tomlinson dalam Ghufran (2012) adalah istilah umum untuk kumpulan pohon yang hidup di daerah berlumpur, basah, dan terletak di perairan pasang surut daerah tropis.
Berdasarkan pendapat para ahli tentang devinisi mangrove, maka yang dimaksud dengan mangrove dalam penelitian ini adalah kelompok tumbuhan berkayu yang tumbuh di sekeliling garis pantai dan memiliki adaptasi yang tinggi terhadap salinitas payau dan harus hidup pada kondisi lingkungan yang demikian. Penggunaan istilah hutan mangrove diganti dengan hutan bakau, mengingat persepsi dan pengetahuan hutan mangrove oleh masyarakat Desa Pematang Pasir adalah “Hutan Bakau”. Alternatif ini dilakukan dengan pertimbangan agar penelitian ini tidak mengalami bias pembahasan.
2.1.2 Zonasi Ekosistem Hutan Bakau
Bakau merupakan tipe tumbuhan tropik dan subtropik yang khas, tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan bakau banyak dijumpai di pesisir pantai yang terlindungi dari gempuran ombak dan daerah landai. Hutan bakau tumbuh optimal di wilayah pesisir yang memiliki muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur, sedangkan diwilayah pesisir yang tidak memiliki muara sungai pertumbuhan vegetasi mangrove tidak optimal. Hutan bakau tidak atau sulit tumbuh diwilayah yang terjal dan berombak besar yang berarus pasang surut kuat, karena kondisi ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur yang iperlukan sebagai substrat (media) bagi pertumbuhannnya (Dahuri: 2003). Ada 5 faktor menurut Sukardjo dalam Ghufran (2012) yang mempengaruhi zonasi hutan bakau di kawasan pantai tertentu yaitu:
1.    Gelombang air laut yang menentukan frekwensi tergenang.
2.    Salinitas, kadar garam yang berkaitan dengan hubungan osmosis hutan bakau.
3.    Substrata tau media tumbuh.
4.    Pengaruh darat, seperti aliran air masuk dan rembasan air tawar.
5.    Keterbukaa terhadap gelombang, yang menentukan jumlah substrat yang dapat dimanfaatkan.
Meskipun tidak ada cara universal dalam menuntukan zonasi hutan bakau di suatu kawasan, tetapi skema umum hutan bakau untuk penggunaan secara luas pada daerah Indonesia dapat digunakan seperti konsep yang di berikan oleh Supriharyono dalam Ghufran (2012), ia membagi zona hutan bakau berdasrkan jenis pohon kedalam enam zona, yaitu:
1)   zona perbatasan dengan daratan,
2)   zona semak-semak tumbuhan ceriops;
3)    zona hutan Lacang;
4)   zona hutan Bakau;
5)   zona Api-api yang menuju ke laut; dan
6)   zona Pedada.
Sementara Watson dalam Ghufran (2012) membagi zona hutan hutan bakau berdasarkan frekwensi air menjadi 5 zona, yaitu:
1.    Hutan yang paling dekat dengan laut ditumbuhi oleh Api-api dan Pedada. Pedada tumbuh pada lumpur yang lembek dengan kandungan organic yang tinggi. Sedangkan Api-api tumbuh pada substrat yang liat agak keras.
2.    Hutan pada subtrat yang lebih tinggi biasanya ditumbuhi oleh Lacang. Hutan ini tumbuh pada tanah liat yang cukup keras dan dicapai oleh beberapa air pasang saja.
3.    Ke arah dataran lagi hutan dikuasai oleh Bakau. bakau lebih banyak dijumpai pada kondisi yang agak basah dan lumpur yang agak dalam. Pohon-pohon dapat tumbuh tinggi 35-40 m.
4.    Hutan yang dikuasai oleh Nyirih kadang dijumpai tanpa jenis pohom lainnya.
5.    Hutan mangrove terakhir dikuasai oleh Nipah, zona ini adalah wilayah peralihan antara hutan mangrove dan hutan daratan.
Pembagian hutan bakau juga di bedakan berdasrkan struktur ekosistemnya, yang secara garis besar dibagi menjadi tiga formasi (Purnamabasuki dalam Ghufran: (2012), sebagai berikut:
1.    Hutan Bakau Pantai, pada tipe ini pengaruh air laut lebih dominan dari airsungai. Struktur horizontal formasi ini dari arah laut kedarat dimulai daripertumbuhan Pedada diikuti oleh komunitas campuran Pedada, Api-api, Bakau, selanjutnya komunitas murni Bakau dan akhirnya komunitascampuran Lacang.
2.    Hutan Bakau Mura, pada tipe ini pengaruh air laut sama kuat denganpengaruh air sungai. Hutan bakau muara dicirikan Bakau ditepian alur di ikuti komunitas campuran Bakau-Lacang dan diakhiri dengan komunita murni Nipah.
3.    Mangrove Sungai, pada tipe ini pengaruh air sungai lebih dominan dari pada air laut dan berkembang pada tepian sungai yang relatif jauh dari muara. Pada tipe ini hutan bakau banyak ber asosiasi dengn komunitas tumbuhan daratan.

2.1.3 Fungsi dan Manfaat Utama Ekosistem Hutan Bakau
Setidaknya ada tiga fungsi utama ekosistem hutan bakau yang di kemukakan Nontji dalam Ghufran (2012), yaitu:
1.    Fungsi fisis, meliputi: pencegah abrasi, perlindungan terhadap angin, pencegah intrusi garam, dan sebagai penghasil energi serta hara.
2.    Fungsi biologis, meliputi: sebagai tempat bertelur dan tempat asuhan berbagai biota.
3.   Fungsi ekonomis, meliputi: sebagai sumber bahan bakar (kayu bakar danarang), bahan bangunan (balok, atap, dan sebagainya), perikanan, pertanian, makanan, minuman, bahan baku kertas, keperluan rumah tangga, tekstil, serat sintesis, penyamakan kulit, obat-obatan, dan lain-lain.



