TUGAS KMMB EKOLOGI LAUT TROPIS [KELOMPOK IV]


LAPORAN KULIAH LAPANGAN
EKOLOGI LAUT TROPIS
“EKOSISTEM MANGROVE”
Tanggal :   Desember 2015
Dosen Pengampuh : Gazali Salim, S.Kel., M.Si



 









Disusun Oleh :
Kelompok 4

ADNAN ABDUL RASYID                            14301010030
FERA CHRISTIN                                            14301010031
MUHAMMAD RAHMAD                          14301010036
RASDI                                                              14301010038
RUSMIYANTI                                                                14301010039     
ISMAIL                                                            12301010059
ISWANDI                                                       12301010065
TOMY OKTOV HAMDANI                        12301010066
DWI OKTAVIANI                                         12301010072
CHANDRA APRIYANSYAH                       12301010076


UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
2015


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat  Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah Pengantar Ekologi Laut Tropis . Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada para pembimbing yang telah memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
                Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah yang akan penulis susun selanjutnya.
                Penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca serta dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran mengenai Ekosistem Mangrove.



Tarakan,      Desember  2015
















BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada.
Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup. Pengertian ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: “organisme, khususnya mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk kehidupan”. Hal ini mengarah pada kenyataan bahwa kandungan kimia atmosfer dan bumi sangat terkendali dan sangat berbeda dengan planet lain dalam tata surya.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki sekitar 17.500 pulau dengan panjang pantai sekitar 81.000 km, sehingga negara kita memiliki potensi sumber daya wilayah pesisir laut yang besar. Ekosistem pesisir laut merupakan sumber daya alam yang produktif sebagai penyedia energi bagi kehidupan komunitas di dalamnya. Selain itu ekosistem pesisir dan laut mempunyai potensi sebagai sumber bahan pangan, pertambangan dan mineral, energi, kawasan rekreasi dan pariwista. Hal ini menunjukkan bahwa ekosistem pesisir dan laut merupakan aset yang tak ternilai harganya di masa yang akan datang. Ekosistem pesisir dan laut meliputi estuaria, hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang, ekosistem pantai dan ekosistem pulau-pulau kecil. Komponen-komponen yang menyusun ekosistem pesisir dan laut tersebut perlu dijaga dan dilestarikan karena menyimpan sumber keanekaragaman hayati dan plasma nutfah. Salah satu komponen ekosistem pesisir dan laut adalah hutan mangrove.
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.
1.2   Tujuan.
 1.    Menjelaskan ekosistem hutan mangrove
2.       Menjelaskan peranan dan fungsi hutan mangrove.
3.       Untuk mengetahui Kalsifikasi jenis Tumbuhan dan Hewan di Hutan Mangrove.

1.3   Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud hutan mangrove?
2.    Apa peranan dan fungsi hutan mangrove?
3.    Sebutkan Klasifikasi  tumbuhan dan Hewan di Hutan Mangrove?





BAB II
PEMBAHASAN
2.1   Pengertian Ekosistem Mangrove
Mangrove berasal dari kata mangal yang menunjukkan komunitas suatu tumbuhan (Odum, 1983). Di Suriname, kata mangro pada mulanya merupakan kata umum yang dipakai untuk jenis Rhizophora mangle. Karsten (1980 dalam Chapman, 1976). Di Portugal, kata mangue digunakan untuk menunjukkan suatu individu pohon dan kata mangal untuk komunitas pohon tersebut. Di Perancis, pedanan yang digunakan untuk Mangrove adalah kata menglier. MacNae (1968) menggunakan kata mangrove untuk individu tumbuhan dan mangal untuk komunitasnya.
Hutan mangrove adalah sebutan untuk sekelompok tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut pantai. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, atau juga hutan payau. Kita sering menyebut hutan di pinggir pantai tersebut sebagai hutan bakau. Sebenarnya, hutan tersebut lebih tepat dinamakan hutan mangrove. Istilah 'mangrove' digunakan sebagai pengganti istilah bakau untuk menghindarkan kemungkinan salah pengertian dengan hutan yang terdiri atas pohon bakau Rhizophora spp. Karena bukan hanya pohon bakau yang tumbuh di sana. Selain bakau, terdapat banyak jenis tumbuhan lain yang hidup di dalamnya.
Beberapa ahli mengemukakan definisi hutan mangrove, seperti Soerianegara dan Indrawan (1982) menyatakan bahwa hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di daerah pantai, biasanya terdapat didaerah teluk dan di muara sungai yang dicirikan oleh: (1) tidak terpengaruh iklim; (2) dipengaruhi pasang surut; (3) tanah tergenang air laut; (4) tanah rendah pantai; (5) hutan tidak mempunyai struktur tajuk; (6) jenis-jenis pohonnya biasanya terdiri atas api-api (Avicenia sp), pedada (Sonneratia), bakau (Rhizopora sp), lacang (Bruguiera sp), nyirih (Xylocarpus sp), nipah (Nypa sp) dan lain-lain




2.2   Karakteristik Hutan Mangrove
Bakau adalah nama sekelompok tumbuhan dari marga Rhizophora, suku Rhizophoraceae. Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri yang menyolok berupa akar tunjang yang besar dan berkayu, pucuk yang tertutup daun penumpu yang meruncing, serta buah yang berkecambah serta berakar ketika masih di pohon (vivipar). Pohon bakau juga memiliki banyak nama lain seperti tancang, tanjang (Jw.); tinjang (Md.); bangko (Bugis); kawoka (Timor), wako, jangkar dan lain-lain. Secara fisik hutan mangrove menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya erosi laut serta sebagai perangkap zat-zat pencemar dan limbah, mempercepat perluasan lahan, melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan dan gelombang dan angin kencang; mencegah intrusi garam (salt intrution) ke arah darat; mengolah limbah organik, dan sebagainya.
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya abrasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Hutan mangrove mempunyai tajuk yang rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang selalu berdaun. Keadaan lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai faktor-faktor yang ekstrim seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang air terus menerus. Meskipun mangrove toleran terhadap tanah bergaram (halophytes), namun mangrove lebih bersifat facultative daripada bersifat obligative karena dapat tumbuh dengan baik di air tawar. Hal ini terlihat pada jenis Bruguiera sexangula, Bruguiera gymnorrhiza, dan Sonneratia caseolaris yang tumbuh, berbuah dan berkecambah di Kebun Raya Bogor dan hadirnya mangrove di sepanjang tepian sungai Kapuas, sampai ke pedalaman sejauh lebih 200 km, di Kalimantan Barat. Mangrove juga berbeda dari hutan darat, dalam hal ini jenis-jenis mangrove tertentu tumbuh menggerombol di tempat yang sangat luas. Disamping Rhizophora spp., jenis penyusun utama mangrove lainnya dapat tumbuh secara "coppice”. Asosiasi hutan mangrove selain terdiri dari sejumlah jenis yang toleran terhadap air asin dan lingkungan lumpur, bahkan juga dapat berasosiasi dengan hutan air payau di bagian hulunya yang hampir seluruhnya terdiri atas tegakan nipah Nypa fruticans.

2.3   Peranan dan Fungsi Hutan Mangrove
Bakau (mangrove) merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur (Bengen, 2000). Sementara ini wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut. Batas wilayah pesisir di daratan ialah daerah-daerah yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air dan masih dipengaruhi oleh proses-proses bahari seperti pasang surutnya laut, angin laut dan intrusi air laut, sedangkan batas wilayah pesisir di laut ialah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara timbal balik (Siregar dan Purwaka, 2002). Masing-masing elmen dalam ekosistem memiliki peran dan fungsi yang saling mendukung. Kerusakan salah satu komponen ekosistem dari salah satunya (daratan dan lautan) secara langsung berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem keseluruhan. Hutan mangrove merupakan elemen yang paling banyak berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir bahan-bahan pencemar. Secara biologi hutan mangrove mempunyai fungsi sebagai daerah berkembang biak (nursery ground), tempat memijah (spawning ground), dan mencari makanan (feeding ground) untuk berbagai organisme yang bernilai ekonomis khususnya ikan dan udang. Habitat berbagai satwa liar antara lain, reptilia, mamalia, hurting dan lain-lain. Selain itu, hutan mangrove juga merupakan sumber plasma nutfah.
Secara biologis ekosistem hutan mangrove memiliki produktivitas yang tinggi. Produktivitas primer ekosistem mangrove ini sekitar 400-500 gram karbon/m2/tahun adalah tujuh kali lebih produktif dari ekosistem perairan pantai lainnya (White, 1987). Oleh karenanya, ekosistem mangrove mampu menopang keanekaragaman jenis yang tinggi. Daun mangrove yang berguguran diuraikan oleh fungi, bakteri dan protozoa menjadi komponen-komponen bahan organik yang lebih sederhana (detritus) yang menjadi sumber makanan bagi banyak biota perairan (udang, kepiting dan lain-lain) (Naamin, 1990).
Menurut Suryanto (2007) mengungkapkan beberapa keutamaan hutan mangrove baik dari aspek ekonomi maupun aspek lingkungan, yaitu:
1.        Penghasil Kayu.
Hutan mangrove dengan komposisi berbagai jenis pohon dapat  menghasilkan kayu untuk pertukangan dan industri lainnya.
2.       Tempat pemijahan berbagai jenis ikan.
Dengan adanya hutan mangrove di tepi pantai, ikan kecil, kepiting dan udang sangat menyukainya untuk berlindung karena gelombang di bawah tegakan hutan mangrove relatif tenang. Keberadaan biota tersebut juga didukung banyaknya plankton.
3.        Menjaga kelestarian terumbu karang.
Terumbu karang sangat berguna untuk tempat berlindung beranekaragam binatang air serta memungkinkan dikembangkan untuk tempat wisata alam.
4.       Mencegah abrasi dan erosi pantai.
 Keutuhan pantai dapat terjaga dan menghindari penurunan luasan pantai secara drastis.
5.       Sebagai perisai hidup.
Apabila terjadi bencana gelombang tsunami, sehingga sekalipun tertimpa musibah, namun dampak yang ditimbulkannya tidak akan separah seperti yang terjadi di Aceh. Menurut informasi 50% kekuatan gempasan gelombang dapat diredam oleh hutan mangrove.


