LAPORAN KULIAH LAPANGAN
EKOLOGI LAUT TROPIS
“EKOSISTEM MANGROVE”
Tanggal : Desember 2015
Dosen Pengampuh : Gazali Salim, S.Kel., M.Si
Disusun Oleh :
Kelompok 4
ADNAN
ABDUL RASYID 14301010030
FERA
CHRISTIN 14301010031
MUHAMMAD
RAHMAD 14301010036
RASDI
14301010038
RUSMIYANTI 14301010039
ISMAIL 12301010059
ISWANDI 12301010065
TOMY
OKTOV HAMDANI 12301010066
DWI
OKTAVIANI 12301010072
CHANDRA
APRIYANSYAH 12301010076
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
hidayah-Nyalah penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah Pengantar
Ekologi Laut Tropis . Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada para pembimbing yang telah memberikan arahan,
petunjuk dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah yang akan penulis susun selanjutnya.
Penulis berharap makalah ini dapat
berguna bagi para pembaca serta dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran
mengenai Ekosistem Mangrove.
Tarakan, Desember
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ekosistem
adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak
terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan
juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur
lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Ekosistem
merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi
timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi
menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi
antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi
yang ada.
Dalam
ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan
fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik,
sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup.
Pengertian ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: “organisme, khususnya
mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem
kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk kehidupan”. Hal ini mengarah
pada kenyataan bahwa kandungan kimia atmosfer dan bumi sangat terkendali dan
sangat berbeda dengan planet lain dalam tata surya.
Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki sekitar 17.500 pulau dengan
panjang pantai sekitar 81.000 km, sehingga negara kita memiliki potensi sumber
daya wilayah pesisir laut yang besar. Ekosistem pesisir laut merupakan sumber daya
alam yang produktif sebagai penyedia energi bagi kehidupan komunitas di
dalamnya. Selain itu ekosistem pesisir dan laut mempunyai potensi sebagai
sumber bahan pangan, pertambangan dan mineral, energi, kawasan rekreasi dan
pariwista. Hal ini menunjukkan bahwa ekosistem pesisir dan laut merupakan aset
yang tak ternilai harganya di masa yang akan datang. Ekosistem pesisir dan laut
meliputi estuaria, hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang, ekosistem
pantai dan ekosistem pulau-pulau kecil. Komponen-komponen yang menyusun
ekosistem pesisir dan laut tersebut perlu dijaga dan dilestarikan karena
menyimpan sumber keanekaragaman hayati dan plasma nutfah. Salah satu komponen
ekosistem pesisir dan laut adalah hutan mangrove.
Hutan bakau
atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa
berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut
air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi
pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung
dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan
mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Ekosistem
hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan
kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur
penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang
bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat
khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.
1.2
Tujuan.
1. Menjelaskan ekosistem hutan mangrove
2.
Menjelaskan peranan dan fungsi hutan mangrove.
3.
Untuk mengetahui Kalsifikasi jenis Tumbuhan dan Hewan
di Hutan Mangrove.
1.3
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud hutan mangrove?
2. Apa peranan dan fungsi hutan mangrove?
3. Sebutkan Klasifikasi tumbuhan dan Hewan di Hutan Mangrove?
1. Apa yang dimaksud hutan mangrove?
2. Apa peranan dan fungsi hutan mangrove?
3. Sebutkan Klasifikasi tumbuhan dan Hewan di Hutan Mangrove?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Ekosistem Mangrove
Mangrove berasal dari
kata mangal yang menunjukkan komunitas suatu tumbuhan (Odum, 1983). Di
Suriname, kata mangro pada mulanya merupakan kata umum yang dipakai untuk jenis
Rhizophora mangle. Karsten (1980 dalam Chapman, 1976). Di Portugal, kata mangue
digunakan untuk menunjukkan suatu individu pohon dan kata mangal untuk
komunitas pohon tersebut. Di Perancis, pedanan yang digunakan untuk Mangrove
adalah kata menglier. MacNae (1968) menggunakan kata mangrove untuk individu
tumbuhan dan mangal untuk komunitasnya.
Hutan mangrove adalah sebutan untuk sekelompok tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut pantai. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, atau juga hutan payau. Kita sering menyebut hutan di pinggir pantai tersebut sebagai hutan bakau. Sebenarnya, hutan tersebut lebih tepat dinamakan hutan mangrove. Istilah 'mangrove' digunakan sebagai pengganti istilah bakau untuk menghindarkan kemungkinan salah pengertian dengan hutan yang terdiri atas pohon bakau Rhizophora spp. Karena bukan hanya pohon bakau yang tumbuh di sana. Selain bakau, terdapat banyak jenis tumbuhan lain yang hidup di dalamnya.
Hutan mangrove adalah sebutan untuk sekelompok tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut pantai. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, atau juga hutan payau. Kita sering menyebut hutan di pinggir pantai tersebut sebagai hutan bakau. Sebenarnya, hutan tersebut lebih tepat dinamakan hutan mangrove. Istilah 'mangrove' digunakan sebagai pengganti istilah bakau untuk menghindarkan kemungkinan salah pengertian dengan hutan yang terdiri atas pohon bakau Rhizophora spp. Karena bukan hanya pohon bakau yang tumbuh di sana. Selain bakau, terdapat banyak jenis tumbuhan lain yang hidup di dalamnya.
Beberapa ahli
mengemukakan definisi hutan mangrove, seperti Soerianegara dan Indrawan (1982)
menyatakan bahwa hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di daerah pantai,
biasanya terdapat didaerah teluk dan di muara sungai yang dicirikan oleh: (1)
tidak terpengaruh iklim; (2) dipengaruhi pasang surut; (3) tanah tergenang air
laut; (4) tanah rendah pantai; (5) hutan tidak mempunyai struktur tajuk; (6)
jenis-jenis pohonnya biasanya terdiri atas api-api (Avicenia sp), pedada
(Sonneratia), bakau (Rhizopora sp), lacang (Bruguiera sp), nyirih (Xylocarpus
sp), nipah (Nypa sp) dan lain-lain
2.2
Karakteristik Hutan Mangrove
Bakau adalah nama sekelompok tumbuhan
dari marga Rhizophora, suku Rhizophoraceae. Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri
yang menyolok berupa akar tunjang yang besar dan berkayu, pucuk yang tertutup
daun penumpu yang meruncing, serta buah yang berkecambah serta berakar ketika
masih di pohon (vivipar). Pohon bakau juga memiliki banyak nama lain seperti
tancang, tanjang (Jw.); tinjang (Md.); bangko (Bugis); kawoka (Timor), wako,
jangkar dan lain-lain. Secara fisik hutan mangrove menjaga garis pantai agar
tetap stabil, melindungi pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya erosi
laut serta sebagai perangkap zat-zat pencemar dan limbah, mempercepat perluasan
lahan, melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan dan gelombang dan
angin kencang; mencegah intrusi garam (salt intrution) ke arah darat; mengolah limbah
organik, dan sebagainya.
Ekosistem hutan bakau bersifat khas,
baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya abrasi tanah;
salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut
air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam
ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah
melewati proses adaptasi dan evolusi
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Hutan mangrove mempunyai tajuk yang
rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang selalu berdaun. Keadaan
lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai faktor-faktor yang ekstrim
seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang air terus menerus. Meskipun
mangrove toleran terhadap tanah bergaram (halophytes), namun mangrove lebih
bersifat facultative daripada bersifat obligative karena dapat tumbuh dengan
baik di air tawar. Hal ini terlihat pada jenis Bruguiera sexangula, Bruguiera
gymnorrhiza, dan Sonneratia caseolaris yang tumbuh, berbuah dan berkecambah di
Kebun Raya Bogor dan hadirnya mangrove di sepanjang tepian sungai Kapuas,
sampai ke pedalaman sejauh lebih 200 km, di Kalimantan Barat. Mangrove juga
berbeda dari hutan darat, dalam hal ini jenis-jenis mangrove tertentu tumbuh
menggerombol di tempat yang sangat luas. Disamping Rhizophora spp., jenis
penyusun utama mangrove lainnya dapat tumbuh secara "coppice”. Asosiasi
hutan mangrove selain terdiri dari sejumlah jenis yang toleran terhadap air
asin dan lingkungan lumpur, bahkan juga dapat berasosiasi dengan hutan air
payau di bagian hulunya yang hampir seluruhnya terdiri atas tegakan nipah Nypa
fruticans.