BAB III
METODE
3.1 Waktu dan Lokasi
3.1.1 Waktu
Kegiatan kulaih lapang dari mata kuliah Pengantar Ekologi Laut Tropis dilaksanakan sebanyak dua tahap per kelompok.
1.    Diadakan kuliah lapang pada hari Sabtu jam 08.45 WITA dengan lokasi di daerah KKMB Kota Tarakan pada tanggal 7 November 2015.
2.    Diadakan kuliah lapang pada hari Sabtu jam 08.45 WITA dengan lokasi di daerah KKMB Kota Tarakan pada tanggal 14 November 2015.
3.1.2 Lokasi
Lokasi praktikum Ekologi Laut Tropis adalah di kawasan konservasi mangrove dan bekantan (KKMB) Kota Tarakan.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum adalah:
Ø  Alat tulis menulis/ pencacatan
Ø  Alat dokumentasi ( kamera foto/ digital kamera/ hp)
Ø  Plastic.
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam kegiatan kuliah lapang mata kuliah pengantar Ekologi Laut Tropis yaitu:
3.3.1 Pengamatan
Kegiatan pertama Tanggal 7 Novembar 2015 yaitu:
·         Mengenal dan mengetahui secara visualisasi mengenai jenis-jenis pohon mangrove dan factor-faktor yang mempengaruhi kehidupan mangrove di KKMB (Pada tanggal 7 November 2015).
·         Mengamati Mengenai kegunaan dan fungsi keberadaan hutan mangrove Bekantan (KKMB) (Pada Tanggal 7 November 2015).
·         Mengamati dan mengidentifikasi jenis-jenis mangrove di KKMB (Pada Tanggal 7 November 2015).
Kegiatan kedua Tanggal 14 November 2015 yaitu:
·         Mengamati berbagai jenis biota yang ada di KKMB secara langsung yang ada interaksi sosial di sekitar pohon mangrove di KKMB (pada tanggal 14 Novembar 2015).
·         Mengamati biota di bagian Terestrial dan bagian akuatik di kawasan konservasi mangrove bekantan (KKMB) Kota Tarakan (pada tanggal 14 November 2015).
3.3.2 Pencatatan
·         Tahap Pertama pada tanggal 7 Novembar 2015 mencatat dan mendokumentasikan mengenai berbagai jenis-jenis pohon mangrove dan factor-faktor apa saja yang mengenai beserta foto dari DAUN, BUNGA dan BUAH dari pohon mangrove.
·         Tahap kedua pada tanggal 14 November 2015 mencatat dan mendokumentasikan berbagai jenis-jenis biota apa saja yang berada si sekitar pohon mangrove baik dari segi akuatik ataupun dari segi terrestrial.
3.3.3 Tanya Jawab
Memberikan pengarahan dan pemahaman yang dilakukan oleh mahasiswa/I yaitu pengamatan secara langsung baik secara visualisasi maupun pencatatan yang dapat dijadikan sebagai penambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang di miliki secara aplikatif terhadap media di kawasan konservasi mangrove bekantan (KKMB) Kota Tarakan.·          


BAB IV
HASIL LAPORAN

4.1        Pengertian Hutan Mangrove
Hutan Mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa yang berair payau dimana terletak pada pantai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut, dimana hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik, baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai dimana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
4.2        Mengidentifikasi semua jenis makhluk hidup yang terdapat di KKMB
4.2.    4.2.1   Jenis Flora yang terdapat di KKMB Tarakan

1.   Bakau Merah (Rhizophora Apiculata)
Jenis akar: akar tunjang (stilt root)


Bakau adalah nama sekelompok tumbuhan dari marga Rhizophora, suku Rhizophoraceae. Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri yang menyolok berupa akar tunjang yang besar dan berkayu, pucuk yang tertutup daun penumpu yang meruncing, serta buah yang berkecambah serta berakar ketika masih di pohon (vivipar). 
Pohon besar, dengan akar tunjang yang menyolok dan bercabang-cabang. Tinggi total 4-30 m, dengan tinggi akar mencapai 0.5-2 m atau lebih di atas lumpur, dan diameter batang mencapai 50 cm. Bakau merupakan salah satu jenis pohon penyusun utama ekosistem hutan bakau.
Daun tunggal, terletak berhadapan, terkumpul di ujung ranting, dengan kuncup tertutup daun penumpu yang menggulung runcing. Helai daun eliptis, tebal licin serupa kulit, hijau atau hijau muda kekuningan, berujung runcing, bertangkai, 3,5-13 × 7-23 cm. Daun penumpu cepat rontok, meninggalkan bekas serupa cincin pada buku-buku yang menggembung.
Bunga berkelompok dalam payung tambahan yang bertangkai dan menggarpu di ketiak, 2-4-8-16 kuntum, berbilangan 4. Tabung kelopak bertaju sekitar 1,5 cm, kuning kecoklatan atau kehijauan, melengkung. Daun mahkota putih berambut atau gundul agak kekuningan, bergantung jenisnya. Perbungaan terjadi sepanjang tahun.

2.   Bakau Panggang/ Putih/ Blukap (Rhizophora Mucronata)
Jenis akar: akar tunjang (stilt root)
 
Mempunyai akar yang sedikit, dan daunnya agak sedikit berserabut    KKMB    ±5 Meter. Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri yang menyolok berupa akar tunjang yang besar dan berkayu. Dan ciri-ciri pada daun tersebut cukup lebar.

3.   Bius Rancang (Briguiera Parviflora)
Jenis akar: Akar lutut (knee roots)


Termasuk kedalam family Rhizophora Ceae, tinggi pohon 6 meter keatas. Daun sisi atas hijau sisi bawah hijau muda bentuk elips, panjang 9 – 14 cm dan lebar 2 – 5 cm. Bunga dan buah kecil terdapat 3 – 4 bunga dalam satu tangkai 2 – 3 cm kelopak bunga berjumlah 8 dengan panjang 0,6 – 10 cm buah berbentuk memanjang silindris berdiameter 0,5 cm dan panjang 15 – 20 cm berwarna hijau kekuningan. Kulit batang dan akar berwarna gelap dan kasar dan lutut yang muncul ke permukaan tanah.



4.   Nipah (Nypa Fructicans)
 

Nipah adalah sejenis palem (palma) yang tumbuh di lingkungan hutan bakau atau daerah pasang-surut dekat tepi laut. batang pohon nipah menjalar di tanah, membentuk rimpang yang terendam oleh lumpur. Hanya roset daunnya yang muncul di atas tanah, sehingga nipah nampak seolah-olah tak berbatang. Akar serabutnya dapat mencapai panjang 13 m. Karena perakaran nipah ini hanya terletak dalam lumpur yang sifatnya labil maka rumpun-rumpun nipah dapat dihanyutkan oleh air sampai ke laut. Batang nipah terendam oleh lumpur.
Hanya daunnya yang muncul di atas tanah. Daun nipah yang telah tua banyak dimanfaatkan secara tradisional untuk membuat atap rumah yang daya tahannya mencapai 3-5 tahun. Daun nipah yang masih muda mirip janur kelapa, dapat dianyam untuk membuat dinding rumah yang disebut kajang. Daun nipah juga dapat dianyam untuk membuat tikar, tas, topi dan aneka keranjang anyaman.




5.   Api – api (Avicenna alba)
     Jenis akar: Akar napas/akar pasak

 Api-api adalah Nama sekelompok tumbuhan dari marga Avicennia, suku Acanthaceae. Api-api biasa tumbuh di tepi atau dekat laut sebagai bagian dari komunitas hutan bakau. Nama Avicennia dilekatkan pada genus ini untuk menghormati Ibnu Sina, di dunia barat terkenal sebagai Avicenna, Sebagai warga komunitas mangrove, api-api memiliki beberapa ciri yang merupakan bagian dari adaptasi pada lingkungan berlumpur dan bergaram. Di antaranya:  Akar napas serupa paku yang panjang dan rapat, muncul ke atas lumpur di sekeliling pangkal batangnya. Daun-daun dengan kelenjar garam di permukaan bawahnya. Daun api-api berwarna putih di sisi bawahnya, dilapisi kristal garam. Ini adalah kelebihan garam yang dibuang oleh tumbuhan tersebut. Biji api-api berkecambah tatkala buahnya belum gugur, masih melekat di rantingnya. Dengan demikian biji ini dapat segera tumbuh sebegitu terjatuh atau tersangkut di lumpur.
Nama lain api-api di pelbagai daerah di Indonesia di antaranya adalah mangi-mangi, sia-sia, boak, koak, marahu, pejapi, papi, nyapi dan lain-lain.
Api-api menyukai rawa-rawa Mangrove, tepi pantai yang berlumpur, atau di sepanjang tepian sungai pasang surut. Beberapa jenisnya, seperti A. marina, memperlihatkan toleransi yang tinggi terhadap kisaran salinitas, mampu tumbuh di rawa air tawar hingga di substrat yang berkadar garam sangat tinggi. Kebanyakan jenisnya merupakan jenis pionir dan oportunistik, serta mudah tumbuh kembali. Pohon api-api yang tumbang atau rusak dapat segera trubus (bersemi kembali), sehingga mempercepat pemulihan tegakan yang rusak. Akar napas api-api yang padat, rapat dan banyak sangat efektif untuk menangkap dan menahan lumpur serta pelbagai sampah yang terhanyut di perairan. Jalinan perakaran ini juga menjadi tempat mencari makanan bagi aneka jenis kepiting bakau, siput dan teritip.
6.   Prepat (Sonneratia Alba)
     Jenis akar: Akar napas/akar pasak