2.4    Kawasan Konsevasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) Tarakan .

Kawasan hutan Mangrove ini terletak di jalan Gajah Mada. Luas areanya sekitar 21 hektar. Letak kawasan konservasi hutan mangrove, persisnya bersebelahan dengan kompleks pasar Gusher salah satu sentra bisnis perekonomian kota Tarakan. Sementara pada sisi sebelah kanan berbatasan langsung dengan kawasan industri cold storage dan pelabuhan Tengkayu II. 


Kawasan hutan mangrove selain menjadi obyek wisata juga mempunyai fungsi lain yaitu sebagai paru-paru Kota Tarakan serta menjadi benteng yang melindungi kota dari abrasi air laut. Di hutan Mangrove ini juga menjadi habitat alami pohon-pohon bakau dan fauna-fauna khas Tarakan. Pohon-pohon yang berada di Hutan Mangrove ini rata-rata sudah berumur puluhan bahkan ratusan tahun.Hutan Mangrove ini juga dijadikan sebagai laboratorium hidup yang dimanfaatkan oleh peneliti-peneliti baik dari dalam maupun luar negeri. Hasil penelitan tersebut sangat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
Di hutan mangrove ini Anda juga bisa melihat hewan-hewan khas yang tinggal didalam hutan. Diantara hewan-hewan khas tersebut yang paling menarik yaitu bekantan. Bekantan merupakan salah satu hewan yang di lindungi. Monyet ini beda dengan monyet-monyet lain, yang paling unik dari monyet ini yaitu hidungnya yang panjang. Karena hidungnya yang panjang tersebut monyet ini dijuluki sebagai "monyet Belanda". Walaupun memiliki tubuh besar bekantan tetap lincah berayun-ayun dari satu dahan ke dahan lain, menjadi hiburan tersendiri bagi pengunjung. Jadi, saat Anda berada di Tarakan jangan lewatkan kesempatan untuk menikmati asrinya hutan bakau yang berada di jatung Kota Tarakan, serta melihat lucunya tingkah Bekantan.
Keberadaan satwa langka endemik kalimantan yang dilindungi yaitu monyet bekantan yang hidup bebas, bergelantungan, dan meloncat dari pohon ke pohon yang lainnya sebagai salah satu keindahan ciptaan tuhan.
Dibandingkan dengan jenis monyet atau kera lainnya, hidung monyet bekantan ini mungkin lebih besar. Hidung sang jantan utamanya menggantung seakan-akan gelayut dan jatuh menutup bibir, mirip buah terong yang besar membengkak ujungnya. Semakin dewasa hidung untuk sang jantan kian mekar sampai sekitar 7,5 cm dan tidak heran kalau pakar primata asing menjulikinya monyet berbelalai.

Kalimantan selatan menjuluki bekantan sebagai warik walanda atau monyet belanda karena hidungnya yang mancung dan warna bulu serta kepaalanya yang kuning coklat kemerahan itu. Monyet ini juga memiliki panjang ekor yang melebihi panjang tubuhnya dan hanya yang jaantan berhidung mancung “belanda”.
Saat populasi bekantan di KKMB ada 47 ekor, 14 ekor diantaranya lahir di kkmb. Mereka terbagi dalam 3 kelompok yang memperebutkan posisi “kepala suku” bekantan di kawsan tersebut. Konon sang “kepala suku” bekantan itu harus perkasa luar dalam karena hanya dia yang boleh mengawini semua betina dalam kelompoknya. Pejantan dewasa lainnya harus taat dan patuh sebagai anak buah.
Keunikan dan pesona kkmb bukan hanya “monyet belanda”nya, tapi juga panaroma atau view perpaduan suasana alam laut dan hutan mangrove yang dinamis dengan segala kekayaan flora dan faunanya. perpaduan yang dinamis tersebut menghasilakan 3 view (panaroma) yang berbeda yang masing-masing mempunyai keindahan tersendiri.
Panaroma pertama ketika air surut, kita bisa melihat keindahan pohon bakau dari pucuk pohon sampai ke akar-akar tunjang yang berjuntai mencengkram tanah berlumpur. Sementara itu para bekantan dan kera ekor panjang bermain di antara perakaran pohon-pohon bakau sambil mencari ikan dan kepiting. Pada saat air surut akan nampak pula gundukan-gundukan tanah “istana kepiting”. Kepiting yang aneka warna dapat kita temukan di sekitar aliran sungai di tengah kkmb. 


Ketika air surut kita dapat juga mengamati ikan “unik” yang dikenal sebagai ikan gelodok atau tempakul (nama lokal) berlompatan, bertarung, sembunyi di lumpur atau “memanjat” pohon bakau. Tak jarang ikan ini mengeluarkan suara “klok-klo-klok” yang cukup keras sehingga menciptakan suasana khas pesisir. Ada beberapa spesies ikan jenis ini yang dapat kita lihat. Bila beruntung kita bisa juga bertemu dengan “komodo mini”, biawak, yang panjangnya bisa mencapai sekitar 2 sampai 3 meter, sedang merangkak di atas pohon atau di balik perakaran mangrove.
Panaroma kedua adalah ketika air mulai pasang kira-kira setinggi 60 cm dari dasar pantai. Pada saat itu, kita bisa melihat ular-ular laut berenang, ikan, dan berbagai biota laut yang saat tertentu kita bisa lihat. Ini juga saat yang tepat bagi pengunjung yang tertarik untuk mendapatkan pengalaman unik yang berkesan, yaitu menangkap kepiting tradisional “ambau”. “ambau” adalah sejenis perangkap kepiting yangsederhana tetapi praktis.


Panaroma ketiga adalah ketika air pasang naik maksimal, sekitar 10 cm dibawah jembatan ulin. Kita seolah-olah berada di lautan anatra tegakan-tegakan berbagai spesies pohon mangrove yang asri. Bagi pengunjung yang ingin mengetahui tingkah laku kawanan bekantan, si monyet belanda, maka disarankan untuk hunting dengan kamera video atau photo, lebih baik bila dilengkapi dengan tele.





Akses Letaknya yang berada di jantung kota membuat kawasan wisata ini mudah untuk di temukan. Dari kompleks THM Simpang Tiga yang merupakan pusat keramain Kota Tarakan Anda bisa menggunakan kendaraan umum seperti angkot, hanya memakan waktu sekitar 5 menit. Jika Anda ingin bersantai, bisa juga berjalan kaki. Letak kawasan hutan mangrove berbatasan langsung dengan komplek Pasar Gusher yang merupakan sentra perekonomian masyarakat Tarakan dan dan kawasan industry cold storage serta pelabuhan Tengkayu II.

Kawasan Konsevasi Mangrove dan Bekantan (KKMB)
Jl. Gajah Mada, Tarakan, Kalimantan Timur
Tarif Masuk        :               Anak-Anak Rp. 2.000,-
                                                Dewasa Rp. 3.000,-
2.5   Keragaman Jenis Tumbuhan dan Hewan di Hutan Mangrove
1.       Jenis Jenis Tumbuhan yang hidup dihutan mangrove , antara lain :
1)      Prepat ( Sonetaria Alba)


          Gambar : Prepat ( Sonetaria Alba)

Ø  Klasifikasi
Kingdom  : Plantae
Divisi                       : Magnoliophyta
Kelas                     : Magnoliopsida
Ordo                      : Myrtales
Family  : Sonneratiaceae
Genus               : Sonneratia
Species : Sonneratia alba
Ø  Deskripsi
Pohon selalu hijau, tumbuh tersebar, ketinggian kadang-kadang hingga 15 m. Kulit kayu berwarna putih tua hingga coklat, dengan celah longitudinal yang halus. Akar berbentuk kabel di bawah tanah dan muncul kepermukaan sebagai akar nafas yang berbentuk kerucut tumpul dan tingginya mencapai 25 cm.
Ø  Daun
Daun berkulit, memiliki kelenjar yang tidak berkembang pada bagian pangkal gagang daun. Gagang daun panjangnya 6-15 mm. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 5-12,5 x 3-9 cm.
Ø  Bunga
Biseksual; gagang bunga tumpul panjangnya 1 cm. Letak: di ujung atau pada cabang kecil. Formasi: soliter-kelompok (1-3 bunga per kelompok). Daun mahkota: putih, mudah rontok. Kelopak bunga: 6-8; berkulit, bagian luar hijau, di dalam kemerahan. Seperti lonceng, panjangnya 2-2,5 cm. Benang sari: banyak, ujungnya putih dan pangkalnya kuning, mudah rontok.
Ø  Buah
Seperti bola, ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga. Buah mengandung banyak biji (150-200 biji) dan tidak akan membuka pada saat telah matang. Ukuran: buah: diameter 3,5-4,5 cm.
Ø  Ekologi
Jenis pionir, tidak toleran terhadap air tawar dalam periode yang lama. Menyukai tanah yang bercampur lumpur dan pasir, kadang-kadang pada batuan dan karang. Sering ditemukan di lokasi pesisir yang terlindung dari hempasan gelombang, juga di muara dan sekitar pulau-pulau lepas pantai. Di lokasi dimana jenis tumbuhan lain telah ditebang, maka jenis ini dapat membentuk tegakan yang padat. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Bunga hidup tidak terlalu lama dan mengembang penuh di malam hari, mungkin diserbuki oleh ngengat, burung dan kelelawar pemakan buah. Di jalur pesisir yang berkarang mereka tersebar secara vegetatif. Kunang-kunang sering menempel pada pohon ini dikala malam. Buah mengapung karena adanya jaringan yang mengandung air pada bijinya. Akar nafas tidak terdapat pada pohon yang tumbuh pada substrat yang keras.
Ø  Penyebaran
Dari Afrika Utara dan Madagaskar hingga Asia Tenggara, seluruh Indonesia, Malaysia, Filipina, Australia Tropis, Kepulauan Pasifik barat dan Oceania Barat Daya.    
Ø  Manfaat
Buahnya asam dapat dimakan. Di Sulawesi, kayu dibuat untuk perahu dan bahan bangunan, atau sebagai bahan bakar ketika tidak ada bahan bakar lain. Akar nafas digunakan oleh orang Irian untuk gabus dan pelampung.
2)      Mutut Besar