2.3
Peranan dan Fungsi Hutan Mangrove
Bakau (mangrove) merupakan komunitas
vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang
mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur (Bengen,
2000). Sementara ini wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah dimana
daratan berbatasan dengan laut. Batas wilayah pesisir di daratan ialah
daerah-daerah yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air dan masih
dipengaruhi oleh proses-proses bahari seperti pasang surutnya laut, angin laut
dan intrusi air laut, sedangkan batas wilayah pesisir di laut ialah
daerah-daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti
sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta daerah-daerah laut yang
dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan seperti penggundulan
hutan dan pencemaran.
Kawasan pesisir dan laut merupakan
sebuah ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara timbal balik
(Siregar dan Purwaka, 2002). Masing-masing elmen dalam ekosistem memiliki peran
dan fungsi yang saling mendukung. Kerusakan salah satu komponen ekosistem dari
salah satunya (daratan dan lautan) secara langsung berpengaruh terhadap
keseimbangan ekosistem keseluruhan. Hutan mangrove merupakan elemen yang paling
banyak berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir
bahan-bahan pencemar. Secara biologi hutan mangrove mempunyai fungsi sebagai
daerah berkembang biak (nursery ground), tempat memijah (spawning ground), dan
mencari makanan (feeding ground) untuk berbagai organisme yang bernilai
ekonomis khususnya ikan dan udang. Habitat berbagai satwa liar antara lain,
reptilia, mamalia, hurting dan lain-lain. Selain itu, hutan mangrove juga
merupakan sumber plasma nutfah.
Secara biologis ekosistem hutan
mangrove memiliki produktivitas yang tinggi. Produktivitas primer ekosistem
mangrove ini sekitar 400-500 gram karbon/m2/tahun adalah tujuh kali lebih
produktif dari ekosistem perairan pantai lainnya (White, 1987). Oleh karenanya,
ekosistem mangrove mampu menopang keanekaragaman jenis yang tinggi. Daun
mangrove yang berguguran diuraikan oleh fungi, bakteri dan protozoa menjadi
komponen-komponen bahan organik yang lebih sederhana (detritus) yang menjadi
sumber makanan bagi banyak biota perairan (udang, kepiting dan lain-lain)
(Naamin, 1990).
Menurut Suryanto (2007) mengungkapkan
beberapa keutamaan hutan mangrove baik dari aspek ekonomi maupun aspek
lingkungan, yaitu:
1.
Penghasil Kayu.
Hutan mangrove dengan komposisi
berbagai jenis pohon dapat menghasilkan
kayu untuk pertukangan dan industri lainnya.
2.
Tempat pemijahan berbagai jenis ikan.
Dengan
adanya hutan mangrove di tepi pantai, ikan kecil, kepiting dan udang sangat
menyukainya untuk berlindung karena gelombang di bawah tegakan hutan mangrove
relatif tenang. Keberadaan biota tersebut juga didukung banyaknya plankton.
3.
Menjaga kelestarian terumbu karang.
Terumbu
karang sangat berguna untuk tempat berlindung beranekaragam binatang air serta
memungkinkan dikembangkan untuk tempat wisata alam.
4.
Mencegah abrasi dan erosi pantai.
Keutuhan pantai dapat terjaga dan menghindari
penurunan luasan pantai secara drastis.
5.
Sebagai perisai hidup.
Apabila
terjadi bencana gelombang tsunami, sehingga sekalipun tertimpa musibah, namun
dampak yang ditimbulkannya tidak akan separah seperti yang terjadi di Aceh.
Menurut informasi 50% kekuatan gempasan gelombang dapat diredam oleh hutan
mangrove.
2.4
Kawasan Konsevasi Mangrove dan Bekantan
(KKMB) Tarakan .
Kawasan
hutan Mangrove ini terletak di jalan Gajah Mada. Luas areanya sekitar 21
hektar. Letak kawasan konservasi hutan mangrove, persisnya bersebelahan dengan
kompleks pasar Gusher salah satu sentra bisnis perekonomian kota Tarakan.
Sementara pada sisi sebelah kanan berbatasan langsung dengan kawasan industri
cold storage dan pelabuhan Tengkayu II.
Kawasan
hutan mangrove selain menjadi obyek wisata juga mempunyai fungsi lain yaitu
sebagai paru-paru Kota Tarakan serta menjadi benteng yang melindungi kota dari
abrasi air laut. Di hutan Mangrove ini juga menjadi habitat alami pohon-pohon
bakau dan fauna-fauna khas Tarakan. Pohon-pohon yang berada di Hutan Mangrove
ini rata-rata sudah berumur puluhan bahkan ratusan tahun.Hutan Mangrove ini
juga dijadikan sebagai laboratorium hidup yang dimanfaatkan oleh
peneliti-peneliti baik dari dalam maupun luar negeri. Hasil penelitan tersebut
sangat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
Di
hutan mangrove ini Anda juga bisa melihat hewan-hewan khas yang tinggal didalam
hutan. Diantara hewan-hewan khas tersebut yang paling menarik yaitu bekantan.
Bekantan merupakan salah satu hewan yang di lindungi. Monyet ini beda dengan
monyet-monyet lain, yang paling unik dari monyet ini yaitu hidungnya yang
panjang. Karena hidungnya yang panjang tersebut monyet ini dijuluki sebagai
"monyet Belanda". Walaupun memiliki tubuh besar bekantan tetap lincah
berayun-ayun dari satu dahan ke dahan lain, menjadi hiburan tersendiri bagi
pengunjung. Jadi, saat Anda berada di Tarakan jangan lewatkan kesempatan untuk
menikmati asrinya hutan bakau yang berada di jatung Kota Tarakan, serta melihat
lucunya tingkah Bekantan.
Keberadaan
satwa langka endemik kalimantan yang dilindungi yaitu monyet bekantan yang
hidup bebas, bergelantungan, dan meloncat dari pohon ke pohon yang lainnya
sebagai salah satu keindahan ciptaan tuhan.
Dibandingkan
dengan jenis monyet atau kera lainnya, hidung monyet bekantan ini mungkin lebih
besar. Hidung sang jantan utamanya menggantung seakan-akan gelayut dan jatuh
menutup bibir, mirip buah terong yang besar membengkak ujungnya. Semakin dewasa
hidung untuk sang jantan kian mekar sampai sekitar 7,5 cm dan tidak heran kalau
pakar primata asing menjulikinya monyet berbelalai.
Kalimantan selatan menjuluki bekantan sebagai warik walanda atau monyet belanda karena hidungnya yang mancung dan warna bulu serta kepaalanya yang kuning coklat kemerahan itu. Monyet ini juga memiliki panjang ekor yang melebihi panjang tubuhnya dan hanya yang jaantan berhidung mancung “belanda”.
Kalimantan selatan menjuluki bekantan sebagai warik walanda atau monyet belanda karena hidungnya yang mancung dan warna bulu serta kepaalanya yang kuning coklat kemerahan itu. Monyet ini juga memiliki panjang ekor yang melebihi panjang tubuhnya dan hanya yang jaantan berhidung mancung “belanda”.
Saat populasi bekantan di
KKMB ada 47 ekor, 14 ekor diantaranya lahir di kkmb. Mereka terbagi dalam 3
kelompok yang memperebutkan posisi “kepala suku” bekantan di kawsan tersebut.
Konon sang “kepala suku” bekantan itu harus perkasa luar dalam karena hanya dia
yang boleh mengawini semua betina dalam kelompoknya. Pejantan dewasa lainnya
harus taat dan patuh sebagai anak buah.
Keunikan dan pesona kkmb
bukan hanya “monyet belanda”nya, tapi juga panaroma atau view perpaduan suasana
alam laut dan hutan mangrove yang dinamis dengan segala kekayaan flora dan
faunanya. perpaduan yang dinamis tersebut menghasilakan 3 view (panaroma) yang
berbeda yang masing-masing mempunyai keindahan tersendiri.