Termasuk kedalam Sonneratia ceae, dengan tinggi pohon mencapai 16 meter keatas. Daun berbentuk bulat agak oval dan berpasangan dengan cabangnya panjangnya mencapai 5 – 10 cm dan lebar 5 -6 cm. Bunga dan buah berwarna putih dengan 6 – 8 kelopak bunga dan berdiameter 5 – 8 bunga sari banyak sekali dan berwarna putih buah bentuk bulat dengan diameter 3,5 – 4,5 cm berwarna hijau dengan permukaan licin. Kulit batang dan akar berwarna abu – abu dan coklat dan agak retak – retak akar berbentuk cakar ayam berpreumatafora untuk pernafasan.
Dan masih banyak sekali jenis flora yang terdapat di mangrove KKMB Tarakan yang sejenis dengan tersebut diatas seperti: Jerukan (Verbenaceae), Batata pantai (lpomoea Pes - caprae), Waru (Hibiscus Tiliacous), Amyema (Amyema Gravis), Mentigi (Ceriops Tagal) terdapat 22 jenis tanaman.

7.   Tumbuhan Paku (Acrostichum aureum)

Tanaman paku adalah sejenis paku-pakuan berukuran besar, yang biasa tumbuh di tanah di bawah naungan hutan bakau atau lahan basah lainnya. Paku atau pakis ini juga dikenal dengan banyak nama lain seperti paku larat, papah piai, paku hata diuk, warakas, krakas, kakakeok, rawayang. Dan lain-lain.



8.   Mutut Besar (Bruguiera gimnorrhiza)
     Jenis akar: Akar Lutut (knee roots)

Termasuk kedalam family Rhizophora Ceae, dengan tinggi mencapai 25 – 35 meter. Daun sisi atas hijau sampai kuning kehijauan, sisi bawah kuning kehijauan berbentuk elips panjang 10 – 20 cm, akar lebar 5 – 8 cm. Bunga dan buah berwarna merah dan memiliki kelopak sebanyak 10 – 14 cm dengan panjang 3 – 5 cm, buah berbentuk memanjang dengan diameter 1,7 – 2,0 cm dengan panjang 20 – 30 cm berwarna hijau tua / gelap. Kulit batang dan akar berwarna gelap, dengan permukaan kasar, akar berbentuk lutut yang muncul di permukaan tanah.
Daun yang sangat hijau dan tinggi 30 m. kulit kayu memiliki lentisel, permukaan halus hingga kasar, berwarna abu-abu tua sampai coklat. Akarnya seperti papan melebar 
kesamping di bagian pangkal pohon, dan memiliki akar lutut. Daun bekulit, berwarna hijau pada bagian bawahnya dengan bercak-bercak hitam ujung meruncing dengan ukuran: 4,5-7 x 8,5-22 cm. buah melingkar spiral, bundar melintang, panjang 2-2,5 cm. hipokotil lurus, tumpul dan berwarna hijau tua


9.   Ceriop decandra
Jenis akar: Akar papan (plank roots)

Pohon atau semak kecil dengan ketinggian hingga 15 m. kulit kayu berwarna coklat, jarang berwarna abu-abu atau putih kotor, permukaan halus, rapuh dan menggelembung di bagian pangkal. Daun hijau mengkilap bentuknya elipsbulat memanjang ujung membundar ukuran 3-10x1-4,5 cm. bunga mengelompok menempel dengan gagang yang pendek, tebal dan bertakik. Kelompok (2-4 bunga perkelompok). Daun mahkota 5; warna hijau, ada lentisel dan berbintil. Benang sari: tangkai benang sari pendek, sama atau lebih pendek dari pada kepala sari. Buah hipokotil berbentuk silinder, ujungnya menggelembung tajam dan berbintil, warna hijau hingga coklat leher kotiledon jadi merah tua jika sudah matang / dewasa. Ukuran hipokotil panjang 15 cm dan diameter 8-12 mm. bentuk dan ukuran daun sangat beragam bergantung pada kadar cahaya dan air dimana suatu individu tumbuh.



10.        Lumnitzera littorea
Jenis akar: Akar Lutut (knee roots)

Pohon selalu hijau dan tumbuh tersebar, ketinggian pohon dapat mencapai 25 m, meskipun pada umumnya lebih rendah. Akar berbentuk lutut, berwarna coklat tua dan kulit kayu memiliki celah/retakan membujur (longitudinal). Daun agak tebal berdaging, keras kaku, dan berumpun pada ujung dahan. Panjang tangkai daun mencapai 5 mm. bentuk daun bulat telur terbalik. Ujung membundar ukuran 2-8x1-2, 5 cm. bunga biseksual berwarna merah cerah, harum dan dipenuhi oleh nectar. Panjang tangkai bunga mencapai 3 mm, tandan 2-3 cm. memiliki dua buah pinak daun berbentuk bulat telur dan berukuran 1 mm pada bagian pangkalnya letaknya di ujung formasi bulir. Buah berbentuk seperti pot/jambangan tempat bunga/elips, berwarna hijau keunguan, agak keras dan bertulang. Ukuran pada buah panjang 9-20mm; diameter 4-5 mm.



11.        Xylocarpus granatum
Jenis akar: Akar papan (plank roots)

Pohon mencapai ketinggian 10-20 m. memiliki akar papan yang melebar ke samping. Meliuk-liuk dan membentuk celah-celahan. Batang seringkali berlubang, khususnya pada pohon yang lebih tua. Kulit kayu berwarna coklat muda-kekuningkuningan, tipis dan mengelupas, sementara pada cabang yang muda, kulit kayu berkeriput. Daun agak tebal, daun berpasangan da nada pula yang menyendiri bentuk elips bulat telur terbalik ujung membundar ukuran 4, 5 – 17 cm x 2, 5- 9 cm. bunga terdiri dari dua jenis kelamin atau betina saja. Tandan bunga muncul dari dasar tangkai daun dan bunga panjangnya 4-8 mm. daun mahkota 4 lonjong tepinya bundar, putih kehijauan panjang 5-7 mm. klopak bunga 4 cuping kuning muda, panjang 3 mm. benang sari berwarna putihb krem dan menyatu didalam tabung. Buah seperti bola kelapa berat bias sampai 1-2 kg, berkulit, warna hijau kecoklatan. Buahnya bergelantungan pada dahan yang dekat pemukaan tanah dan agak tersembunyi. Didalam buah terdapat 6-16 biji besar-besar  berkayu dan berbentuk tetrahedral. Susunan biji di dalam buah membingungkan seperti teka-teki. Buah akan pecah pada saat kering. Ukuran buah berdiameter 10-20 cm.