   Gambar : Mutut Besar
Ø  Klasifikasi
Kingdom              :Plantae
Subkingdom       :Tracheobionta
Super Divisi         :Spermatophyta
Divisi                      :Magnoliophyta
Kelas                     :Magnoliopsida
Sub Kelas             : Rosidae
Ordo                      :Myrtales
Famili                    :
Rhizophoraceae
Genus                   :
Bruguiera
Spesies : Bruguiera gymnorrhiza
Ø  Deskripsi
Pohon yang selalu hijau dengan ketinggian kadang-kadang mencapai 30 m.  Kulit kayu memiliki lentisel, permukaannya halus hingga kasar, berwarna abu-abu   tua sampai coklat (warna berubah-ubah).  Akarnya seperti papan melebar ke samping di bagian pangkal pohon, juga memiliki sejumlah akar lutut.
Ø  Daun
Daun berkulit, berwarna hijau pada lapisan atas dan hijau kekuningan pada  bagian bawahnya dengan bercak-bercak hitam (ada juga yang tidak). Unit & Letak: sederhana & berlawanan.   Bentuk: elips sampai elips-lanset. Ujung: meruncing Ukuran: 4,5-7 x 8,5-22 cm.
Ø  Bunga
Bergelantungan dengan panjang tangkai bunga antara 9-25 mm. Letak:                                                di ketiak daun, menggantung. Formasi: soliter.  Daun Mahkota: 10-14; putih,                   dan coklat jika tua, panjang 13-16 mm.  Kelopak Bunga: 10-14; warna merah                   muda hingga merah;  panjang 30-5.
Ø  Buah
                                 Buah melingkar spiral, bundar melintang, panjang 2-2,5 cm. Hipokotil lurus, tumpul dan berwarna hijau tua keunguan.
ØEkologi           
Merupakan jenis yang dominan pada hutan mangrove yang tinggi dan merupakan  ciri dari perkembangan tahap akhir dari hutan pantai, serta tahap awal dalam transisi menjadi tipe vegetasi daratan. Tumbuh di areal dengan salinitas rendah dan kering serta tanah yang memiliki aerasi yang baik. Jenis ini toleran terhadap daerah  terlindung maupun yang mendapat sinar matahari langsung. Mereka juga tumbuh pada tepi daratan dari mangrove, sepanjang tambak serta sungai pasang surut dan payau. Ditemukan di tepi pantai hanya jika terjadi erosi pada lahan di hadapannya. Substrat-nya terdiri dari lumpur, pasir dan kadang-kadang tanah gambut hitam.  Kadang-kadang juga ditemukan di pinggir sungai yang kurang terpengaruh air laut, hal tersebut dimungkinkan karena buahnya terbawa arus air atau gelombang pasang. Regenerasinya seringkali hanya dalam jumlah terbatas. Bunga dan buah terdapat sepanjang tahun. Bunga relatif besar, memiliki kelopak bunga berwarna kemerahan, tergantung, dan mengundang burung untuk melakukan penyerbukan.
Ø  Penyebaran
Dari Afrika Timur dan Madagaskar hingga Sri Lanka, Malaysia dan Indonesia menuju wilayah Pasifik Barat dan Australia Tropis .
3)      Bius/tinomo (Braguiera parviflora)


Gambar : Bius/tinomo (Braguiera parviflora)
Ø  Klasifikasi
Kingdom              :Plantae
Subkingdom       :Tracheobionta
Super Divisi         :Spermatophyta
Divisi                      : Magnoliophyta
Kelas                     : Magnoliopsida
Sub Kelas             : Rosidae
Ordo                      :Myrtales
Famili                    :
Rhizophoraceae
Genus                   :
Bruguiera
Spesies : Bruguiera parviflora
Ø  Deskripsi
Berupa semak atau pohon kecil yang selalu hijau, tinggi (meskipun jarang) dapat mencapai 20 m. Kulit kayu burik, berwarna abu-abu hingga coklat tua, bercelah dan agak membengkak di bagian pangkal pohon. Akar lutut dapat mencapai 30 cm tingginya.
Ø  Daun
Terdapat bercak hitam di bagian bawah daun dan berubah menjadi hijaukekuningan ketika usianya bertambah. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips. Ujung: meruncing. Ukuran: 5,5-13 x 2-4,5 cm.
Ø  Bunga
Bunga mengelompok di ujung tandan (panjang tandan: 2 cm). Letak: di ketiak daun. Formasi: kelompok (3-10 bunga per tandan). Daun mahkota: 8; putihhijau kekuningan, panjang 1,5-2mm. Berambut pada tepinya. Kelopak Bunga: 8; menggelembung, warna hijau kekuningan; bagian bawah berbentuk tabung, panjangnya 7-9 mm.
Ø  Buah
Buah melingkar spiral, panjang 2 cm. Hipokotil silindris, agak melengkung, permukaannya halus, warna hijau kekuningan. Ukuran: Hipokotil: panjang 8- 15 cm dan diameter 0,5-1 cm.
Ø  Ekologi
Jenis ini membentuk tegakan monospesifik pada areal yang tidak sering tergenang. Individu yang terisolasi juga ditemukan tumbuh di sepanjang alur air dan tambak tepi pantai. Substrat yang cocok termasuk lumpur, pasir, tanah payau dan bersalinitas tinggi. Di Australia, perbungaan tercatat dari bulan Juni hingga September, dan berbuah dari bulan September hingga Desember. Hipokotilnya yang ringan mudah untuk disebarkan melalui air, dan nampaknya tumbuh dengan baik pada areal yang menerima cahaya matahari yang sedang hingga cukup. Bunga dibuahi oleh serangga yang terbang pada siang hari, seperti kupu-kupu. Daunnya berlekuk-lekuk, yang merupakan ciri khasnya, disebabkan oleh gangguan serangga. Dapat menjadi sangat dominan di areal yang telah diambil kayunya (misalnya Karang Gading-Langkat Timur Laut di Sumatera Utara; Giesen & Sukotjo, 1991).
Ø  Penyebaran
Dari India, Seluruh Asia Tenggara (termasuk Indonesia) hingga Australia utara.
4)      Paku Laut
Gambar : paku laut
Ø  Klasifikasi
Kingdom              : Plantae
Subkingdom       : Tracheobionta
Divisi                      : Pteridophyta
Kelas                     : Filicopsida
Sub Kelas             : Polypoditae
Ordo                      : Polypodiales
Famili                    :
Pteridaceae
Genus                   :
Acrostichum
Spesies : Acrostichum aureum
Ø  Deskripsi
Paku laut adalah sejenis paku-pakuan berukuran besar, yang biasa tumbuh di tanah di bawah naungan hutan bakau atau lahan basah lainnya. Paku atau pakis ini juga dikenal dengan banyak nama lain seperti paku larat, papah, piai (Mal.: piai raya), paku hata diuk (Sd.), warakas, krakas, kakakeok (Jw.), rewayang (Hal.) dan lain-lain. Nama-namanya dalam bahasa Inggris di antaranya golden leather fern, swamp fern, dan mangrove fern.

5)      Bakau merah (rhizopora apiculata)
Gambar : Bakau merah (rhizopora apiculata)

Ø  Klasifikasi
Kingdom              :Plantae
Subkingdom       :Tracheobionta
SuperDivisi          :Spermatophyta
Divisi                      :Magnoliophyta
Kelas                     :Magnoliopsida
SubKelas              :Rosidae
Ordo                      :Myrtales
Famili                    :
Rhizophoraceae
Genus                   :
Rhizophora
Spesies : Rhizophora apiculata
Ø  Deskripsi
Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dengan diameter batang mencapai 50 cm. Memiliki perakaran yang khas hingga mencapai ketinggian 5 meter, dan kadang-kadang memiliki akar udara yang keluar dari cabang. Kulit kayu berwarna abu-abu tua dan berubah-ubah.
Ø  Daun
Berkulit, warna hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah dan kemerahan di bagian bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm dan warnanya kemerahan. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips menyempit. Ujung: meruncing. Ukuran: 7-19 x 3,5-8 cm.
Ø  Bunga
Biseksual, kepala bunga kekuningan yang terletak pada gagang berukuran <14 mm. Letak: Di ketiak daun. Formasi: kelompok (2 bunga per kelompok). Daun mahkota: 4; kuning-putih, tidak ada rambut, panjangnya 9-11 mm. Kelopak bunga: 4; kuning kecoklatan, melengkung. Benang sari: 11-12; tak bertangkai.
Ø  Buah
Buah kasar berbentuk bulat memanjang hingga seperti buah pir, warna coklat, panjang 2-3,5 cm, berisi satu biji fertil. Hipokotil silindris, berbintil, berwarna hijau jingga. Leher kotilodon berwarna merah jika sudah matang. Ukuran: Hipokotil panjang 18-38 cm dan diameter 1-2 cm.
Ø  Ekologi
Tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat pasang normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir. Tingkat dominasi dapat mencapai 90% dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi. Menyukai perairan pasang surut yang memiliki pengaruh masukan air tawar yang kuat secara permanen. Percabangan akarnya dapat tumbuh secara abnormal karena gangguan kumbang yang menyerang ujung akar. Kepiting dapat juga menghambat pertumbuhan mereka karena mengganggu kulit akar anakan. Tumbuh lambat, tetapi perbungaan terdapat sepanjang tahun.
Ø  Penyebaran
Sri Lanka, seluruh Malaysia dan Indonesia hingga Australia Tropis dan Kepulauan Pasifik.
Ø  Manfaat
Kayu dimanfaatkan untuk bahan bangunan, kayu bakar dan arang. Kulit kayu berisi hingga 30% tanin (per sen berat kering). Cabang akar dapat digunakan sebagai jangkar dengan diberati batu. Di Jawa acapkali ditanam di pinggiran tambak untuk melindungi pematang. Sering digunakan sebagai tanaman penghijauan.