Panaroma pertama ketika air
surut, kita bisa melihat keindahan pohon bakau dari pucuk pohon sampai ke
akar-akar tunjang yang berjuntai mencengkram tanah berlumpur. Sementara itu
para bekantan dan kera ekor panjang bermain di antara perakaran pohon-pohon
bakau sambil mencari ikan dan kepiting. Pada saat air surut akan nampak pula
gundukan-gundukan tanah “istana kepiting”. Kepiting yang aneka warna dapat kita
temukan di sekitar aliran sungai di tengah kkmb.
Ketika air surut kita dapat
juga mengamati ikan “unik” yang dikenal sebagai ikan gelodok atau tempakul
(nama lokal) berlompatan, bertarung, sembunyi di lumpur atau “memanjat” pohon
bakau. Tak jarang ikan ini mengeluarkan suara “klok-klo-klok” yang cukup keras
sehingga menciptakan suasana khas pesisir. Ada beberapa spesies ikan jenis ini
yang dapat kita lihat. Bila beruntung kita bisa juga bertemu dengan “komodo
mini”, biawak, yang panjangnya bisa mencapai sekitar 2 sampai 3 meter, sedang merangkak
di atas pohon atau di balik perakaran mangrove.
Panaroma kedua adalah ketika
air mulai pasang kira-kira setinggi 60 cm dari dasar pantai. Pada saat itu,
kita bisa melihat ular-ular laut berenang, ikan, dan berbagai biota laut yang
saat tertentu kita bisa lihat. Ini juga saat yang tepat bagi pengunjung yang
tertarik untuk mendapatkan pengalaman unik yang berkesan, yaitu menangkap
kepiting tradisional “ambau”. “ambau” adalah sejenis perangkap kepiting yangsederhana
tetapi praktis.
Panaroma ketiga adalah
ketika air pasang naik maksimal, sekitar 10 cm dibawah jembatan ulin. Kita
seolah-olah berada di lautan anatra tegakan-tegakan berbagai spesies pohon
mangrove yang asri. Bagi pengunjung yang ingin mengetahui tingkah laku kawanan
bekantan, si monyet belanda, maka disarankan untuk hunting dengan kamera video
atau photo, lebih baik bila dilengkapi dengan tele.
Akses Letaknya yang berada di jantung kota membuat kawasan wisata ini mudah untuk di temukan. Dari kompleks THM Simpang Tiga yang merupakan pusat keramain Kota Tarakan Anda bisa menggunakan kendaraan umum seperti angkot, hanya memakan waktu sekitar 5 menit. Jika Anda ingin bersantai, bisa juga berjalan kaki. Letak kawasan hutan mangrove berbatasan langsung dengan komplek Pasar Gusher yang merupakan sentra perekonomian masyarakat Tarakan dan dan kawasan industry cold storage serta pelabuhan Tengkayu II.
Kawasan Konsevasi Mangrove dan Bekantan (KKMB)
Jl. Gajah Mada, Tarakan, Kalimantan Timur
Tarif Masuk : Anak-Anak Rp. 2.000,-
Dewasa Rp. 3.000,-
Jl. Gajah Mada, Tarakan, Kalimantan Timur
Tarif Masuk : Anak-Anak Rp. 2.000,-
Dewasa Rp. 3.000,-
2.5
Keragaman Jenis Tumbuhan dan Hewan di
Hutan Mangrove
1. Jenis
Jenis Tumbuhan yang hidup dihutan mangrove , antara lain :
Gambar : Prepat
( Sonetaria Alba)
|
Ø
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo :
Myrtales
Family
: Sonneratiaceae
Genus : Sonneratia
Species :
Sonneratia alba
Ø
Deskripsi
Pohon
selalu hijau, tumbuh tersebar, ketinggian kadang-kadang hingga 15 m. Kulit kayu
berwarna putih tua hingga coklat, dengan celah longitudinal yang halus. Akar
berbentuk kabel di bawah tanah dan muncul kepermukaan sebagai akar nafas yang
berbentuk kerucut tumpul dan tingginya mencapai 25 cm.
Ø
Daun
Daun
berkulit, memiliki kelenjar yang tidak berkembang pada bagian pangkal gagang
daun. Gagang daun panjangnya 6-15 mm. Unit & Letak: sederhana &
berlawanan. Bentuk: bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 5-12,5 x
3-9 cm.
Ø
Bunga
Biseksual;
gagang bunga tumpul panjangnya 1 cm. Letak: di ujung atau pada cabang kecil.
Formasi: soliter-kelompok (1-3 bunga per kelompok). Daun mahkota: putih, mudah
rontok. Kelopak bunga: 6-8; berkulit, bagian luar hijau, di dalam kemerahan.
Seperti lonceng, panjangnya 2-2,5 cm. Benang sari: banyak, ujungnya putih dan
pangkalnya kuning, mudah rontok.
Ø
Buah
Seperti
bola, ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga. Buah
mengandung banyak biji (150-200 biji) dan tidak akan membuka pada saat telah
matang. Ukuran: buah: diameter 3,5-4,5 cm.
Ø
Ekologi
Jenis
pionir, tidak toleran terhadap air tawar dalam periode yang lama. Menyukai
tanah yang bercampur lumpur dan pasir, kadang-kadang pada batuan dan karang.
Sering ditemukan di lokasi pesisir yang terlindung dari hempasan gelombang,
juga di muara dan sekitar pulau-pulau lepas pantai. Di lokasi dimana jenis
tumbuhan lain telah ditebang, maka jenis ini dapat membentuk tegakan yang
padat. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Bunga hidup tidak terlalu lama dan
mengembang penuh di malam hari, mungkin diserbuki oleh ngengat, burung dan
kelelawar pemakan buah. Di jalur pesisir yang berkarang mereka tersebar secara
vegetatif. Kunang-kunang sering menempel pada pohon ini dikala malam. Buah
mengapung karena adanya jaringan yang mengandung air pada bijinya. Akar nafas
tidak terdapat pada pohon yang tumbuh pada substrat yang keras.
Ø
Penyebaran
Dari
Afrika Utara dan Madagaskar hingga Asia Tenggara, seluruh Indonesia, Malaysia,
Filipina, Australia Tropis, Kepulauan Pasifik barat dan Oceania Barat Daya.
Ø
Manfaat
Buahnya
asam dapat dimakan. Di Sulawesi, kayu dibuat untuk perahu dan bahan bangunan,
atau sebagai bahan bakar ketika tidak ada bahan bakar lain. Akar nafas
digunakan oleh orang Irian untuk gabus dan pelampung.
Gambar : Mutut Besar
|
Ø
Klasifikasi
Kingdom :Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
Super Divisi :Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Kingdom :Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
Super Divisi :Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ø Deskripsi
Pohon yang selalu hijau dengan ketinggian kadang-kadang
mencapai 30 m. Kulit kayu memiliki lentisel, permukaannya
halus hingga kasar, berwarna abu-abu
tua sampai coklat (warna berubah-ubah).
Akarnya seperti papan melebar ke samping di bagian pangkal pohon, juga
memiliki sejumlah akar lutut.
Ø Daun
Daun berkulit, berwarna hijau pada lapisan atas dan hijau
kekuningan pada bagian bawahnya dengan
bercak-bercak hitam (ada juga yang tidak). Unit &
Letak: sederhana
& berlawanan. Bentuk: elips
sampai elips-lanset. Ujung: meruncing Ukuran: 4,5-7
x 8,5-22 cm.
Ø Bunga
Bergelantungan dengan panjang tangkai bunga antara 9-25 mm. Letak:
di ketiak daun, menggantung. Formasi: soliter. Daun Mahkota: 10-14; putih,
dan coklat jika tua, panjang 13-16
mm. Kelopak Bunga: 10-14; warna merah muda hingga merah; panjang 30-5.
Ø Buah
Buah melingkar spiral, bundar melintang,
panjang 2-2,5 cm. Hipokotil
lurus, tumpul dan berwarna hijau tua keunguan.