12.        Xylocarpus molucensis
Jenis akar: Akar napas/akar pasak

Pohon tingginya antara 5-20 m. memiliki akar nafas mengerucut berbentuk cawan. Kulit kayu halus, sementara pada batang utama memiliki guratan-guratan permukaan yang tergores dalam. Daun lebih tipis dari x.granatum, susunan daun berpasangan da nada pula yang menyendiri. Unit dan letak majemuk dan berlawanan bentuk elips bulat telur terbalik ujung meruncing ukuran 4-12 cm x 2- 6, 5 cm. bunga terdiri dari dua jenis kelamin atau betina saja. Muncul dari ketiak tangkai daun dan tangkai bunga panjangnya 2-10 mm. formasinya grombolan daun mahkota 4 putih kekuningan, lonjong, tepinya bundar, panjangnya 6-7 mm. kelopak bunga 4 cuping hijau kekunung-kuningan. Buah warna hijau, seperti jambu Bangkok, permukaan berkulit dan didalamnya terdapat 4-10 keping biji berbentung tetrahedral ukuran buah berdiameter 8-15 cm.







4.2.2 Jenis makhluk hidup yang terdapat di KKMB
4.2.2.1 Jenis-jenis makhluk hidup Terestrial
Jenis fauna yang terdapat di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) di Kota Tarakan bagian terrestrial (darat):
1.   Bekantan (Nasalis Larvatus)


Bekantan adalah si monyet Belanda atau yang lebih dikenal dengan Nama ilmiahnya Nasalis larvatus adalah sejenis kera berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan merupakan satu dari dua spesies dalam genus tunggal kera Nasalis. Sampai saat ini, jumlah di KKMB Kota Tarakan mencapai 34 ekor.

Ciri-ciri:
 Yang membedakan bekantan dari kera lainnya adalah hidung panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies jantan. Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Kera betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai monyet Belanda. Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75cm dengan berat mencapai 24kg. Kera betina berukuran 60cm dengan berat 12kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar, sebagai hasil dari kebiasaan mengonsumsi makanannya. Selain buah-buahan dan biji-bijian, bekantan memakan aneka daun-daunan, yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna. Ini mengakibatkan efek samping yang membuat perut bekantan jadi membuncit. Spesies ini menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan hidup dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10 sampai 32 kera.

2.   Elang Bondol (Haliastur Indus)

Elang Bondol salah satu fauna yang terdapat di KKMB Tarakan memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
Berukuran sedang 45 cm, berwarna putih dan coklat pirang. Dewasa: kepala, leher dan dada putih, sayap, punggung, ekor dan perut coklat terang terlihat kontras dengan bulu primer yang hitam. Biasanya sendirian, tetapi di daerah yang makanannya melimpah dapat membentuk kelompok sampai 35 individu. Terdapat 7 ekor elang di KKMB Tarakan.

3.   Monyet / Kera ekor panjang (Macaca Fascicularis)
 

Monyet ekor panjang tergolong monyet kecil yang berwarna coklat warna rambut keabu – abuan hingga coklat kemerahan dengan wajah berwarna abu – abu , memiliki gigi seri berbentuk sekop, gigi taring dan geraham untuk mengunyah makanan, panjang tubuh sekitar 38 – 55 cm ditambah ekor sepanjang 40 – 65 cm. Monyet ekor panjang hidup berkelompok dengan anggota antara 5 hingga 40-an ekor lebih. Jumlahnya sekarang hanya tinggal 5 ekor di KKMB Tarakan.

4.   Owa – owa (Hylobates Muelleri)

Owa – owa merupakan primata yang tidak memiliki ekor, berwarna coklat abu – abu tetapi warna dan pola bulu perlindungannya beragam. Tubuh bagian bawah hitam, dan mempunyai “tudung” kehitaman diatas kepala, tangan dan kakinya kehitaman, kadang hamper seluruhnya hitam. Ukuran panjang tubuh sekitar 450 – 500 mm dan beratnya sekitar 5 – 7 kg. 

5.   Kadal (Mabuya Sp)

Kadal memiliki karakteristik tubuh memanjang, tertekan lateral, badannya tertutup oleh squama yang menanduk dan tidak berlendir , mempunyai dua kaki yang kuat dan dapat digunakan untuk memanjat dengan digiti yang vascular, bernafas dengan pulmo dan fertilisasinya secara internal, serta mempunyai alat kopulasi berupa sepasang hemipenis.
6.   Biawak (Varanus Salvator)

Varanus Salvator adalah nama lain dari biawak air tawar, biawak ini memiliki ciri – ciri tubuh yang berotot dan ekor yang panjang, beratnya bias mencapai 25 kg, panjang dari moncong sampai ekor bias mencapai 3 meter lebih.

7.   Ular (Chrysopelea paradisi)

Chrysopelea paradise adalah ular berwarna hijau yang mampu berpindah dari suatu batang pohon ke batang pohon yang lain seolah olah seperti terbang, ular ini memproduksi sebuah kekuatan aerodinamis yang sebanding yang sebanding dengan yang dibuat oleh sayap pesawat kecil.



8.   Lalat (Phylum: Arthropoda)

merupakan kelompok serangga yang mempunyai dua titik artikulasi/penghubung atau dua "mandibular condyle" pada setiap "mandible"-nya, sementara kelompok lain, "Monocondylia", hanya mempunyai 1 titik artikulasi, meliputi "Thysanura" dan "Pterygota". Kelompok serangga bersayap, termasuk jenis serangga yang kini tidak lagi bersayap tetapi nenek moyangnya merupakan serangga bersayap, meliputi "Paleoptera" dan "Neoptera". kelompok serangga bersayap yang dapat melipat/mengepakan sayapnya melewati perut, meliputi 2 superorder, "Exopterygota" dan "Endopterygota", dan beberapa proposed superorder yaitu: "Dictyoptera", "Paraneoptera", "Neuropterida"/"Neuropteroidea", "Mecopteroidea"/"Antliophora", "Amphiesmenoptera".Kata "Diptera" berasal dari bahasa Yunani dimana di = dua, dan ptera = sayap. Hal yang membedakannya dengan ordo bangsa serangga lain adalah adanya sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil ("halteres") yang digunakan untuk menjaga stabilitas saat terbang. Diptera meliputi 2 suborder, yaitu "Nematocera" (subordo bangsa nyamuk) dan "Brachycera" (subordo bangsa lalat). Secara morfologi lalat dibedakan dari nyamuk berdasarkan ukuran antenanya; lalat berantena pendek, sedangkan nyamuk berantena panjang