6)      Api-Api (Avicenia lanata)


              Gambar : Api-api(Avicenia lanata)

Ø  Klasifikasi
Kingdom              :Plantae
Subkingdom       :Tracheobionta
SuperDivisi          :Spermatophyta
Divisi                      :Magnoliophyta
Kelas                     :Magnoliopsida
SubKelas              :Asteridae
Ordo                      :Scrophulariales
Famili                   :
Avicenniaceae
Genus                  :
Avicennia
Spesies : Avicennia alba
Ø  Deskripsi
Belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar, ketinggian pohon mencapai 30 meter. Memiliki sistem perakaran horizontal yang rumit dan berbentuk pensil (atau berbentuk asparagus), akar nafas tegak dengan sejumlah lentisel. Kulit kayu halus dengan burik-burik hijau-abu dan terkelupas dalam bagian-bagian kecil. Ranting muda dan tangkai daun berwarna kuning, tidak berbulu.

Ø  Daun
Bagian atas permukaan daun ditutupi bintik-bintik kelenjar berbentuk cekung. Bagian bawah daun putih- abu-abu muda. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips, bulat memanjang, bulat telur terbalik. Ujung: meruncing hingga membundar. Ukuran: 9 x 4,5 cm.
Ø  Bunga  
Seperti trisula dengan bunga bergerombol muncul di ujung tandan, bau menyengat, nektar banyak. Letak: di ujung atau ketiak tangkai/tandan bunga. Formasi: bulir (2-12 bunga per tandan). Daun Mahkota: 4, kuning pucat-jingga tua, 5-8 mm. Kelopak Bunga: 5. Benang sari: 4.
Ø  Buah
Buah agak membulat, berwarna hijau agak keabu-abuan. Permukaan buah berambut halus (seperti ada tepungnya) dan ujung buah agak tajam seperti paruh. Ukuran: sekitar 1,5x2,5 cm.
Ø  Ekologi
Merupakan tumbuhan pionir pada lahan pantai yang terlindung, memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai habitat pasang-surut, bahkan di tempat asin sekalipun. Jenis ini merupakan salah satu jenis tumbuhan yang paling umum ditemukan di habitat pasang-surut. Akarnya sering dilaporkan membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses pembentukan tanah timbul. Jenis ini dapat juga bergerombol membentuk suatu kelompok pada habitat tertentu. Berbuah sepanjang tahun, kadang-kadang bersifat vivipar. Buah membuka pada saat telah matang, melalui lapisan dorsal. Buah dapat juga terbuka karena dimakan semut atau setelah terjadi penyerapan air.
Ø  Penyebaran
Tumbuh di Afrika, Asia, Amerika Selatan, Australia, Polynesia dan Selandia Baru. Ditemukan di seluruh Indonesia. 
Ø  Manfaat
Daun digunakan untuk mengatasi kulit yang terbakar. Resin yang keluar dari kulit kayu digunakan sebagai alat kontrasepsi. Buah dapat dimakan. Kayu menghasilkan bahan kertas berkualitas tinggi. Daun digunakan sebagai makanan ternak.


7)      Nipah

Gambar : Nipah

Ø  Klasifikasi
Kingdom      : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
SuperDivisi  : Spermatophyta
Divisi            : Magnoliophyta
Kelas             : Liliopsida
Sub Kelas      : Arecidae
Ordo              : Arecales
Famili            : Palmae
Genus            : Nypa
Spesies          : Nypa fruticans
Ø  Deskripsi
Nipah adalah sejenis palem (palma) yang tumbuh di lingkungan hutan bakau atau daerah pasang-surut dekat tepi laut. Tumbuhan ini juga dikenal dengan banyak nama lain seperti daon, daonan (Sd., Bms.), buyuk (Jw., Bali), bhunyok (Md.), bobo (Menado, Ternate, Tidore), boboro (Halmahera), palean, palenei, pelene, pulene, puleanu, pulenu, puleno, pureno, parinan, parenga (Seram, Ambon dan sekitarnya).
Sebagaimana rumbia (Metroxylon spp.), batang pohon nipah menjalar di tanah, membentuk rimpang yang terendam oleh lumpur. Hanya roset daunnya yang muncul di atas tanah, sehingga nipah nampak seolah-olah tak berbatang.
Akar serabutnya dapat mencapai panjang 13 m. Karena perakaran nipah ini hanya terletak dalam lumpur yang sifatnya labil maka rumpun-rumpun nipah dapat dihanyutkan oleh air sampai ke laut. Batang nipah terendam oleh lumpur. Hanya daunnya yang muncul di atas tanah.
              Daun nipah yang telah tua banyak dimanfaatkan secara tradisional untuk membuat atap rumah yang daya tahannya mencapai 3-5 tahun. Daun nipah yang masih muda mirip janur kelapa, dapat dianyam untuk membuat dinding rumah yang disebut kajang. Daun nipah juga dapat dianyam untuk membuat tikar, tas, topi dan aneka keranjang anyaman. Di Sumatra, pada masa silam daun nipah yang muda (dinamai pucuk) dijadikan daun rokok --yaitu lembaran pembungkus untuk melinting tembakau-- setelah dikelupas kulit arinya yang tipis, dijemur kering, dikelantang untuk memutihkannya dan kemudian dipotong-potong sesuai ukuran rokok. Beberapa naskah lama Nusantara juga menggunakan daun nipah sebagai alas tulis, bukannya daun lontar.

8)      Mentigi
https://alamendah.files.wordpress.com/2014/10/pohon-stigi-2.jpg
Pohon Stigi/Mentigi

Ø  Klasifikasi
Kingdom              : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom       : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi         : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi                      : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                     : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas             : Rosidae
Ordo                      : Myrtales
Famili                    : Rhizophoraceae
Genus                   :
Ceriops
Spesies : Ceriops tagal

Ø  Deskripsi
Pohon kecil atau semak dengan ketinggian mencapai 25 m. Kulit kayu berwarna abu-abu, kadang-kadang coklat, halus dan pangkalnya menggelembung. Pohon seringkali memiliki akar tunjang yang kecil.
Ø  Daun
Daun hijau mengkilap dan sering memiliki pinggiran yang melingkar ke dalam. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat telur terbalik-elips. Ujung: membundar. Ukuran: 1-10 x 2-3,5 cm
Ø  Bunga
Bunga mengelompok di ujung tandan. Gagang bunga panjang dan tipis, berresin pada ujung cabang baru atau pada ketiak cabang yang lebih tua. Letak: di ketiak daun.   Formasi: kelompok (5-10 bunga per kelompok). Daun mahkota: 5; putih dan kemudian jadi coklat.  Kelopak bunga: 5; warna hijau, panjang 4- 5 mm, tabung 2 mm. Benang sari: tangkai benang sari lebih panjang dari kepala  sarinya yang tumpul.
Ø  Buah
Buah panjangnya 1,5-2 cm, dengan tabung kelopak yang melengkung. Hipokotil berbintil, berkulit halus, agak menggelembung dan seringkali agak pendek. Leher  kotilodon menjadi kuning jika sudah matang/dewasa. Ukuran: Hipokotil: panjang  4-25 cm dan diameter 8-12 mm.



Ø  Ekologi
Membentuk belukar yang rapat pada pinggir daratan dari hutan pasang surut dan/atau pada areal yang tergenang oleh pasang tinggi dengan tanah memiliki sistem pengeringan baik.  Juga terdapat di sepanjang tambak. Menyukai substrat tanah liat, dan kemungkinan berdampingan dengan C. decandra.  Perbungaan  terjadi sepanjang tahun.
Ø  Penyebaran
 Dari Mozambik hingga Pasitik Barat, termasuk Australia Utara, Malaysia dan  Indonesia.