ØEkologi
Merupakan jenis yang dominan pada hutan mangrove yang
tinggi dan merupakan ciri dari
perkembangan tahap akhir dari hutan pantai, serta tahap awal dalam transisi
menjadi tipe vegetasi daratan. Tumbuh di areal dengan salinitas rendah dan
kering serta tanah yang memiliki aerasi yang baik. Jenis ini toleran terhadap
daerah terlindung maupun yang mendapat
sinar matahari langsung. Mereka juga tumbuh pada tepi daratan dari mangrove,
sepanjang tambak serta sungai pasang surut dan payau. Ditemukan di tepi pantai
hanya jika terjadi erosi pada lahan di hadapannya. Substrat-nya terdiri dari
lumpur, pasir dan kadang-kadang tanah gambut hitam. Kadang-kadang juga ditemukan di pinggir
sungai yang kurang terpengaruh air laut, hal tersebut dimungkinkan karena
buahnya terbawa arus air atau gelombang pasang. Regenerasinya seringkali hanya
dalam jumlah terbatas. Bunga dan buah terdapat sepanjang tahun. Bunga relatif
besar, memiliki kelopak bunga berwarna kemerahan, tergantung, dan mengundang
burung untuk melakukan penyerbukan.
Ø Penyebaran
Dari Afrika Timur
dan Madagaskar hingga Sri Lanka, Malaysia dan Indonesia menuju wilayah Pasifik
Barat dan Australia Tropis .
Gambar : Bius/tinomo
(Braguiera parviflora)
|
Ø
Klasifikasi
Kingdom :Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
Super Divisi :Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Kingdom :Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
Super Divisi :Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ø Deskripsi
Berupa semak
atau pohon kecil yang selalu hijau, tinggi (meskipun jarang) dapat mencapai 20
m. Kulit kayu burik, berwarna abu-abu hingga coklat tua, bercelah dan agak
membengkak di bagian pangkal pohon. Akar lutut dapat mencapai 30 cm tingginya.
Ø Daun
Terdapat bercak
hitam di bagian bawah daun dan berubah menjadi hijaukekuningan ketika usianya
bertambah. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips. Ujung:
meruncing. Ukuran: 5,5-13 x 2-4,5 cm.
Ø Bunga
Bunga
mengelompok di ujung tandan (panjang tandan: 2 cm). Letak: di ketiak daun.
Formasi: kelompok (3-10 bunga per tandan). Daun mahkota: 8; putihhijau
kekuningan, panjang 1,5-2mm. Berambut pada tepinya. Kelopak Bunga: 8;
menggelembung, warna hijau kekuningan; bagian bawah berbentuk tabung,
panjangnya 7-9 mm.
Ø Buah
Buah melingkar
spiral, panjang 2 cm. Hipokotil silindris, agak melengkung, permukaannya halus,
warna hijau kekuningan. Ukuran: Hipokotil: panjang 8- 15 cm dan diameter 0,5-1
cm.
Ø Ekologi
Jenis ini
membentuk tegakan monospesifik pada areal yang tidak sering tergenang. Individu
yang terisolasi juga ditemukan tumbuh di sepanjang alur air dan tambak tepi
pantai. Substrat yang cocok termasuk lumpur, pasir, tanah payau dan
bersalinitas tinggi. Di Australia, perbungaan tercatat dari bulan Juni hingga
September, dan berbuah dari bulan September hingga Desember. Hipokotilnya yang
ringan mudah untuk disebarkan melalui air, dan nampaknya tumbuh dengan baik
pada areal yang menerima cahaya matahari yang sedang hingga cukup. Bunga
dibuahi oleh serangga yang terbang pada siang hari, seperti kupu-kupu. Daunnya
berlekuk-lekuk, yang merupakan ciri khasnya, disebabkan oleh gangguan serangga.
Dapat menjadi sangat dominan di areal yang telah diambil kayunya (misalnya
Karang Gading-Langkat Timur Laut di Sumatera Utara; Giesen & Sukotjo,
1991).
Ø Penyebaran
Dari India,
Seluruh Asia Tenggara (termasuk Indonesia) hingga Australia utara.
Gambar : paku laut
|
Ø
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Filicopsida
Sub Kelas : Polypoditae
Ordo : Polypodiales
Famili : Pteridaceae
Genus : Acrostichum
Spesies : Acrostichum aureum
Sub Kelas : Polypoditae
Ordo : Polypodiales
Famili : Pteridaceae
Genus : Acrostichum
Spesies : Acrostichum aureum
Ø
Deskripsi
Paku laut adalah sejenis paku-pakuan berukuran besar, yang biasa
tumbuh di tanah di bawah naungan hutan bakau atau lahan basah lainnya. Paku
atau pakis ini juga dikenal dengan banyak nama lain seperti paku larat, papah, piai (Mal.: piai raya), paku
hata diuk (Sd.), warakas,
krakas, kakakeok (Jw.), rewayang (Hal.) dan lain-lain. Nama-namanya
dalam bahasa Inggris di antaranya golden leather fern, swamp fern,
dan mangrove fern.
5)
Bakau merah (rhizopora apiculata)
Gambar : Bakau merah (rhizopora apiculata)
|
Ø Klasifikasi
Kingdom :Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
SuperDivisi :Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
SubKelas :Rosidae
Ordo :Myrtales
Famili :Rhizophoraceae
Genus :Rhizophora
Spesies : Rhizophora apiculata
Subkingdom :Tracheobionta
SuperDivisi :Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
SubKelas :Rosidae
Ordo :Myrtales
Famili :Rhizophoraceae
Genus :Rhizophora
Spesies : Rhizophora apiculata
Ø Deskripsi
Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dengan diameter batang mencapai 50
cm. Memiliki perakaran yang khas hingga mencapai ketinggian 5 meter, dan
kadang-kadang memiliki akar udara yang keluar dari cabang. Kulit kayu berwarna
abu-abu tua dan berubah-ubah.
Ø Daun
Berkulit, warna hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah dan
kemerahan di bagian bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm dan warnanya
kemerahan. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips
menyempit. Ujung: meruncing. Ukuran: 7-19 x 3,5-8 cm.
Ø Bunga
Biseksual, kepala bunga kekuningan yang terletak pada gagang berukuran
<14 mm. Letak: Di ketiak daun. Formasi: kelompok (2 bunga per kelompok).
Daun mahkota: 4; kuning-putih, tidak ada rambut, panjangnya 9-11 mm. Kelopak
bunga: 4; kuning kecoklatan, melengkung. Benang sari: 11-12; tak bertangkai.
Ø Buah
Buah kasar berbentuk bulat memanjang hingga seperti buah pir, warna coklat,
panjang 2-3,5 cm, berisi satu biji fertil. Hipokotil silindris, berbintil,
berwarna hijau jingga. Leher kotilodon berwarna merah jika sudah matang.
Ukuran: Hipokotil panjang 18-38 cm dan diameter 1-2 cm.
Ø Ekologi
Tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat pasang
normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir.
Tingkat dominasi dapat mencapai 90% dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi.
Menyukai perairan pasang surut yang memiliki pengaruh masukan air tawar yang
kuat secara permanen. Percabangan akarnya dapat tumbuh secara abnormal karena
gangguan kumbang yang menyerang ujung akar. Kepiting dapat juga menghambat
pertumbuhan mereka karena mengganggu kulit akar anakan. Tumbuh lambat, tetapi
perbungaan terdapat sepanjang tahun.
Ø Penyebaran
Sri Lanka, seluruh Malaysia dan Indonesia hingga Australia Tropis dan
Kepulauan Pasifik.
Ø Manfaat
Kayu dimanfaatkan untuk bahan bangunan, kayu bakar dan arang. Kulit kayu
berisi hingga 30% tanin (per sen berat kering). Cabang akar dapat digunakan
sebagai jangkar dengan diberati batu. Di Jawa acapkali ditanam di pinggiran
tambak untuk melindungi pematang. Sering digunakan sebagai tanaman penghijauan.
6)
Api-Api (Avicenia lanata)
Gambar : Api-api(Avicenia lanata)
|
|
Ø Klasifikasi
Kingdom :Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
SuperDivisi :Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
SubKelas :Asteridae
Ordo :Scrophulariales
Famili :Avicenniaceae
Genus :Avicennia
Spesies : Avicennia alba
Subkingdom :Tracheobionta
SuperDivisi :Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
SubKelas :Asteridae
Ordo :Scrophulariales
Famili :Avicenniaceae
Genus :Avicennia
Spesies : Avicennia alba
Ø
Deskripsi
Belukar
atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar, ketinggian pohon mencapai 30 meter.