9.   Capung

Capung adalah kelompok serangga yang tergolong ke dalam bangsa Odonata. Kedua macam serangga ini jarang berada jauh-jauh dari air, tempat mereka bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya. Namanya dalam bahasa daerah adalah papatong (Sd.), kinjeng (Jw.), coblang (Jw.), kasasiur (bjn), tjapung, dan kantolleng (bugis). Untuk genus dari capung itu sendiri cukup banyak mengingat banyaknya spesies dari capung itu sendiri. Capung (subordo Anisoptera) relatif mudah dibedakan dari capung jarum (subordo Zygoptera). Capung umumnya bertubuh relatif besar dan hinggap dengan sayap terbuka atau terbentang ke samping. Sedangkan capung jarum umumnya bertubuh kecil (meskipun ada beberapa jenis yang agak besar), memiliki abdomen yang kurus ramping mirip jarum, dan hinggap dengan sayap-sayap tertutup, tegak menyatu di atas punggungnya. Capung dan capung jarum menyebar luas, di hutan-hutan, kebun, sawah, sungai dan danau, hingga ke pekarangan rumah dan lingkungan perkotaan. Ditemukan mulai dari tepi pantai hingga ketinggian lebih dari 3.000 m dpl. Beberapa jenisnya, umumnya jenis capung, merupakan penerbang yang kuat dan luas wilayah jelajahnya. Beberapa jenis yang lain memiliki habitat yang spesifik dan wilayah hidup yang sempit. Capung jarum biasanya terbang dengan lemah, dan jarang menjelajah jauh. Siklus hidup capung, dari telur hingga mati setelah dewasa, bervariasi antara enam bulan hingga maksimal enam atau tujuh tahun. Capung meletakkan telurnya pada tetumbuhan yang berada di air. Ada jenis yang senang dengan air menggenang, namun ada pula jenis yang senang menaruh telurnya di air yang agak deras. Setelah menetas, tempayak (larva) capung hidup dan berkembang di dasar perairan, mengalami metamorfosis menjadi nimfa, dan akhirnya keluar dari air sebagai capung dewasa. Sebagian besar siklus hidup capung dihabiskan dalam bentuk nimfa, di bawah permukaan air, dengan menggunakan insang internal untuk bernapas. Tempayak dan nimfa capung hidup sebagai hewan karnivora yang ganas. Nimfa capung yang berukuran besar bahkan dapat memburu dan memangsa berudu dan anak ikan. Setelah dewasa, capung hanya mampu hidup maksimal selama empat bulan.
10.        Belalang kayu (Valanga nigricornis)

Belalang ini berukuran saat dewasa mencapai 85 mm dengan warna coklat tua. Saat muda (Nimfa) berwarna hijau dan terkadang terdapat pola coklat dan oranye, kemudian berubah menjadi coklat sebelum kulitnya terkelupas (moulting). Selama musim dingin, belalang ini berhibernasi.
Habitat belalang kayu di daun pada semak-semak dan di pohon dan memakan daun-daunan.
Masuk dalam klasifikasi famili Acrididae karena ciri khas belalang kayu yaitu antena pendek, dan terdapat tympana (alat pendengaran pada serangga) pada segmen pertama abdomen.
11.        Bangau (Mycteria cinerea)

Bangau adalah sebutan untuk burung dari keluarga Ciconiidae. Badan berukuran besar, berkaki panjang, berleher panjang namun lebih pendek dari burung Kuntul, dan mempunyai paruh yang besar, kuat dan tebal. Bangau bisa dijumpai di daerah beriklim hangat. Habitat di daerah yang lebih kering dibandingkan burung Kuntul dan Ibis. Makanan berupa Katak, ikan, serangga, cacing, burung kecil dan mamalia kecil dari lahan basah dan pantai. Bangau tidak memiliki organ suara syrinx sehingga tidak bersuara. Paruh yang diadu dengan pasangannya merupakan cara berkomunikasi menggantikan suara panggilan. Bangau merupakan burung pantai migran, terbang jauh dengan cara melayang memanfaatkan arus udara panas sehingga dapat menghemat tenaga. Foto burung Bangau yang sedang terbang oleh Ottomar Anschütz (1884) menjadi inspirasi Otto Lilienthal untuk membuat glider yang digunakan untuk terbang layang pada akhir abad ke-19. Bangau merupakan burung yang berat dengan rentang sayap yang lebar. Spesies Leptoptilos crumeniferus dari Afrika mempunyai rantang sayap 3,2 meter, sehingga dijuluki sebagai "burung darat dengan rentang sayap terpanjang di dunia" bersaingan dengan burung Kondor dari Pegunungan Andes Sarang digunakan untuk beberapa tahun, berukuran sangat besar, diameter hingga 2 meter. dan kedalaman sarang 3 meter. Bangau pernah dikira monogami, tapi ternyata tidak selalu benar. Bangau cenderung setia pada sarang dan pasangannya, tapi mungkin juga berganti pasangan sehabis migrasi atau pergi bermigrasi tanpa ditemani pasangannya. Badan yang berukuran besar, bersifat monogami, dan kesetiaan pada tempat bersarang menjadikan burung Bangau sering dijadikan simbol pembawa kebahagiaan di dalam banyak kebudayaan dan mitologi.
12.        Nyamuk (Culex Sp.)

Klasifikasi dan Daur Hidup Nyamuk Culex sp. Nyamuk genus Culex merupakan nyamuk yang banyak terdapat di sekitar kita. Beberapa spesies nyamuk ini sudah dibuktikan sebagai vektor penyakit. Di Indonesia, ada 23 spesies nyamuk sebagai vektor penyakit filariasis, dari genus Anopheles, Aedes, Culex, Armigeres dan Mansonia diantaranya adalah Culex quinquefasciatus dan Culex bitaeniorrhynchus. Biasanya, nyamuk genus Culex  ini menyukai tempat-tempat kotor, seperti selokan/got. yamuk adalah hewan yang mempunyai metamorfosis sempurna, yaitu telur, larva, pupa dan nyamuk dewasa. Pada stadium telur, letaknya adalah dipermukaan air. Stadium larva dan pupa hidup di dalam air, sedangkan nyamuk dewasa hidup berterbangan di udara .   Siklus hidup dan perkembangan nyamuk Culex S.





13.        Kupu-kupu (Dicondylia)

Merupakan kelompok serangga yang mempunyai dua titik artikulasi/penghubung atau dua "mandibular condyle" pada setiap "mandible"-nya, sementara kelompok lain, "Monocondylia", hanya mempunyai 1 titik artikulasi, meliputi "Thysanura" dan "Pterygota"kelompok serangga bersayap, termasuk jenis serangga yang kini tidak lagi bersayap tetapi nenek moyangnya merupakan serangga bersayap, meliputi "Paleoptera" dan "Neoptera". kelompok serangga bersayap yang dapat melipat/mengepakan sayapnya melewati perut, meliputi 2 superorder, "Exopterygota" dan "Endopterygota", dan beberapa proposed superorder yaitu: "Dictyoptera", "Paraneoptera", "Neuropterida"/"Neuropteroidea", "Mecopteroidea"/"Antliophora", "Amphiesmenoptera".atau dikenal juga dengan nama "Holometabola", kelompok serangga yang mengalami metamorfosis sempurna yang siklus hidupnya dimulai dari telur, larva, pupa, dan imago (serangga dewasa) dimana antara larva dan imago mempunyai bentuk dan sifat yang sangat berbeda, meliputi ordo "Hymenoptera", "Coleoptera", "Strepsiptera", "Raphidioptera", "Megaloptera", "Neuroptera", "Mecoptera", "Siphonaptera", "Diptera", "Trichoptera", "Lepidoptera".