9)    Bakau panggang (Rhizophora mucronata)
Gambar :Bakau panggang (Rhizophora Mucronata)

Ø Klasifikasi
kingdom              :Plantae
Subkingdom       :Tracheobionta
SuperDivisi          :Spermatophyta
Divisi                      :Magnoliophyta
Kelas                     :Magnoliopsida
SubKelas              :Rosidae
Ordo                      :Myrtales
Famili                    :
Rhizophoraceae
Genus                   :
Rhizophora
Spesies : Rhizophora mucronata
Ø  Deskripsi
Pohon dengan ketinggian mencapai 27 m, jarang melebihi 30 m. Batang memiliki diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga hitam dan terdapat celah horizontal. Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari percabangan bagian bawah.
Ø  Daun
Daun berkulit. Gagang daun berwarna hijau, panjang 2,5-5,5 cm. Pinak daun terletak pada pangkal gagang daun berukuran 5,5-8,5 cm. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips melebar hingga bulat memanjang. Ujung: meruncing. Ukuran: 11-23 x 5-13 cm.
Ø  Bunga
Gagang kepala bunga seperti cagak, bersifat biseksual, masing-masing menempel pada gagang individu yang panjangnya 2,5-5 cm. Letak: di ketiak daun. Formasi: Kelompok (4-8 bunga per kelompok). Daun mahkota: 4;putih, ada rambut. 9 mm. Kelopak bunga: 4; kuning pucat, panjangnya 13-19 mm. Benang sari: 8; tak bertangkai.
Ø  Buah
Buah lonjong/panjang hingga berbentuk telur berukuran 5-7 cm, berwarna hijaukecoklatan, seringkali kasar di bagian pangkal, berbiji tunggal. Hipokotil silindris, kasar dan berbintil. Leher kotilodon kuning ketika matang. Ukuran: Hipokotil: panjang 36-70 cm dan diameter 2-3 cm.
Ø  Ekologi
Di areal yang sama dengan R.apiculata tetapi lebih toleran terhadap substrat yang lebih keras dan pasir. Pada umumnya tumbuh dalam kelompok, dekat atau pada pematang sungai pasang surut dan di muara sungai, jarang sekali tumbuh pada daerah yang jauh dari air pasang surut. Pertumbuhan optimal terjadi pada areal yang tergenang dalam, serta pada tanah yang kaya akan humus. Merupakan salah satu jenis tumbuhan mangrove yang paling penting dan paling tersebar luas. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Anakan seringkali dimakan oleh kepiting, sehingga menghambat pertumbuhan mereka. Anakan yang telah dikeringkan dibawah naungan untuk beberapa hari akan lebih tahan terhadap gangguan kepiting. Hal tersebut mungkin dikarenakan adanya akumulasi tanin dalam jaringan yang kemudian melindungi mereka.
Ø  Penyebaran
Afrika Timur, Madagaskar, Mauritania, Asia tenggara, seluruh Malaysia dan Indonesia, Melanesia dan Mikronesia. Dibawa dan ditanam di Hawaii.        
Ø  Manfaat
Kayu digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Tanin dari kulit kayu digunakan untuk pewarnaan, dan kadang-kadang digunakan sebagai obat dalam kasus hematuria (perdarahan pada air seni). Kadang-kadang ditanam di sepanjang tambak untuk melindungi pematang.
10)   Bakau merah (rhizopora apiculata)
Gambar : Bakau merah (rhizopora apiculata)

Ø  Klasifikasi
Kingdom              :Plantae
Subkingdom       :Tracheobionta
SuperDivisi          :Spermatophyta
Divisi                      :Magnoliophyta
Kelas                     :Magnoliopsida
SubKelas              :Rosidae
Ordo                      :Myrtales
Famili                    :
Rhizophoraceae
Genus                   :
Rhizophora
Spesies : Rhizophora apiculata
Ø  Deskripsi
Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dengan diameter batang mencapai 50 cm. Memiliki perakaran yang khas hingga mencapai ketinggian 5 meter, dan kadang-kadang memiliki akar udara yang keluar dari cabang. Kulit kayu berwarna abu-abu tua dan berubah-ubah.
Ø  Daun
Berkulit, warna hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah dan kemerahan di bagian bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm dan warnanya kemerahan. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips menyempit. Ujung: meruncing. Ukuran: 7-19 x 3,5-8 cm.
Ø  Bunga
Biseksual, kepala bunga kekuningan yang terletak pada gagang berukuran <14 mm. Letak: Di ketiak daun. Formasi: kelompok (2 bunga per kelompok). Daun mahkota: 4; kuning-putih, tidak ada rambut, panjangnya 9-11 mm. Kelopak bunga: 4; kuning kecoklatan, melengkung. Benang sari: 11-12; tak bertangkai.
Ø  Buah
Buah kasar berbentuk bulat memanjang hingga seperti buah pir, warna coklat, panjang 2-3,5 cm, berisi satu biji fertil. Hipokotil silindris, berbintil, berwarna hijau jingga. Leher kotilodon berwarna merah jika sudah matang. Ukuran: Hipokotil panjang 18-38 cm dan diameter 1-2 cm.
Ø  Ekologi
Tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat pasang normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir. Tingkat dominasi dapat mencapai 90% dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi. Menyukai perairan pasang surut yang memiliki pengaruh masukan air tawar yang kuat secara permanen. Percabangan akarnya dapat tumbuh secara abnormal karena gangguan kumbang yang menyerang ujung akar. Kepiting dapat juga menghambat pertumbuhan mereka karena mengganggu kulit akar anakan. Tumbuh lambat, tetapi perbungaan terdapat sepanjang tahun.
Ø  Penyebaran
Sri Lanka, seluruh Malaysia dan Indonesia hingga Australia Tropis dan Kepulauan Pasifik.
Ø  Manfaat
Kayu dimanfaatkan untuk bahan bangunan, kayu bakar dan arang. Kulit kayu berisi hingga 30% tanin (per sen berat kering). Cabang akar dapat digunakan sebagai jangkar dengan diberati batu. Di Jawa acapkali ditanam di pinggiran tambak untuk melindungi pematang. Sering digunakan sebagai tanaman penghijauan.
11)   Api-api (Avicenia lanata)
https://josuasilitonga.files.wordpress.com/2010/11/3.jpg
Gambar : Api-api (Avicenia lanata)

Ø  Klasifikasi
Kingdom              :Plantae
Subkingdom       :Tracheobionta
SuperDivisi          :Spermatophyta
Divisi                      :Magnoliophyta
Kelas                     :Magnoliopsida
SubKelas              :Asteridae
Ordo                      :Scrophulariales
Famili                    :
Avicenniaceae
Genus                   :
Avicennia
Spesies : Avicennia lanata

Ø  Deskripsi
Belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar, dapat mencapai ketinggian hingga 8 meter. Memiliki akar nafas dan berbentuk pensil. Kulit kayu seperti kulit ikan hiu berwarna gelap, coklat hingga hitam.
Ø  Daun
Memiliki kelenjar garam, bagian bawah daun putih kekuningan dan ada rambut halus. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips. Ujung: membundar – agak meruncing. Ukuran: 9 x 5 cm.
Ø  Bunga
Bergerombol muncul di ujung tandan, bau menyengat. Letak: di ujung atau ketiak tangkai/ tandan bunga. Formasi: bulir (8-14 bunga). Daun Mahkota: 4, kuning pucat-jingga tua, 4-5 mm. Kelopak Bunga: 5. Benang sari: 4
Ø  Buah     
Buah seperti hati, ujungnya berparuh pendek dan jelas, warna hijau-agak kekuningan. Permukaan buah berambut halus (seperti ada tepungnya). Ukuran: sekitar 1,5 x 2,5 cm.
Ø  Ekologi
Tumbuh pada dataran lumpur, tepi sungai, daerah yang kering dan toleran terhadap kadar garam yang tinggi. Diketahui (di Bali dan Lombok) berbunga pada bulan Juli - Februari dan berbuah antara bulan November hingga Maret.
Ø  Penyebaran
Kalimantan, Bali, Lombok, Semenanjung Malaysia, Singapura.
Ø  Manfaat
Kayu bakar dan bahan bangunan.





12)   Api-api (Avicenia marina)
http://www.madeinnys.com/mangrove/images/key_images/avinorootgif.gif
Gambar : Api-api (Avicenia lanata)

Ø  Klasifikasi
Kingdom      :Plantae
Subkingdom               :Tracheobionta
SuperDivisi  :Spermatophyta
Divisi                              :Magnoliophyta
Kelas                             :Magnoliopsida
SubKelas                      :Asteridae
Ordo                              :Scrophulariales
Famili                            :
Avicenniaceae
Genus                           :
Avicennia
Spesies                         : Avicennia marina
Ø  Deskripsi
Belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar, ketinggian pohon mencapai 30 meter. Memiliki sistem perakaran horizontal yang rumit dan berbentuk pensil (atau berbentuk asparagus), akar nafas tegak dengan sejumlah lentisel. Kulit kayu halus dengan burik-burik hijau-abu dan terkelupas dalam bagian-bagian kecil. Ranting muda dan tangkai daun berwarna kuning, tidak berbulu.



Ø  Daun
Bagian atas permukaan daun ditutupi bintik-bintik kelenjar berbentuk cekung. Bagian bawah daun putih- abu-abu muda. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips, bulat memanjang, bulat telur terbalik. Ujung: meruncing hingga membundar. Ukuran: 9 x 4,5 cm.
Ø  Bunga  
Seperti trisula dengan bunga bergerombol muncul di ujung tandan, bau menyengat, nektar banyak. Letak: di ujung atau ketiak tangkai/tandan bunga. Formasi: bulir (2-12 bunga per tandan). Daun Mahkota: 4, kuning pucat-jingga tua, 5-8 mm. Kelopak Bunga: 5. Benang sari: 4.
Ø  Buah
Buah agak membulat, berwarna hijau agak keabu-abuan. Permukaan buah berambut halus (seperti ada tepungnya) dan ujung buah agak tajam seperti paruh. Ukuran: sekitar 1,5x2,5 cm.
Ø  Ekologi
Merupakan tumbuhan pionir pada lahan pantai yang terlindung, memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai habitat pasang-surut, bahkan di tempat asin sekalipun. Jenis ini merupakan salah satu jenis tumbuhan yang paling umum ditemukan di habitat pasang-surut. Akarnya sering dilaporkan membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses pembentukan tanah timbul. Jenis ini dapat juga bergerombol membentuk suatu kelompok pada habitat tertentu. Berbuah sepanjang tahun, kadang-kadang bersifat vivipar. Buah membuka pada saat telah matang, melalui lapisan dorsal. Buah dapat juga terbuka karena dimakan semut atau setelah terjadi penyerapan air.
Ø  Penyebaran
Tumbuh di Afrika, Asia, Amerika Selatan, Australia, Polynesia dan Selandia Baru. Ditemukan di seluruh Indonesia.
13)   Kandelia candle
Kingdom:
(unranked):
(unranked):
(unranked):
Order:
Family:
Genus:
Species:
K. candel
Nama Binomial
Kandelia candel

14)   Xylocarpus granatum

http://wetlands.or.id/images/mangrove/44.jpg
Deskripsi
:
Pohon dapat mencapai ketinggian 10-20 m. Memiliki akar papan yang melebar ke samping, meliuk-liuk dan membentuk celahan celahan. Batang seringkali berlubang, khususnya pada pohon yang lebih tua. Kulit kayu berwarna coklat muda-kekuningan, tipis dan mengelupas, sementara pada cabang yang muda, kulit kayu berkeriput.