Memiliki sistem perakaran horizontal yang rumit dan berbentuk pensil (atau
berbentuk asparagus), akar nafas tegak dengan sejumlah lentisel. Kulit kayu
halus dengan burik-burik hijau-abu dan terkelupas dalam bagian-bagian kecil.
Ranting muda dan tangkai daun berwarna kuning, tidak berbulu.
Ø
Daun
Bagian
atas permukaan daun ditutupi bintik-bintik kelenjar berbentuk cekung. Bagian
bawah daun putih- abu-abu muda. Unit & Letak: sederhana & berlawanan.
Bentuk: elips, bulat memanjang, bulat telur terbalik. Ujung: meruncing hingga
membundar. Ukuran: 9 x 4,5 cm.
Ø
Bunga
Seperti
trisula dengan bunga bergerombol muncul di ujung tandan, bau menyengat, nektar
banyak. Letak: di ujung atau ketiak tangkai/tandan bunga. Formasi: bulir (2-12
bunga per tandan). Daun Mahkota: 4, kuning pucat-jingga tua, 5-8 mm. Kelopak
Bunga: 5. Benang sari: 4.
Ø
Buah
Buah
agak membulat, berwarna hijau agak keabu-abuan. Permukaan buah berambut halus
(seperti ada tepungnya) dan ujung buah agak tajam seperti paruh. Ukuran:
sekitar 1,5x2,5 cm.
Ø
Ekologi
Merupakan
tumbuhan pionir pada lahan pantai yang terlindung, memiliki kemampuan menempati
dan tumbuh pada berbagai habitat pasang-surut, bahkan di tempat asin sekalipun.
Jenis ini merupakan salah satu jenis tumbuhan yang paling umum ditemukan di
habitat pasang-surut. Akarnya sering dilaporkan membantu pengikatan sedimen dan
mempercepat proses pembentukan tanah timbul. Jenis ini dapat juga bergerombol
membentuk suatu kelompok pada habitat tertentu. Berbuah sepanjang tahun,
kadang-kadang bersifat vivipar. Buah membuka pada saat telah matang, melalui
lapisan dorsal. Buah dapat juga terbuka karena dimakan semut atau setelah terjadi
penyerapan air.
Ø
Penyebaran
Tumbuh
di Afrika, Asia, Amerika Selatan, Australia, Polynesia dan Selandia Baru.
Ditemukan di seluruh Indonesia.
Ø
Manfaat
Daun
digunakan untuk mengatasi kulit yang terbakar. Resin yang keluar dari kulit
kayu digunakan sebagai alat kontrasepsi. Buah dapat dimakan. Kayu menghasilkan
bahan kertas berkualitas tinggi. Daun digunakan sebagai makanan ternak.
7)
Nipah
Gambar
: Nipah
|
Ø
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
SuperDivisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Palmae
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Palmae
Ø Deskripsi
Nipah
adalah sejenis palem (palma) yang tumbuh di lingkungan hutan bakau atau daerah
pasang-surut dekat tepi laut. Tumbuhan ini juga dikenal dengan banyak nama lain
seperti daon, daonan (Sd., Bms.), buyuk (Jw., Bali), bhunyok (Md.), bobo
(Menado, Ternate, Tidore), boboro (Halmahera), palean, palenei, pelene, pulene,
puleanu, pulenu, puleno, pureno, parinan, parenga (Seram, Ambon dan
sekitarnya).
Sebagaimana
rumbia (Metroxylon spp.), batang pohon nipah menjalar di tanah, membentuk rimpang
yang terendam oleh lumpur. Hanya roset daunnya yang muncul di atas tanah,
sehingga nipah nampak seolah-olah tak berbatang.
Akar
serabutnya dapat mencapai panjang 13 m. Karena perakaran nipah ini hanya
terletak dalam lumpur yang sifatnya labil maka rumpun-rumpun nipah dapat
dihanyutkan oleh air sampai ke laut. Batang nipah terendam oleh lumpur. Hanya
daunnya yang muncul di atas tanah.
Daun nipah yang telah tua banyak dimanfaatkan secara tradisional untuk membuat atap rumah yang daya tahannya mencapai 3-5 tahun. Daun nipah yang masih muda mirip janur kelapa, dapat dianyam untuk membuat dinding rumah yang disebut kajang. Daun nipah juga dapat dianyam untuk membuat tikar, tas, topi dan aneka keranjang anyaman. Di Sumatra, pada masa silam daun nipah yang muda (dinamai pucuk) dijadikan daun rokok --yaitu lembaran pembungkus untuk melinting tembakau-- setelah dikelupas kulit arinya yang tipis, dijemur kering, dikelantang untuk memutihkannya dan kemudian dipotong-potong sesuai ukuran rokok. Beberapa naskah lama Nusantara juga menggunakan daun nipah sebagai alas tulis, bukannya daun lontar.
Daun nipah yang telah tua banyak dimanfaatkan secara tradisional untuk membuat atap rumah yang daya tahannya mencapai 3-5 tahun. Daun nipah yang masih muda mirip janur kelapa, dapat dianyam untuk membuat dinding rumah yang disebut kajang. Daun nipah juga dapat dianyam untuk membuat tikar, tas, topi dan aneka keranjang anyaman. Di Sumatra, pada masa silam daun nipah yang muda (dinamai pucuk) dijadikan daun rokok --yaitu lembaran pembungkus untuk melinting tembakau-- setelah dikelupas kulit arinya yang tipis, dijemur kering, dikelantang untuk memutihkannya dan kemudian dipotong-potong sesuai ukuran rokok. Beberapa naskah lama Nusantara juga menggunakan daun nipah sebagai alas tulis, bukannya daun lontar.
8)
Mentigi
Pohon
Stigi/Mentigi
|
Ø
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Ø Deskripsi
Pohon kecil atau semak dengan
ketinggian mencapai 25 m. Kulit kayu berwarna abu-abu, kadang-kadang coklat,
halus dan pangkalnya menggelembung. Pohon
seringkali memiliki akar tunjang yang kecil.
Ø Daun
Daun hijau mengkilap dan sering
memiliki pinggiran yang melingkar ke dalam. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat telur
terbalik-elips. Ujung: membundar. Ukuran: 1-10 x 2-3,5 cm
Ø Bunga
Bunga mengelompok di ujung tandan.
Gagang bunga panjang dan tipis, berresin pada ujung cabang
baru atau pada ketiak cabang yang lebih tua. Letak: di ketiak daun. Formasi: kelompok (5-10 bunga per kelompok). Daun mahkota: 5;
putih dan kemudian jadi coklat. Kelopak
bunga: 5; warna hijau, panjang 4- 5 mm, tabung 2 mm. Benang
sari: tangkai benang sari lebih
panjang dari kepala sarinya yang tumpul.
Ø Buah
Buah panjangnya 1,5-2 cm, dengan
tabung kelopak yang melengkung. Hipokotil berbintil,
berkulit halus, agak menggelembung dan seringkali agak pendek. Leher kotilodon menjadi kuning jika sudah
matang/dewasa. Ukuran: Hipokotil:
panjang 4-25 cm dan diameter 8-12 mm.
Ø Ekologi
Membentuk belukar yang rapat pada
pinggir daratan dari hutan pasang surut dan/atau pada areal yang tergenang oleh
pasang tinggi dengan tanah memiliki sistem pengeringan baik. Juga terdapat di sepanjang tambak. Menyukai
substrat tanah liat, dan kemungkinan
berdampingan dengan C. decandra.
Perbungaan terjadi
sepanjang tahun.
Ø Penyebaran
Dari Mozambik hingga Pasitik Barat, termasuk
Australia Utara, Malaysia dan Indonesia.
9)
Bakau panggang
(Rhizophora mucronata)
Gambar :Bakau panggang (Rhizophora Mucronata)
|
Ø Klasifikasi
kingdom :Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
SuperDivisi :Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
SubKelas :Rosidae
Ordo :Myrtales
Famili :Rhizophoraceae
Genus :Rhizophora
Spesies : Rhizophora mucronata
Subkingdom :Tracheobionta
SuperDivisi :Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
SubKelas :Rosidae
Ordo :Myrtales
Famili :Rhizophoraceae
Genus :Rhizophora
Spesies : Rhizophora mucronata
Ø Deskripsi
Pohon dengan ketinggian mencapai 27 m, jarang melebihi 30 m. Batang
memiliki diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga hitam
dan terdapat celah horizontal. Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari
percabangan bagian bawah.