14.        Laba-laba (Armadeira)


Laba-Laba ini masuk dalam klasifikasi Famili Ctenidae yang merupakan kelompok laba-laba pengembara atau wandering yang harus ditangani dengan hati-hati karena sangat beracun (venom). Laba-laba Armadeira Phoneutria fera pada tahun 2010 telah terpilih menjadi laba-laba paling beracun di dunia. Laba-laba ini cukup berbahaya di malam hari, karena mereka akan berkeliaran di permukaan tanah di hutan. Berbeda dengan laba-laba jenis lainnya yang membuat jaring saat berburu. Laba-laba Phoneutria fera Perty memiliki panjang rentang kaki mencapai 13-15 cm dan ukuran tubuh dapat mencapai 17 hingga 48 mm. Saat bertahan atau terancam, kaki depannya diangkat dan tubuh berdiri vertikal hampir tegak. Sekian tulisan tentang klasifikasi laba-laba Phoneutria Fera.






15.        Semut krangkang (Oecophylla smaragdina)

Semut rangrang atau krangkang (Oecophylla smaragdina) merupakan serangga eusosial (sosial sejati), dan kehidupan koloninya sangat tergantung pada keberadaan pohon (arboreal). Seperti halnya jenis semut lainnya, semut rangrang memiliki struktur sosial yang terdiri atas:
1.    Ratu; betina, berukuran 20-25 mm, berwarna hijau atau coklat, bertugas untuk menelurkan bayi-bayi semut.
2.    Pejantan; jantan, bertugas mengawini ratu semut, dan ketika ia selesai mengawini ratu semut ia akan mati.
3.    Pekerja; betina, berukuran 5-6 mm, berwarna orange dan terkadang kehijauan, bertugas mengasuh semut-semut muda yang dihasilkan semut ratu.
4.    Prajurit; betina, berukuran 8-10mm, umumnya berwarna oranye, memiliki kaki panjang yang kuat, antena panjang dan rahang besar, bertugas menjaga sarang dari gangguan pengacau, mencari dan mengumpulkan makanan untuk semua koloninya serta membangun sarang.

Semut rangrang atau krangkang, membuat sarang yang terbuat dari lembar-lembar daun yang mula-mula saling direkatkan oleh semut-semut pekerja, kemudian diperkuat dengan sutra yang dikeluarkan oleh larvanya.



16.        Kumbang (Coleoptera)

Coleoptera adalah kelas Serangga atau yang biasanya disebut sebagai "kumbang".  Nama Coleoptera diambil dari bahasa Yunani koleos "pelindung" dan pteron"sayap". Kumbang merupakan jenis Serangga paling unik di dunia. Mereka mempunyai kemampuan spesial masing-masing (tergantung dari jenisnya). Ordo Coleoptera berisi spesies yang sering dilukiskan di dalamnya dibanding dalam beberapa ordo lain dalam kerajaan binatang. 40 % dari seluruh spesies Serangga adalah Kumbang (sekitar 350,000 spesies), dan spesies baru masih sering ditemukan. Perkiraan total jumlah spesies yang diuraikan dan tidak diuraikan antara 5 dan 8 juta.

17.        Burung (Aves)

Pengertian, Ciri-Ciri, Klasifikasi dan Peranan Aves| Aves (Burung) diklasifikasikan dari berbagai macam, jenis atas ciri-ciri yang ditemukan dengan peranan sama dan juga berbeda. Secara umum, Pengertian Aves adalah vertebrata yang tubuhnya ditutupi oleh bulu yang berasal dari epidermis dan memiliki berbagai macam adaptasi untuk terbang. Aves meliputi burung, ayam, angsa, dan bebek (itik). Tubuh aves terdiri atas kepala, leher, badan dan ekor. Pada aves terdapat sepasang sayap yang digunakan dan berfungsi untuk terbang serta kaki yang digunakan untuk berjalan. Tungkai belakang bersisik dengan bentuk tungkai belakang dengan cakar yang bermacam-macam sesuai dengan jenis makanan dan cara hidup pada aves tersebut.
4.2.2.2 Jenis-jenis makhluk hidup Akuatik
Jenis fauna yang terdapat di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) di Kota Tarakan bagian akuatik (air):
1.   Tempakul (Periopthalamus Sp)

Gelodok, belodok, belodog atau blodog adalah sekelompok ikan dari beberapa marga yang termasuk ke dalam anak suku Oxudercinae. Ikan-ikan ini senang melompat-lompat ke daratan, terutama di daerah berlumpur atau berair dangkal di sekitar hutan bakau ketika air surut. Nama-nama lainnya adalah tembakul, tempakul, timpakul atau belacak (bahasa Melayu), gabus laut, lunjat dan lain-lain.
 Dalam bahasa Inggris disebut mudskipper, karena kebiasaannya melompat-lompat di lumpur itu. Tampang ikan ini sangatlah khas. Kedua matanya menonjol di atas kepala seperti mata kodok, wajah yang dempak, dan sirip-sirip punggung yang terkembang menawan. Badannya bulat panjang seperti torpedo, sementara sirip ekornya membulat. Panjang tubuh bervariasi mulai dari beberapa sentimeter hingga mendekati 30 cm.

2.   Kepiting Bakau (Scylla Serrata)

Kepiting Bakau atau Scylla Serrata merupakan salah satu komoditas perikanan golongan Crustacea yang hidup di perairan pantai, khususnya di hutan – hutan bakau (Mangrove).
Ciri – ciri kepiting Bakau: memiliki ukuran lebar kerapas lebih besar dari pada ukuran panjang tubuhnya dan permukaannya agak licin. Pada dahi antara sepasang matanya terdapat enam buah duri dan disamping kanan dan kirinya masing – masing Sembilan buah duri.




3.   Kepiting Warna warni (Uca Sp)

Kepiting Warna warni atau uca sp memiliki perilaku lucu yaitu makan, bertengkar dan kawin semua dilakukan pada waktu yang Sama. Kepiting ini termasuk kepiting yang berukuran kecil (yang teresar sekitar 2-3 cm) seperti semua epiting uca juga mengalami moulting / berganti cangkang saat mereka tumbuh.

4.   Siput Hijau (Nerita Balteata)

Siput Hijau atau yang dikenal dengan Nama ilmiah Nerita Balteata ini merupakan fauna yang sering dijumpai di tempat yang berlumpur seperti di mangrove. Ciri – ciri siput hijau ini Sama seperti siput pada umumnya hanya saja warna cangkang siput ini berwarna hijau mengkilap.
Selain fauna – fauna diatas masih banyak lagi jenis fauna yang terdapat di KKMB Tarakan diantaranya yaitu : Pahut – pahut (Azorinusacultidens), Kapah (Geloina Coaxars), Temburungun (Telescopium Telescopim), selain itu berbagai jenis Laba – laba seperti Laba – laba (Gasteracantha Kuhlii), Laba – laba (Eurychoera Quadrimaculata), Laba – laba (Tetragnatha Josephi), Laba – laba (Oxyopes Quadridentatus), Laba – laba (Clibiona Sp), Laba – laba (Argiope Sp). Setelah melakukan hasil observasi kawasan konservasi mangrove dan bekantan (KKMB) di Tarakan diketahui bahwa terdapat 22 jenis fauna.