Daun
:
Agak tebal, susunan daun berpasangan (umumnya 2 pasang pertangkai) dan ada pula yang menyendiri. Unit & Letak: majemuk & berlawanan. Bentuk: elips - bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 4,5 - 17 cm x 2,5 - 9 cm.


Bunga
:
Bunga terdiri dari dua jenis kelamin atau betina saja. Tandan bunga (panjang 2-7 cm) muncul dari dasar (ketiak) tangkai daun dan tangkai bunga panjangnya 4-8 mm. Letak: di ketiak. Formasi: gerombol acak (8-20 bunga per gerombol). Daun mahkota: 4; lonjong, tepinya bundar, putih kehijauan, panjang 5-7 mm. Kelopak bunga: 4 cuping; kuning muda, panjang 3 mm. Benang sari: berwarna putih krem dan menyatu di dalam tabung.


Buah
:
Seperti bola (kelapa), berat bisa 1-2 kg, berkulit, warna hijau kecoklatan. Buahnya bergelantungan pada dahan yang dekat permukaan tanah dan agak tersembunyi. Di dalam buah terdapat 6-16 biji besar-besar, berkayu dan berbentuk tetrahedral. Susunan biji di dalam buah membingungkan seperti teka-teki (dalam bahasa Inggris disebut sebagai ‘puzzle fruit’). Buah akan pecah pada saat kering. Ukuran: buah: diameter 10-20 cm.


Ekologi
:
Tumbuh di sepanjang pinggiran sungai pasang surut, pinggir daratan dari mangrove, dan lingkungan payau lainnya yang tidak terlalu asin. Seringkali tumbuh mengelompok dalam jumlah besar. Individu yang telah tua seringkali ditumbuhi oleh epifit.


Penyebaran
:
Di Indonesia tumbuh di Jawa, Madura, Bali, Kepulauan Karimun Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Maluku dan Sumba, Irian Jaya.






2.       Adapun Jenis Hewan Hutan Mangrove , Antara Lain :
1)      Gastropoda
Gambar : gastropoda
Ø  klasifikasi
Kingdom       : Animalia
Phylum         : Molluska
Kelas              : Gastropoda
Order             : Pulmonata
Famili            : Achanidae
Genus           : Achatina
Species         : Achatina sp.

Ø  Deskripsi
Nama Gastropoda berasal dari bahasa Latin gaster yang berarti perut  dan podos yang berarti kaki, jadi, gastropoda berarti kelompok hewan invertebra, bertubuh lunak, yang berjalan dengan perut sebagai alat gerak atau kakinya. Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagian ventral tubuhnya.Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya.
Hewan ini ada yang hidup di darat, air tawar, maupun air laut. Anggota kelas ini adalah yang terbesar dari fillum Mollusca, yaitu sekitar 35.000 – 50.000 spesies, yang masih hidup dan sekitar 15.000 jenis yang telah menjadi fosil. Karena jenis Gastropoda ini sangat banyak, maka hewan ini mudah ditemukan.
Bentuk cangkangnya bermacam-macam seperti tanduk, berduri, atau menjari. Namun ada pula Mollusca yang tidak mempunyai cangkang, misalnya siput telanjang (Vaginula), jenis ini ada yang hidup di laut dan ada pula yang hidup di darat.
Gerakan Gastropoda disebabkan oleh kontraksi-kontraksi otot seperti gelombang, dimulai dari belakang menjalar ke depan. Kaki bagian depan memiliki kelenjar untuk menghasilkan lendir yang berfungsi untuk mempermudah berjalan, sehingga jalannya meninggalkan bekas. Hewan ini dapat bergerak secara mengagumkan, yaitu memanjat ke pohon tinggi atau memanjat ke bagian pisau cukur tanpa teriris.
Pada bagian kepala siput terdapat sepasang tentakel (sungut) panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada tentakel panjang, terdapat bintik mata. Mata ini hanya berfungsi untuk membedakan gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai indera peraba dan pembau.
Pernafasan bagi Gastropoda yang hidup di darat menggunakan paru-paru, sedangkan Gastropoda yang hidup di air, bernafas dengan insang.
Gastropoda umumnya pemakan tumbuh-tumbuhan atau disebut hewan herbivora. Meskipun ada juga yang hidup sebagai  omnivora dan karnivora predator contohnya siput yang ada di laut (Conesnail). Beberapa contoh siput darat adalah bekicot (Achatina fulica) dan Helix pomatia (siput kebun).
Sistem pencernaan dimulai dari mulut yang dilengkapi dengan rahang dari zat tanduk. Di dalam mulut terdapat lidah parut atau radula dengan gigi-gigi kecil dari kitin, yang berfungsi untuk memakan daun. Lidahnya relatif panjang dan sempit. Hewan ini memiliki kelenjar ludah di kiri kanan tembolok dan sebuah hati yang terhubung dengan lambung yang terletak di bagian atas rumahnya Selanjutnya terdapat faring yang berotot, esofagus, tembolok tipis, lambung yang bulat, usus halus yang berkelok-kelok, dan berakhir di anus.
Alat ekskresi berupa sebuah ginjal yang terletak dekat jantung. Hasil ekskresi dikeluarkan ke dalam rongga mantel.
Sistem respirasi dan sirkulasi menggunakan paru-paru yang disebut pulmonata, yaitu jaringan di luar dinding luar mantel tempat udara keluar dan masuk. Sistem peredaran darah adalah sistem peredaran darah terbuka. Jantung terdiri dari serambi dan bilik (ventrikel) yang terletak dalam rongga tubuh. Darah yang mengumpul dalam tubuh dan udara dari paru paru dipompa oleh jantung lewat arteri dalam kepala, kaki, dan organ dalam tubuh.
Sistem saraf terdiri atas tiga buah ganglion utama yakni ganglion otak (ganglion cerebral), ganglion visceral atau ganglion organ-organ dalam dan ganglion kaki ( pedal). Ketiga ganglion utama ini dihubungkan oleh serat saraf longitudinal, sedangkan serat saraf longitudinal ini dihubungkan oleh saraf transversal ke seluruh bagian tubuh. Di dalam ganglion pedal yang berada di bawah kaki, terdapat statokis  ( statocyst) yang berfungsi sebagai alat keseimbangan. Sedangkan struktur peraba terdapat dalam lapisan epidermis kepala dan kaki.
Gastropoda mempunyai alat reproduksi jantan dan betina yang bergabung atau disebut juga ovotestes. Di ovotestes inilah dihasilkan sprema dan ovum. Gastropoda adalah hewan hemafrodit, tetapi tidak mampu melakukan autofertilisasi, karena masaknya sperma dan ovum tidak bersamaan. Setelah fertilisasi yang terjadi di hewan betina, maka selanjutnya hewan betina akan mengeluarkan telur yang telah dibuahi dan biasanya diletakkan dalam lubang tanah sampai menetas dan akan berkembang menjadi dewasa.
Secara perlahan membentuk gerakan seperti riak dari kaki yang memanjang. Cangkang gastropoda terdiri dari tiga lapisan, yaitu periostrakum yang tipis, prismatik yang mengandung kalsium karbonat, dan nakreas yang mengkilat. Sebagian yang hidup di darat tidak memiliki insang khusus sehingga untuk bernapas menggunakan lapisan rongga mantel yang berfungsi sebagai paru-paru dan dapat mempertukarkan udara pernapasan dengan udara luar. Contoh gastropoda antara lain : bekicot (Achatina fulica) dan Nudibranchia (sea slug).



2)      Kepiting
Gambar : kepiting

Ø  Klasifikasi
Kingdom              : Animalia
Pilum                    : arthropoda
Ordo                      : decapoda
Family                   : portunidae
Genus                   : Scylla
Spesies : Scylla sp.
Ø  Deskripsi
Kepiting, selain untuk menjadi bahan makanan secara ekologis kepiting juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan memainkan peranan penting di daerah mangrove. Daun yang dimangsa kepiting dan dikeluarkan dalam bentuk faeces terbukti lebih cepat terurai dibandingkan dengan daun yang tidak dimangsa. Hal ini menyebabkan proses perputaran energi berjalan cepat di mangrove. Selain itu, keberadaan lubang-lubang kepiting, secara tidak langsung mampu mengurangi kadar racun tanah mangrove yang terkenal anoksik. Lubang-lubang ini membantu terjadinya proses pertukaran udara di tanah mangrove. Kepiting bakau (Scylla sp) merupakan-satu-satunya spesies dari famili Portunidea yang memiliki assosiasi yang dekat dengan lingkungan mangrove/hutan bakau, sehingga dikenal dengan nama kepiting bakau atau mud crab.
3)      Ikan Tempakul (Periothalamus sp)
Gambar : Tempakul (Periothalamus sp)

Ø  Klasifikasi
Kingdom              : Animalia
Filum                     : Chordata
Kelas                     : Actinopterygii
Ordo                      : Perciformes
Famili                    : Gobiidae
Subfamili             : Oxudercinae
Genus                   : Periothalamus
                                Spesies                 : Periothalamus sp.