Ø Daun
Daun berkulit. Gagang daun berwarna hijau, panjang 2,5-5,5 cm. Pinak daun
terletak pada pangkal gagang daun berukuran 5,5-8,5 cm. Unit & Letak:
sederhana & berlawanan. Bentuk: elips melebar hingga bulat memanjang.
Ujung: meruncing. Ukuran: 11-23 x 5-13 cm.
Ø Bunga
Gagang kepala bunga seperti cagak, bersifat biseksual, masing-masing
menempel pada gagang individu yang panjangnya 2,5-5 cm. Letak: di ketiak daun.
Formasi: Kelompok (4-8 bunga per kelompok). Daun mahkota: 4;putih, ada rambut.
9 mm. Kelopak bunga: 4; kuning pucat, panjangnya 13-19 mm. Benang sari: 8; tak
bertangkai.
Ø Buah
Buah lonjong/panjang hingga berbentuk telur berukuran 5-7 cm, berwarna
hijaukecoklatan, seringkali kasar di bagian pangkal, berbiji tunggal. Hipokotil
silindris, kasar dan berbintil. Leher kotilodon kuning ketika matang. Ukuran:
Hipokotil: panjang 36-70 cm dan diameter 2-3 cm.
Ø Ekologi
Di areal yang sama dengan R.apiculata tetapi lebih toleran terhadap
substrat yang lebih keras dan pasir. Pada umumnya tumbuh dalam kelompok, dekat
atau pada pematang sungai pasang surut dan di muara sungai, jarang sekali
tumbuh pada daerah yang jauh dari air pasang surut. Pertumbuhan optimal terjadi
pada areal yang tergenang dalam, serta pada tanah yang kaya akan humus.
Merupakan salah satu jenis tumbuhan mangrove yang paling penting dan paling
tersebar luas. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Anakan seringkali dimakan
oleh kepiting, sehingga menghambat pertumbuhan mereka. Anakan yang telah
dikeringkan dibawah naungan untuk beberapa hari akan lebih tahan terhadap
gangguan kepiting. Hal tersebut mungkin dikarenakan adanya akumulasi tanin
dalam jaringan yang kemudian melindungi mereka.
Ø Penyebaran
Afrika Timur, Madagaskar, Mauritania, Asia tenggara, seluruh Malaysia dan
Indonesia, Melanesia dan Mikronesia. Dibawa dan ditanam di Hawaii.
Ø Manfaat
Kayu digunakan
sebagai bahan bakar dan arang. Tanin dari kulit kayu digunakan untuk pewarnaan,
dan kadang-kadang digunakan sebagai obat dalam kasus hematuria (perdarahan pada
air seni). Kadang-kadang ditanam di sepanjang tambak untuk melindungi pematang.
10)
Bakau merah (rhizopora apiculata)
Gambar : Bakau merah (rhizopora apiculata)
|
Ø Klasifikasi
Kingdom :Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
SuperDivisi :Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
SubKelas :Rosidae
Ordo :Myrtales
Famili :Rhizophoraceae
Genus :Rhizophora
Spesies : Rhizophora apiculata
Subkingdom :Tracheobionta
SuperDivisi :Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
SubKelas :Rosidae
Ordo :Myrtales
Famili :Rhizophoraceae
Genus :Rhizophora
Spesies : Rhizophora apiculata
Ø Deskripsi
Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dengan diameter batang mencapai 50
cm. Memiliki perakaran yang khas hingga mencapai ketinggian 5 meter, dan
kadang-kadang memiliki akar udara yang keluar dari cabang. Kulit kayu berwarna
abu-abu tua dan berubah-ubah.
Ø Daun
Berkulit, warna hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah dan
kemerahan di bagian bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm dan warnanya
kemerahan. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips
menyempit. Ujung: meruncing. Ukuran: 7-19 x 3,5-8 cm.
Ø Bunga
Biseksual, kepala bunga kekuningan yang terletak pada gagang berukuran
<14 mm. Letak: Di ketiak daun. Formasi: kelompok (2 bunga per kelompok).
Daun mahkota: 4; kuning-putih, tidak ada rambut, panjangnya 9-11 mm. Kelopak
bunga: 4; kuning kecoklatan, melengkung. Benang sari: 11-12; tak bertangkai.
Ø Buah
Buah kasar berbentuk bulat memanjang hingga seperti buah pir, warna coklat,
panjang 2-3,5 cm, berisi satu biji fertil. Hipokotil silindris, berbintil,
berwarna hijau jingga. Leher kotilodon berwarna merah jika sudah matang.
Ukuran: Hipokotil panjang 18-38 cm dan diameter 1-2 cm.
Ø Ekologi
Tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat pasang
normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir.
Tingkat dominasi dapat mencapai 90% dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi.
Menyukai perairan pasang surut yang memiliki pengaruh masukan air tawar yang
kuat secara permanen. Percabangan akarnya dapat tumbuh secara abnormal karena
gangguan kumbang yang menyerang ujung akar. Kepiting dapat juga menghambat
pertumbuhan mereka karena mengganggu kulit akar anakan. Tumbuh lambat, tetapi
perbungaan terdapat sepanjang tahun.
Ø Penyebaran
Sri Lanka, seluruh Malaysia dan Indonesia hingga Australia Tropis dan
Kepulauan Pasifik.
Ø Manfaat
Kayu dimanfaatkan untuk bahan bangunan, kayu bakar dan arang. Kulit kayu
berisi hingga 30% tanin (per sen berat kering). Cabang akar dapat digunakan
sebagai jangkar dengan diberati batu. Di Jawa acapkali ditanam di pinggiran
tambak untuk melindungi pematang. Sering digunakan sebagai tanaman penghijauan.
11)
Api-api
(Avicenia lanata)
Gambar : Api-api (Avicenia lanata)
|
Ø
Klasifikasi
Kingdom :Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
SuperDivisi :Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
SubKelas :Asteridae
Ordo :Scrophulariales
Famili :Avicenniaceae
Genus :Avicennia
Spesies : Avicennia lanata
Subkingdom :Tracheobionta
SuperDivisi :Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
SubKelas :Asteridae
Ordo :Scrophulariales
Famili :Avicenniaceae
Genus :Avicennia
Spesies : Avicennia lanata
Ø
Deskripsi
Belukar
atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar, dapat mencapai ketinggian hingga 8
meter. Memiliki akar nafas dan berbentuk pensil. Kulit kayu seperti kulit ikan
hiu berwarna gelap, coklat hingga hitam.
Ø
Daun
Memiliki
kelenjar garam, bagian bawah daun putih kekuningan dan ada rambut halus. Unit
& Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips. Ujung: membundar – agak
meruncing. Ukuran: 9 x 5 cm.
Ø
Bunga
Bergerombol
muncul di ujung tandan, bau menyengat. Letak: di ujung atau ketiak tangkai/
tandan bunga. Formasi: bulir (8-14 bunga). Daun Mahkota: 4, kuning pucat-jingga
tua, 4-5 mm. Kelopak Bunga: 5. Benang sari: 4
Ø
Buah
Buah
seperti hati, ujungnya berparuh pendek dan jelas, warna hijau-agak kekuningan.
Permukaan buah berambut halus (seperti ada tepungnya). Ukuran: sekitar 1,5 x
2,5 cm.
Ø
Ekologi
Tumbuh
pada dataran lumpur, tepi sungai, daerah yang kering dan toleran terhadap kadar
garam yang tinggi. Diketahui (di Bali dan Lombok) berbunga pada bulan Juli -
Februari dan berbuah antara bulan November hingga Maret.
Ø
Penyebaran
Kalimantan,
Bali, Lombok, Semenanjung Malaysia, Singapura.
Ø
Manfaat
Kayu
bakar dan bahan bangunan.
12)
Api-api
(Avicenia marina)
Gambar : Api-api (Avicenia lanata)
|
Ø
Klasifikasi
Kingdom :Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
SuperDivisi :Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
SubKelas :Asteridae
Ordo :Scrophulariales
Famili :Avicenniaceae
Genus :Avicennia
Spesies : Avicennia marina
Subkingdom :Tracheobionta
SuperDivisi :Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
SubKelas :Asteridae
Ordo :Scrophulariales
Famili :Avicenniaceae
Genus :Avicennia
Spesies : Avicennia marina
Ø
Deskripsi
Belukar
atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar, ketinggian pohon mencapai 30 meter.