5.   Klomang

Sebagian besar spesies memiliki perut spiral melengkung yang panjang dan lembut, tidak seperti kalsifikasi perut keras yang terlihat pada krustasea terkait. Perut yang rentan dilindungi dari predator oleh cangkang kerang kosong yang dibawa oleh kepiting ini, di mana seluruh tubuh yang dapat ditarik kembali. Paling sering kelomang menggunakan cangkang siput laut (meskipun cangkang bivalvia dan scaphopods dan bahkan potongan kayu berlubang dan batu yang digunakan oleh beberapa spesies). Ujung perut kepiting pertapa disesuaikan dengan mencengkram kuat ke columella dari cangkang siput.Karena kepiting pertapa harus bertumbuh,ia harus menemukan cangkang lebih besar dan meninggalkan yang sebelumnya. Kebiasaan hidup seperti ini menyebabkannya populer dikenal sebagai "kepiting pertapa" sesuai analogi ke pertapa yang tinggal sendirian. [6] Beberapa spesies kepiting pertapa, baik darat dan laut, menggunakan "rantai lowong" untuk menemukan cangkang baru: ketika cangkang baru yang lebih besar telah tersedia, kepiting pertapa berkumpul di sekitarnya dan membentuk semacam antrian dari terbesar ke terkecil. Ketika kepiting terbesar berpindah ke cangkang baru, kepiting terbesar kedua pindah ke cangkang yang baru dikosongkan, sehingga membuat cangkang sebelumnya tersedia untuk kepiting ketiga, dan seterusnya.Sebagian besar spesies adalah air dan hidup dalam berbagai kedalaman air asin, dari perairan dangkal dan garis pantai sampai ke dasar laut dalam. Pada daerah tropis terdapat beberapa spesies darat, meskipun begitu, mereka memiliki larva akuatik dan karena itu memerlukan akses ke air untuk reproduksi. Kebanyakan kelomang aktif di malam hari Beberapa spesies tidak menggunakan cangkang siput, tetapi menghuni struktur tidak bergerak yang ditinggalkan oleh cacing policaeta gastropoda vermetid, karang dan spons.


6.   Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus)

Ikan Mujair adalah sejenis ikan air tawar yang biasa dikonsumsi. Penyebaran alami ikan ini adalah perairan Afrika dan di Indonesia pertama kali ditemukan oleh Pak Mujair di muara Sungai Serang pantai selatan Blitar, Jawa Timur pada tahun 1939[butuh rujukan]. Meski masih menjadi misteri, bagaimana ikan itu bisa sampai ke muara terpencil di selatan Blitar, tak urung ikan tersebut dinamai ‘mujair’ untuk mengenang sang penemu.[butuh rujukan]
Nama ilmiahnya adalah Oreochromis mossambicus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Mozambique tilapia, atau kadang-kadang secara tidak tepat disebut "Java tilapia".
ikan mujair mempunyai toleransi yang besar terhadap kadar garam (salinitas), sehingga dapat hidup di air payau. Jenis ikan ini memiliki kecepatan pertumbuhan yang relatif cepat, tetapi setelah dewasa kecepatannya ini akan menurun.
Mujair juga sangat peridi. Ikan ini mulai berbiak pada umur sekitar 3 bulan, dan setelah itu dapat berbiak setiap 1½ bulan sekali. Setiap kalinya, puluhan butir telur yang telah dibuahi akan ‘dierami’ dalam mulut induk betina, yang memerlukan waktu sekitar seminggu hingga menetas. Hingga beberapa hari setelahnya pun mulut ini tetap menjadi tempat perlindungan anak-anak ikan yang masih kecil, sampai anak-anak ini disapih induknya.




7.   Ikan cucut/citut (Oreochromis mossambicus)

Cucut adalah sekelompok (superordo Selachimorpha) ikan dengan kerangka tulang muda yang lengkap dan tubuh yang ramping. Mereka bernapas dengan menggunakan lima liang insang (kadang-kadang enam atau tujuh, tergantung pada spesiesnya) di samping, atau dimulai sedikit di belakang, kepalanya. Cucut mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal denticles untuk melindungi kulit mereka dari kerusakan, dari parasit, dan untuk menambah dinamika air. Mereka mempunyai beberapa deret gigi yang dapat digantikan (Argomakmur.wordpress.com/taksonomi-ikan/).
Dinas Perikanan dan Kelautan Cilacap (2003), mengatakan ikan cucut memiliki ciri morfologi antara lain :
1.               Bentuk umum dari ikan cucut, beberapa ikan cucut hampir mempunyai bentuk umum yang relatif sama yaitu fusiform, kecuali beberapa famili seperti famili Rhinidae, Rhynchobatidae, Sphymidae dan Squantinidae.
2.               Bentuk kepala meliputi bentuk kepala, panjang kepala, bentuk moncong, bentuk mulut, besar dan kecil mata, letak mata, gigi, ada tidaknya spirakel, dan ada tidaknya labial furrow.
3.               Bentuk sirip meliputi bentuk sirip (kerucut atau membulat) panjang dan lebar sirip, keberadaan sirip (dorsal (1,2), pectoral, anal dan caudal fin), jarak antara sirip, dm lain sebagainya.
4.               Ada tidaknya anterior dan inner margin pada sirip, panjang predorsal, panjang precaudal ada tidaknya precaudal pit dan lain sebagainya.

8.   Kepiting merah

Kepiting Warna warni atau uca sp memiliki perilaku lucu yaitu makan, bertengkar dan kawin semua dilakukan pada waktu yang Sama. Kepiting ini termasuk kepiting yang berukuran kecil (yang teresar sekitar 2-3 cm) seperti semua epiting uca juga mengalami moulting / berganti cangkang saat mereka tumbuh.

9. Keong 1 (Corbicula moltkiana)

Cangkang spesies ini, panjang berkisar 9.1-26.7 mm, lebar berkisar 7.4 - 21.2 mm, tebal berkisar 5.6 - 15.2 mm; Umumnya berbentuk segitiga lonjong; Berlunas -lunas konsentrik agak kasar; Warna hijau kekuningan sampai kehitaman, pada bagian hulunya mem udar menjadi putih.Umbo tidak terlalu menonjol  (Djajasasmita dalam Bahri, 2006). Habitat terdapat di perairan tergenang atau berarus lambat, dengan dasar lumpur berpasir sampai pada kedalaman 750 m dpl. Jenis ini terdapat di stasiun I, II, III dan IV dengan habitat lumpur berpasir. Persebaran terdapat di Semenanjung Malaysia dan Sumatera. Potensi dari spesies ini digunakan sebagai makanan sebagai pemenuh protein hewani. (Djajasasmita dalamBahri, 2006).


10. Keong 2 (gastropoda)

Kelompok terbesar dari moluska disebut gastropoda termasuk siput air tawar, siput kebun, siput laut, dan bekicot. Setiap hewan dalam kelompok ini memiliki satu cangkang kecuali untuk kelinci laut karena hewan tersebut tidak memiliki cangkang. Hewan ini menggunakan “radula” yang merupakan organ seperti lidah dengan deretan gigi untuk mendapatkan makanan.
Kebanyakan hewan gastropoda beradaptasi dengan kehidupan di darat. mereka bergerak dengan kontraksi ritmik dari kaki berotot. Kelenjar di kaki mengeluarkan lapisan lendir. Gastropoda paling aktif di malam hari atau pada hari berawan dimana mereka dapat menghindari sinar matahari. Siput tidak memiliki cangkang, tapi mereka dilindungi oleh lapisan lendir di sekitar tubuh mereka, sehingga mereka harus tinggal di daerah basah dan lembab. Siput darat dapat merusak tanaman karena mereka makan daun dan batang.