Ø  Deskripsi
Periothalamus sp. atau yang biasa disebut ikan Tempakul adalah jenis ikan yang  bisa merangkak naik ke darat atau bertengger pada akar-akar pohon bakau. Karena kemampuan inilah ikan tempakul disebut juga ikan glodok. Ikan ini hidup di zona pasang surut di lumpur pantai yang ada pohon-pohon bakaunya.



4)      Biawak (Varanus salvator )
                         Gambar : Biawak (Varanus salvator )

Ø  Klasifikasi
Kingdom              : Animalia
Filum                     : Chordata
Kelas                     : Reptilia
Ordo                      : Squamata
Famili                    : Varanidae
Genus                   : Varanus
Spesies                 : Varanus salvator

Ø  Deskripsi
Varanus salvator atau yang lebih kita kenal dengan biawak air adalah hewan sejenis reptile yang hidup di kawasan tropis  habitat biawak antara lain ialah hutan, sungai, rawa , muara, dan pantai (biawak air asin).  Panjang  dari kepala sampai ke ekor bisa mencapai 60cm+ dan berat bisa mencapai 70 kg.

        Cara  berburu  biawak  ialah  mengintai  mangsa nya ,dan  menggigit langsung jika buruannya kecil,   namun jika  besar  dia  akan menggit dengan satu kali gigitan dan melepaskannya . hewan yang terkena gigitannya biasanya mengalami inveksi  hal itu  di karenakan gigi biawak seperti gergaji yang condong kebelakang. Hal  itu  membuat  setiap  kali  biawak  memakan  buruannya   daging buruan nya  akan  menyangkut atau  tersisa dalam gigi  biawak dan membusuk dan  menjadikan  bakteri  berbahaya  hidup  subur di  dalam mulutnya. hal itu lah yang membuat gigitan dan air liurnya sangat berbahaya.

         Cara  makan  biawak  ialah  menelan  langsung,  biawak  akan  memakan langsung   buruannya  jika kecil  seperti  tikus,ikan, kadal dan hewan kecil lainnya. Namun jika   makanannya besar yaitu seperti kambing, sapi , kucing dsbg. Biawak  akan  menggigit  dan   mengoyak   daging  ke  kanan  dan  kiri sampai  mendapatkan  daging  yang  bisa  di  telan  langsung.  Pada  umumnya  biawak akan memakan buruannya beramai ramai.

           Pertahanan biawak ada 2 yaitu dengan mengandalkan bakteri dalam mulut nya yang digigitkan ke musuh, dan mengibaskan ekor nya, ekornya adalah salah satu cara mempertahankan dirinya. Bahaya dari ekor nya ialah karena pada ekor biawak terdapat tulang-tulanag kecil yang menonjol dan apabila kibasan ekor nya terkena pada tubuh maka akan terasa sangat perih kekuatan kibasan ekor biwak usia dewasa sama seperti  3 kali lipat cambuka pria dewasa.
5)      Ular Laut
Gambar : Ular laut




Ø  Klasifikasi

Kerajaan              : Animalia
Filum                     : Chordata
Upafilum             : Vertebrata
Kelas                     : Reptilia
Ordo                      : Squamata
Upaordo              : Serpentes
Famili                    : Elapidae

Ø  Deskripsi
Ular laut terdiri dari banyak jenis (salah satu di antaranya Erabu) dan kesemuanya merupakan ular yang memiliki racun yang sangat kuat.Ada sebuah teori yang menyatakan bahwa asal mula ular laut di dunia berasal dari pulau Borneo (Kalimantan) Indonesia. Ular laut tersebut pada mulanya adalah ular Welang biasa yang hidup di pantai Pulau Borneo dan kemudian mulai masuk ke laut lepas untuk mencari ikan dan berevolusi dengan lingkungannya hingga menjadi ular laut yang kita kenal sekarang ini.
Ular laut umumnya hidup terbatas di laut-laut tropis, utamanya di Samudra India dan sebelah barat Samudra Pasifik. Salah satu jenis ular laut, yaitu ular perut kuning (Pelamis platurus) ruang hidupnya bahkan mencapai bagian timur Samudra Pasifik. Sedangkan ular zaitun (Aipysurus laevis) lebih banyak hidup di karang-karang.
Bisa ular laut sangat kuat karena memiliki kekuatan 30 kali bisa ular Cobra da mengandung bisa yang lengkap seperti layaknya jenis-jenis ular elapidae. Meskipun memiliki racun sangat sangat kuat, ular laut jarang menggigit manusia dikarenakan mulutnya yang sangat kecil dibandingkan dengan jenis ular lainnya. Biasanya manusia akan tergigit ular laut di daerah ujung jari. Ular ini tidak dapat menggigit manusia di lengan, kaki, atau bagian tubuh lainnya karena mulutnya yang kecil tersebut. Meskipun demikian, ular laut tetap merupakan ancaman bagi para nelayan dan penyelam karena racunnya yang sangat kuat. Pada beberapa kasus gigitan ular laut pada seorang penyelam, penyelam yang berusaha memegang dan tergigit oleh ular laut dapat mengalami kegagalan fungsi jantung dan meninggal sebelum sempat mencapai permukaan air.Oleh karena itu, kita tidak perlu takut berlebihan terhadap ular laut, akan tetapi kita perlu tetap waspada pada saat memancing, menyelam, atau berada di pantai.

6)      Bekantan
                Gambar : Bekantan
Ø  Klasifikasi
Kerajaan              : Animalia;
Filum                     : Chordata;
Kelas                     : Mammalia;
Ordo                      : Primata;
Famili                    : Cercopithecidae;
Upafamili             : Colobinae;
Genus                   : Nasalis
 Spesies                : Nasalis larvatus




Ø  Deskripsi
Bekantan atau biasa disebut Monyet Belanda merupakan satwa endemik Pulau Kalimantan (Indonesia, Brunei, dan Malaysia). Bekantan merupakan sejenis kera yang mempunyai ciri khas hidung yang panjang dan besar dengan rambut berwarna coklat kemerahan. Dalam bahasa ilmiah, Bekantan disebut Nasalis larvatus.
Bekantan dalam bahasa latin (ilmiah) disebut Nasalis larvatus, sedang dalam bahasa inggris disebut Long-Nosed Monkey atau Proboscis Monkey. Di negara-negara lain disebut dengan beberapa nama seperti Kera Bekantan (Malaysia), Bangkatan (Brunei), Neusaap (Belanda). Masyarakat Kalimantan sendiri memberikan beberapa nama pada spesies kera berhidung panjang ini seperti Kera Belanda, Pika, Bahara Bentangan, Raseng dan Kahau.
Bekantan yang merupakan satu dari dua spesies anggota Genus Nasalis ini sebenarnya terdiri atas dua subspesies yaitu Nasalis larvatus larvatus dan Nasalis larvatus orientalis. Nasalis larvatus larvatus terdapat dihampir seluruh bagian pulau Kalimantan sedangkan Nasalis larvatus orientalis terdapat di bagian timur laut dari Pu lau Kalimantan.
Binatang yang oleh IUCN Redlist dikategorikan dalam status konservasi “Terancam” (Endangered) merupakan satwa endemik pulau Kalimantan. Satwa ini dijadikan maskot (fauna identitas) provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan SK Gubernur Kalsel No. 29 Tahun 1990 tanggal 16 Januari 1990. Selain itu, satwa ini juga menjadi maskot Dunia Fantasi Ancol.
Ø  Ciri-ciri dan Habitat Bekantan
Hidung panjang dan besar pada Bekantan (Nasalis larvatus) hanya dimiliki oleh spesies jantan. Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Kera betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai Monyet Belanda.
Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75 cm dengan berat mencapai 24 kg. Kera Bekantan betina berukuran sekitar 60 cm dengan berat 12 kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar (buncit). Perut buncit ini sebagai akibat dari kebiasaan mengkonsumsi makanannya yang selain mengonsumsi buah-buahan dan biji-bijian mereka juga memakan dedaunan yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna. Bekantan (Nasalis larvatus) hidup secara berkelompok. Masing-masing kelompok dipimpin oleh seekor Bekantan jantan yang besar dan kuat. Biasanya dalam satu kelompok berjumlah sekitar 10 sampai 30 ekor.