Memiliki sistem perakaran horizontal yang rumit dan berbentuk pensil (atau
berbentuk asparagus), akar nafas tegak dengan sejumlah lentisel. Kulit kayu
halus dengan burik-burik hijau-abu dan terkelupas dalam bagian-bagian kecil.
Ranting muda dan tangkai daun berwarna kuning, tidak berbulu.
Ø
Daun
Bagian
atas permukaan daun ditutupi bintik-bintik kelenjar berbentuk cekung. Bagian
bawah daun putih- abu-abu muda. Unit & Letak: sederhana & berlawanan.
Bentuk: elips, bulat memanjang, bulat telur terbalik. Ujung: meruncing hingga
membundar. Ukuran: 9 x 4,5 cm.
Ø
Bunga
Seperti
trisula dengan bunga bergerombol muncul di ujung tandan, bau menyengat, nektar
banyak. Letak: di ujung atau ketiak tangkai/tandan bunga. Formasi: bulir (2-12
bunga per tandan). Daun Mahkota: 4, kuning pucat-jingga tua, 5-8 mm. Kelopak
Bunga: 5. Benang sari: 4.
Ø
Buah
Buah
agak membulat, berwarna hijau agak keabu-abuan. Permukaan buah berambut halus
(seperti ada tepungnya) dan ujung buah agak tajam seperti paruh. Ukuran:
sekitar 1,5x2,5 cm.
Ø
Ekologi
Merupakan
tumbuhan pionir pada lahan pantai yang terlindung, memiliki kemampuan menempati
dan tumbuh pada berbagai habitat pasang-surut, bahkan di tempat asin sekalipun.
Jenis ini merupakan salah satu jenis tumbuhan yang paling umum ditemukan di
habitat pasang-surut. Akarnya sering dilaporkan membantu pengikatan sedimen dan
mempercepat proses pembentukan tanah timbul. Jenis ini dapat juga bergerombol
membentuk suatu kelompok pada habitat tertentu. Berbuah sepanjang tahun,
kadang-kadang bersifat vivipar. Buah membuka pada saat telah matang, melalui
lapisan dorsal. Buah dapat juga terbuka karena dimakan semut atau setelah
terjadi penyerapan air.
Ø
Penyebaran
Tumbuh
di Afrika, Asia, Amerika Selatan, Australia, Polynesia dan Selandia Baru.
Ditemukan di seluruh Indonesia.
13)
Kandelia
candle
Kingdom:
|
|
(unranked):
|
|
(unranked):
|
|
(unranked):
|
|
Order:
|
|
Family:
|
|
Genus:
|
|
Species:
|
K. candel
|
Nama
Binomial
|
|
Kandelia
candel
|
14)
Xylocarpus granatum
Deskripsi
|
:
|
Pohon dapat mencapai ketinggian 10-20
m. Memiliki akar papan yang melebar ke samping, meliuk-liuk dan membentuk
celahan celahan. Batang seringkali berlubang, khususnya pada pohon yang lebih
tua. Kulit kayu berwarna coklat muda-kekuningan, tipis dan mengelupas,
sementara pada cabang yang muda, kulit kayu berkeriput.
|
|
Daun
|
:
|
Agak tebal, susunan daun berpasangan
(umumnya 2 pasang pertangkai) dan ada pula yang menyendiri. Unit & Letak:
majemuk & berlawanan. Bentuk: elips - bulat telur terbalik. Ujung:
membundar. Ukuran: 4,5 - 17 cm x 2,5 - 9 cm.
|
|
Bunga
|
:
|
Bunga terdiri dari dua jenis kelamin
atau betina saja. Tandan bunga (panjang 2-7 cm) muncul dari dasar (ketiak)
tangkai daun dan tangkai bunga panjangnya 4-8 mm. Letak: di ketiak. Formasi:
gerombol acak (8-20 bunga per gerombol). Daun mahkota: 4; lonjong, tepinya
bundar, putih kehijauan, panjang 5-7 mm. Kelopak bunga: 4 cuping; kuning
muda, panjang 3 mm. Benang sari: berwarna putih krem dan menyatu di dalam
tabung.
|
|
Buah
|
:
|
Seperti bola (kelapa), berat bisa 1-2
kg, berkulit, warna hijau kecoklatan. Buahnya bergelantungan pada dahan yang
dekat permukaan tanah dan agak tersembunyi. Di dalam buah terdapat 6-16 biji
besar-besar, berkayu dan berbentuk tetrahedral. Susunan biji di dalam buah
membingungkan seperti teka-teki (dalam bahasa Inggris disebut sebagai ‘puzzle
fruit’). Buah akan pecah pada saat kering. Ukuran: buah: diameter 10-20 cm.
|
|
Ekologi
|
:
|
Tumbuh di sepanjang pinggiran sungai
pasang surut, pinggir daratan dari mangrove, dan lingkungan payau lainnya
yang tidak terlalu asin. Seringkali tumbuh mengelompok dalam jumlah besar.
Individu yang telah tua seringkali ditumbuhi oleh epifit.
|
|
Penyebaran
|
:
|
Di Indonesia tumbuh di Jawa, Madura,
Bali, Kepulauan Karimun Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Maluku dan
Sumba, Irian Jaya.
|
|
2. Adapun
Jenis Hewan Hutan Mangrove , Antara Lain :
1)
Gastropoda
Gambar : gastropoda
|
Ø
klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Phylum : Molluska
Kelas : Gastropoda
Order : Pulmonata
Famili : Achanidae
Genus : Achatina
Species : Achatina sp.
Phylum : Molluska
Kelas : Gastropoda
Order : Pulmonata
Famili : Achanidae
Genus : Achatina
Species : Achatina sp.
Ø
Deskripsi
Nama Gastropoda berasal dari bahasa Latin gaster yang berarti perut dan podos yang berarti kaki, jadi, gastropoda berarti kelompok hewan invertebra, bertubuh lunak, yang
berjalan dengan perut sebagai alat gerak atau kakinya. Hewan ini memiliki ciri
khas berkaki lebar dan pipih pada bagian ventral tubuhnya.Gastropoda bergerak
lambat menggunakan kakinya.
Hewan ini ada
yang hidup di darat, air tawar, maupun air laut. Anggota kelas ini adalah yang
terbesar dari fillum Mollusca,
yaitu sekitar 35.000 – 50.000 spesies, yang masih hidup dan sekitar 15.000
jenis yang telah menjadi fosil. Karena jenis Gastropoda ini sangat banyak, maka
hewan ini mudah ditemukan.
Bentuk cangkangnya bermacam-macam seperti tanduk,
berduri, atau menjari. Namun ada pula Mollusca yang tidak mempunyai cangkang,
misalnya siput telanjang (Vaginula),
jenis ini ada yang hidup di laut dan ada pula yang hidup di darat.
Gerakan
Gastropoda disebabkan oleh kontraksi-kontraksi otot seperti gelombang, dimulai
dari belakang menjalar ke depan. Kaki bagian depan memiliki kelenjar untuk
menghasilkan lendir yang berfungsi untuk mempermudah berjalan, sehingga
jalannya meninggalkan bekas. Hewan ini dapat bergerak secara mengagumkan, yaitu
memanjat ke pohon tinggi atau memanjat ke bagian pisau cukur tanpa teriris.
Pada bagian
kepala siput terdapat sepasang tentakel (sungut) panjang dan sepasang tentakel
pendek. Pada tentakel panjang, terdapat bintik mata. Mata ini hanya berfungsi
untuk membedakan gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi
sebagai indera peraba dan pembau.
Pernafasan bagi
Gastropoda yang hidup di darat menggunakan paru-paru, sedangkan Gastropoda yang
hidup di air, bernafas dengan insang.
Gastropoda
umumnya pemakan tumbuh-tumbuhan atau disebut hewan herbivora. Meskipun ada juga yang hidup sebagai omnivora dan karnivora predator contohnya siput yang ada di laut (Conesnail). Beberapa contoh siput
darat adalah bekicot (Achatina fulica) dan
Helix pomatia (siput kebun).