11. KEONG 3 (Pelecypoda)

Pelecypoda memiliki ciri khas, yaitu kaki berbentuk pipih seperti kapak.Kaki Pelecypoda dapat dijulurkan dan digunakan untuk melekat atau menggali pasir dan lumpur.Pelecypoda ada yang hidup menetap dan membenamkan diri di dasar perairan.Pelecypoda mampu melekat pada bebatuan, cangkang hewan lain, atau perahu karena mensekresikan zat perekat.
Pelecypoda memiliki dua buah cangkang pipih yang setangkup sehingga disebut juga Bivalvia.Kedua cangkang pada bagian tengah dorsal dihubungkan oleh jaringan ikat (ligamen) yang berfungsi seperti engsel untuk membuka dan menutup cangkang dengan cara mengencangkan dan mengendurkan otot.Cangkang tersusun dari lapisan periostrakum, prismatik, dan nakreas.Pada tiram mutiara, jika di antara mantel dan cangkangnya masuk benda asing seperti pasir, lama-kelamaan akan terbentuk mutiara.Mutiara terbentuk karena benda asing tersebut terbungkus oleh hasil sekresi palisan cangkang.



12.   Kepah bakau/ Kerang Totok ( Pelemysoda coaxan )

Morton (1976) menyebutkan bahwa kerang kepah terdapat 3 jenis yaituPolymesoda erosa, Polymesoda ekspansadan Polymesoda bengalensis. Ketiga jenis spesies ini banyak dijumpai didaerah Indo-Pasifik. Kerang kepah secara umum disebutGeloina erosa dan mempunyai nama taxon Polymesoda erosa. Secara morfologi kerang kepah mempunyai bentuk cangkang seperti piring atau cawan yang terdiri dari dua katub yang bilateral simetris, pipih pada bagian pinggirnya dan cembung pada bagian tengah cangkang, bentuk cangkang yang equivalve atau berbentuk segitiga yang membulat, tebal, flexure jelas mulai dari umbo sampai dengan tepi posterior. Ditambahkan oleh Franklin et al., 1980 ; Mason, 1983, kedua katub dihubungkan oleh hinge ligamendan dengan bantuan otot aduktor berfungsi untuk membuka atau menutup cangkang.



13.   Ular air

Ular-air kelabu (Hypsiscopus plumbea) adalah sejenis ular yang acap didapati di sawah-sawah, saliran dan kolam-kolam ikan, anggota suku Homalopsidae. Ular kecil ini menyebar di anak-benua India dan Asia Tenggara termasuk Kepulauan Nusantara. Dalambahasa Inggris ular ini dikenal sebagai Plumbeous Water Snake, Rice Paddy Snake, atau juga Orange-bellied Mud Snake. Ular air yang tergolong kecil, panjang umumnya kurang dari 50 cm, dengan ekor sekitar 12-14% panjang totalnya[3]. Tubuh bagian atas bervariasi warnanya mulai dari kelabu, abu-abu zaitun, cokelat keabu-abuan, cokelat gelap, atau cokelat kemerah-jambuan[3][4]; dengan sederet bintik-bintik hitam di sepanjang garis vertebral[4]. Bibir dan dagu keputihan, sementara sisi bawah tubuh ke belakang kekuningan; kadang-kadang dengan deretan bintik-bintik atau garis gelap pada median sisi bawah perut dan ekor[4]. Ular-ular dari Borneo dengan sisi bawah tubuh kemerah jambuan atau jingga terang, tanpa pola-pola khusus.
Kepala sedikit lebih besar dari lehernya, dengan moncong memipih namun agak pendek.Matanya kecil, jaraknya ke lubang hidung kurang lebih satu setengah diameter mata; pupilnya bundar atau agak eliptis. Perisai internasal yang berbentuk segitiga di atas moncong, merupakan ciri khas jenis ini.

14. Keramak ( Uca sp)

Klasifikasi Ilmiah : Kingdom : Animalia; Phylum : Arthropoda; Sub Phylum : Crustacea
Class : Malacostraca; Ordo : Decapoda; Family : Ocypodidae; Genus : Uca
Pada bagian kaki juga dilengkapi dengan kuku dan sepasang penjepit, chelipeds terletak di depan kaki pertama dan setiap jenis kepiting memiliki struktur chelipeds yang berbeda-beda. Chelipeds dapat digunakan untuk memegang dan membawa makanan, menggali, membuka kulit kerang dan juga sebagai senjata dalam menghadapi musuh. Di samping itu, tubuh kepiting juga ditutupi dengan Carapace. Carapace merupakan kulit yang keras atau dengan istilah lain exoskeleton (kulit luar) berfungsi untuk melindungi organ dalam bagian kepala, badan dan insang.



15.  Ubur – ubur (Chrysaora quinquecirrha)


Klasifikasi Ilmiah : Kerajaan: Animalia; Filum: Cnidaria; Kelas: Scyphozoa;
Ordo : Stauromedusae

Ubur-ubur adalah sejenis binatang laut yang termasuk dalam kelas Scyphozoa. Tubuhnya berbentuk 27 aying berumbai, dapat membuat gatal pada kulit bila tersentuh.







BAB VI
Penutup

6.1    Kesimpulan
Hutan mangrove KKMB di Tarakan merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik dan khas, terdapat di daerah pasang surut di wilayah pesisir, pantai, dan merupakan potensi sumberdaya alam yang sangat potensial. Di mangrove terdapat berbagai jenis flora dan fauna diantaranya fauna seperti bekantan, owa-owa, siput hijau, ular, kepiting warna warni dll, selain fauna terdapat juga bermacam jenis flora diantarnya api api, bakau, bius, waru dll.
Di hutan mangrove juga terjadi simbiosis baik yang bersifat mutualisme, parasitisme serta komensalisme. Selain itu terdapat juga rantai makanan seperti yang telah dijelaskan diatas. Selain itu kita dapat membedakan hewan insitu dan eksitu yang terdapat di KKMB. Dan yang tak kalah penting yaitu upaya melestarikan mangrove dan makhluk hidup di dalamnya agar tidak terjadi kepunahan.

6.2    Saran-Saran
Kami menyandari bahwa pada laporan yang kami buat jauh dari kesempurnaan maka itu kritik dan saran yang membangun dibutuhkan untuk perbaikan pembuatan ataupun penyusunan laporan selanjutnya. 
SHARE

Milan Tomic

Hi. I’m Designer of Blog Magic. I’m CEO/Founder of ThemeXpose. I’m Creative Art Director, Web Designer, UI/UX Designer, Interaction Designer, Industrial Designer, Web Developer, Business Enthusiast, StartUp Enthusiast, Speaker, Writer and Photographer. Inspired to make things looks better.

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com tipscantiknya.com kumpulanrumusnya.comnya.com