7)      Crustacea dan Moluska
Berbagai jenis fauna yang relatif kecil dan tergolong dalam invertebrata, seperti udang dan kepiting (Krustasea), gastropoda dan bivalva (Moluska), Cacing (Polikaeta) hidup di hutan mangrove. Kebanyakan invertebrata ini hidup menempel pada akar-akar mangrove, atau di lantai hutan mangrove. Sejumlah invertebrata tinggal di dalam lubang-lubang di lantai hutan mangrove yang berlumpur. Melalui cara ini mereka terlindung dari perubahan temperatur dan faktor lingkungan lain akibat adanya pasang surut di daerah hutan mangrove.
Biota yang paling banyak dijumpai di ekosistem mangrove adalah crustacea dan moluska. Kepiting, Uca sp dan berbagai spesies Sesarma umumnya dijumpai di hutan Mangrove. Kepiting-kepiting dari famili Portunidae juga merupakan biota yang umum dijumpai. Kepiting-kepiting yang dapat dikonsumsi (Scylla serrata) termasuk produk mangrove yang bernilai ekonomis dan menjadi sumber mata pencaharian penduduk sekitar hutan mangrove. Udang yang paling terkenal termasuk udang raksasa air tawar (Macrobrachium rosenbergii) dan udang laut (Penaeus indicus , P. Merguiensis, P. Monodon, Metapenaeus brevicornis) seringkali juga ditemukan di ekosistem mangrove. Semua spesies-spesies ini umumnya mempunyai dasar-dasar sejarah hidup yang sama yaitu menetaskan telurnya di ekosistem mangrove dan setelah mencapai dewasa melakukan migrasi ke laut. Ekosistem mangrove juga merupakan tempat memelihara anak- anak ikan. Migrasi biota ini berbeda-beda tergantung spesiesnya. Udang Penaeus dijumpai melimpah jumlahnya hingga kedalaman 50 meter sedangkan Metapenaeus paling melimpah dalam kisaran kedalaman 11-30 meter dan Parapenaeopsis terbatas hanya pada zona 5-20 meter.
Penaeid bertelur sepanjang tahun tetapi periode puncaknya adalah selama Mei – Juni dan Oktober- Desember yang bertepatan dengan datangnya musim hujan atau angin musim. P. Merquiensis setelah post larva ditemukan pada bulan November dan Desember dan setelah 3 – 4 bulan berada di mangrove mencapai juvenile dan pada bulan Maret sampai Juni juvenil berpindah ke air yang dangkal. Setelah mencapai dewasa atau lebih besar, udang akan bergerak lebih jauh lagi keluar garis pantai untuk bertelur dengan kedalaman melebihi 10 meter. Waktu untuk bertelur dimulai bulan Juni dan berlanjut sampai akhir Januari.
Molusca yang memiliki nilai ekonomis biasanya sudah jarang ditemukan di ekosistem mangrove karena dieksploitasi secara besar-besaran. Contohnya adalah spesies Anadara sp saat ini jarang ditemukan di beberapa lokasi ekosistem mangrove karena dieksploitasikan secara berlebihan. Bivalva lain yang paling penting di wilayah mangrove adalah kerang darah (Anadara granosa) dan gastropod yang biasanya juga dijumpai terdiri dari Cerithidia obtusa, Telescopium mauritsii dan T telescopium. Kerang-kerang ini merupakan sumber daya yang penting dalam produksi perikanan, dan karena mangrove mampu menyediakan substrat sebagai tempat berkembang biak yang sesuai, dan sebagai penyedia pakan maka dapat mempengaruhi kondisi perairan sehingga menjadi lebih baik. Kerang merupakan sumberdaya penting dalam pasokan sumber protein dan sumber penghasilan ekonomi jangka panjang. Untuk penduduk sekitar pantai menjadikan kerang sebagai salah satu jenis yang penting dalam penangkapan di wilayah mangrove.
8)      Gastropoda
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNYHifcC7qDrQEnVEoSBMmztzfWq-_WChgljuUqvuxfY08GeW10nMXWcH6fzw3ylbke3ehrUXlqQa2WGYc7ek1B5GPKSkjLuhJx_Az3Nsu5xA7onu9ityMbtvglQ1R2Kxb1_LY0ZR7CwWd/s1600/GATRO.jpg
Nama Gastropoda berasal dari bahasa Latin gaster yang berarti perut  dan podos yang berarti kaki, jadi, gastropoda berarti kelompok hewan invertebra, bertubuh lunak, yang berjalan dengan perut sebagai alat gerak atau kakinya. Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagian ventral tubuhnya.Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya.
Hewan ini ada yang hidup di darat, air tawar, maupun air laut. Anggota kelas ini adalah yang terbesar dari fillum Mollusca, yaitu sekitar 35.000 – 50.000 spesies, yang masih hidup dan sekitar 15.000 jenis yang telah menjadi fosil. Karena jenis Gastropoda ini sangat banyak, maka hewan ini mudah ditemukan.
Bentuk cangkangnya bermacam-macam seperti tanduk, berduri, atau menjari. Namun ada pula Mollusca yang tidak mempunyai cangkang, misalnya siput telanjang (Vaginula), jenis ini ada yang hidup di laut dan ada pula yang hidup di darat.
Gerakan Gastropoda disebabkan oleh kontraksi-kontraksi otot seperti gelombang, dimulai dari belakang menjalar ke depan. Kaki bagian depan memiliki kelenjar untuk menghasilkan lendir yang berfungsi untuk mempermudah berjalan, sehingga jalannya meninggalkan bekas. Hewan ini dapat bergerak secara mengagumkan, yaitu memanjat ke pohon tinggi atau memanjat ke bagian pisau cukur tanpa teriris.
Pada bagian kepala siput terdapat sepasang tentakel (sungut) panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada tentakel panjang, terdapat bintik mata. Mata ini hanya berfungsi untuk membedakan gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai indera peraba dan pembau.
Pernafasan bagi Gastropoda yang hidup di darat menggunakan paru-paru, sedangkan Gastropoda yang hidup di air, bernafas dengan insang.
Gastropoda umumnya pemakan tumbuh-tumbuhan atau disebut hewan herbivora. Meskipun ada juga yang hidup sebagai  omnivora dan karnivora predator contohnya siput yang ada di laut (Conesnail). Beberapa contoh siput darat adalah bekicot (Achatina fulica) dan Helix pomatia (siput kebun).
9)      Ikan
http://kkcdn-static.kaskus.co.id/images/2012/11/10/3797258_20121110095951.jpg
Ikan Kuwe
Ikan di daerah hutan mangrove cukup beragam yang dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu :
Ikan penetap sejati, yaitu ikan yang seluruh siklus hidupnya dijalankan di daerah hutan mangrove seperti ikan Gelodok (Periopthalmus sp).
Ikan penetap sementara, yaitu ikan yang berasosiasi dengan hutan mangrove selama periode anakan, tetapi pada saat dewasa cenderung menggerombol di sepanjang pantai yang berdekatan dengan hutan mangrove, seperti ikan belanak (Mugilidae), ikan Kuweh (Carangidae), dan ikan Kapasan, Lontong (Gerreidae).
Ikan pengunjung pada periode pasang, yaitu ikan yang berkunjung ke hutan mangrove pada saat air pasang untuk mencari makan, contohnya ikan Kekemek, Gelama, Krot (Scianidae), ikan Barakuda, Alu-alu, Tancak (Sphyraenidae), dan ikan-ikan dari familia Exocietidae serta Carangidae.
Ikan pengunjung musiman. Ikan-ikan yang termasuk dalam kelompok ini menggunakan hutan mangrove sebagai tempat asuhan atau untuk memijah serta tempat perlindungan musiman dari predator.
10)   Katak Laut
https://rioardi.files.wordpress.com/2009/07/katak.jpg?w=500

11)   Ular Pohon
https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTa8uSTENZXEszgN_SHNmFto2n550RjJjXeD5U3xRGydv034V3g0A



12)   Kadal
https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQX3f3xqVe219_HqMMad-XmUqnVfxfkW8NkHS4ydc1WP5rHXCZmTQ

13)   Laba-laba

https://f4iqun.files.wordpress.com/2007/05/spider-2.jpg

14)   Burung Bangau
https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTCg3wQFk9tB-4EjCKYW-taP3XWM1-gwe5_RjBDk9-6rC1XmPgMOg




15)   Burung Mangrove
http://ibc.lynxeds.com/files/pictures/Mangrove_Cuckoo_la_GR_MP.jpg

















BAB III
KESIMPULAN
Hutan mangrove adalah nama sekelompok tumbuhan dari marga Rhizophora, suku Rhizophoraceae dan tumbuhan Avicenia. Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri yang menyolok berupa akar tunjang yang besar dan berkayu, pucuk yang tertutup daun penumpu yang meruncing, serta buah yang berkecambah serta berakar ketika masih di pohon (vivipar). Pohon bakau juga memiliki banyak nama lain seperti tancang, tanjang (Jw.); tinjang (Md.); bangko (Bugis); kawoka (Timor), wako, jangkar dan lain-lain. Mangrove mempunyai peranan ekologis, ekonomis, dan sosial yang sangat penting dalam mendukung pembangunan wilayah pesisir. Hutan Bakau (mangrove) ikut terdegradasi.
Hutan mangrove sangat berbeda dengan tumbuhan lain di hutan pedalaman tropis dan subtropis, ia dapat dikatakan merupakan suatu hutan di pinggir laut dengan kemampuan adaptasi yang luar biasa. Akarnya, yang selalu tergenang oleh air, dapat bertoleransi terhadap kondisi alam yang ekstreem seperti tingginya salinitas dan garam. Hal ini membuatnya sangat unik dan menjadi suatu habitat atau ekosistem yang tidak ada duanya.
Hutan mangrove memiliki ciri-ciri fisik yang unik di banding tanaman lain. Hutan mangrove mempunyai tajuk yang rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang selalu berdaun. Keadaan lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai faktor-faktor yang ekstrim seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang air terus menerus. Meskipun mangrove toleran terhadap tanah bergaram (halophytes), namun mangrove lebih bersifat facultative daripada bersifat obligative karena dapat tumbuh dengan baik di air tawar.






DAFTAR PUSTAKA



SHARE

Milan Tomic

Hi. I’m Designer of Blog Magic. I’m CEO/Founder of ThemeXpose. I’m Creative Art Director, Web Designer, UI/UX Designer, Interaction Designer, Industrial Designer, Web Developer, Business Enthusiast, StartUp Enthusiast, Speaker, Writer and Photographer. Inspired to make things looks better.

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com tipscantiknya.com kumpulanrumusnya.comnya.com