Sistem
pencernaan dimulai dari mulut yang dilengkapi dengan rahang dari zat tanduk. Di
dalam mulut terdapat lidah parut atau
radula dengan gigi-gigi kecil
dari kitin, yang berfungsi untuk
memakan daun. Lidahnya relatif panjang dan sempit. Hewan ini memiliki kelenjar
ludah di kiri kanan tembolok dan sebuah hati yang terhubung dengan lambung yang
terletak di bagian atas rumahnya Selanjutnya terdapat faring yang berotot,
esofagus, tembolok tipis, lambung yang bulat, usus halus yang berkelok-kelok,
dan berakhir di anus.
Alat ekskresi
berupa sebuah ginjal yang terletak dekat jantung. Hasil ekskresi dikeluarkan ke
dalam rongga mantel.
Sistem
respirasi dan sirkulasi menggunakan paru-paru yang disebut pulmonata, yaitu jaringan di luar
dinding luar mantel tempat udara keluar dan masuk. Sistem peredaran darah
adalah sistem peredaran darah terbuka. Jantung terdiri dari serambi dan bilik
(ventrikel) yang terletak dalam rongga tubuh. Darah yang mengumpul dalam tubuh
dan udara dari paru paru dipompa oleh jantung lewat arteri dalam kepala, kaki,
dan organ dalam tubuh.
Sistem saraf terdiri atas tiga buah ganglion utama
yakni ganglion otak (ganglion cerebral), ganglion visceral atau ganglion
organ-organ dalam dan ganglion kaki ( pedal). Ketiga ganglion utama ini
dihubungkan oleh serat saraf longitudinal, sedangkan serat saraf longitudinal
ini dihubungkan oleh saraf transversal ke seluruh bagian tubuh. Di dalam
ganglion pedal yang berada di bawah kaki, terdapat statokis ( statocyst) yang
berfungsi sebagai alat keseimbangan. Sedangkan struktur peraba terdapat dalam
lapisan epidermis kepala dan kaki.
Gastropoda
mempunyai alat reproduksi jantan dan betina yang bergabung atau disebut juga ovotestes. Di ovotestes inilah
dihasilkan sprema dan ovum. Gastropoda adalah hewan hemafrodit, tetapi tidak mampu melakukan autofertilisasi, karena masaknya sperma dan ovum tidak bersamaan.
Setelah fertilisasi yang terjadi di hewan betina, maka selanjutnya hewan betina
akan mengeluarkan telur yang telah dibuahi dan biasanya diletakkan dalam lubang
tanah sampai menetas dan akan berkembang menjadi dewasa.
Secara perlahan membentuk gerakan
seperti riak dari kaki yang memanjang. Cangkang gastropoda terdiri dari tiga
lapisan, yaitu periostrakum yang tipis, prismatik yang mengandung
kalsium karbonat, dan nakreas yang mengkilat. Sebagian yang hidup di
darat tidak memiliki insang khusus sehingga untuk bernapas menggunakan lapisan
rongga mantel yang berfungsi sebagai paru-paru dan dapat mempertukarkan udara
pernapasan dengan udara luar. Contoh gastropoda antara lain : bekicot (Achatina
fulica) dan Nudibranchia (sea slug).
2) Kepiting
Gambar : kepiting
|
Ø Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Pilum :
arthropoda
Ordo : decapoda
Family : portunidae
Genus : Scylla
Spesies : Scylla
sp.
Ø Deskripsi
Kepiting, selain
untuk menjadi bahan makanan secara ekologis kepiting juga berfungsi untuk
menjaga keseimbangan ekosistem dan memainkan peranan penting di daerah
mangrove. Daun yang dimangsa kepiting dan dikeluarkan dalam bentuk faeces
terbukti lebih cepat terurai dibandingkan dengan daun yang tidak dimangsa. Hal
ini menyebabkan proses perputaran energi berjalan cepat di mangrove. Selain
itu, keberadaan lubang-lubang kepiting, secara tidak langsung mampu mengurangi
kadar racun tanah mangrove yang terkenal anoksik. Lubang-lubang ini membantu
terjadinya proses pertukaran udara di tanah mangrove. Kepiting bakau (Scylla
sp) merupakan-satu-satunya spesies dari famili Portunidea yang memiliki
assosiasi yang dekat dengan lingkungan mangrove/hutan bakau, sehingga dikenal dengan
nama kepiting bakau atau mud crab.
3) Ikan Tempakul (Periothalamus
sp)
Gambar : Tempakul (Periothalamus
sp)
|
Ø
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Actinopterygii
Ordo :
Perciformes
Famili :
Gobiidae
Subfamili : Oxudercinae
Genus :
Periothalamus
Spesies : Periothalamus sp.
Ø
Deskripsi
Periothalamus
sp. atau yang biasa disebut ikan Tempakul adalah jenis ikan yang bisa merangkak naik ke darat atau bertengger
pada akar-akar pohon bakau. Karena kemampuan inilah ikan tempakul disebut juga
ikan glodok. Ikan ini hidup di zona pasang surut di lumpur pantai yang ada
pohon-pohon bakaunya.
Ø
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata
Kelas :
Reptilia
Ordo :
Squamata
Famili
: Varanidae
Genus :
Varanus
Spesies : Varanus salvator
Ø
Deskripsi
Varanus salvator atau yang lebih kita kenal
dengan biawak air adalah hewan sejenis reptile yang hidup di kawasan
tropis habitat biawak antara lain ialah
hutan, sungai, rawa , muara, dan pantai (biawak air asin). Panjang
dari kepala sampai ke ekor bisa mencapai 60cm+ dan berat bisa mencapai
70 kg.
Cara berburu biawak ialah mengintai mangsa nya ,dan menggigit langsung jika buruannya kecil, namun jika besar dia akan menggit dengan satu kali gigitan dan melepaskannya . hewan yang terkena gigitannya biasanya mengalami inveksi hal itu di karenakan gigi biawak seperti gergaji yang condong kebelakang. Hal itu membuat setiap kali biawak memakan buruannya daging buruan nya akan menyangkut atau tersisa dalam gigi biawak dan membusuk dan menjadikan bakteri berbahaya hidup subur di dalam mulutnya. hal itu lah yang membuat gigitan dan air liurnya sangat berbahaya.
Cara makan biawak ialah menelan langsung, biawak akan memakan langsung buruannya jika kecil seperti tikus,ikan, kadal dan hewan kecil lainnya. Namun jika makanannya besar yaitu seperti kambing, sapi , kucing dsbg. Biawak akan menggigit dan mengoyak daging ke kanan dan kiri sampai mendapatkan daging yang bisa di telan langsung. Pada umumnya biawak akan memakan buruannya beramai ramai.
Pertahanan biawak ada 2 yaitu dengan mengandalkan bakteri dalam mulut nya yang digigitkan ke musuh, dan mengibaskan ekor nya, ekornya adalah salah satu cara mempertahankan dirinya. Bahaya dari ekor nya ialah karena pada ekor biawak terdapat tulang-tulanag kecil yang menonjol dan apabila kibasan ekor nya terkena pada tubuh maka akan terasa sangat perih kekuatan kibasan ekor biwak usia dewasa sama seperti 3 kali lipat cambuka pria dewasa.
Cara berburu biawak ialah mengintai mangsa nya ,dan menggigit langsung jika buruannya kecil, namun jika besar dia akan menggit dengan satu kali gigitan dan melepaskannya . hewan yang terkena gigitannya biasanya mengalami inveksi hal itu di karenakan gigi biawak seperti gergaji yang condong kebelakang. Hal itu membuat setiap kali biawak memakan buruannya daging buruan nya akan menyangkut atau tersisa dalam gigi biawak dan membusuk dan menjadikan bakteri berbahaya hidup subur di dalam mulutnya. hal itu lah yang membuat gigitan dan air liurnya sangat berbahaya.
Cara makan biawak ialah menelan langsung, biawak akan memakan langsung buruannya jika kecil seperti tikus,ikan, kadal dan hewan kecil lainnya. Namun jika makanannya besar yaitu seperti kambing, sapi , kucing dsbg. Biawak akan menggigit dan mengoyak daging ke kanan dan kiri sampai mendapatkan daging yang bisa di telan langsung. Pada umumnya biawak akan memakan buruannya beramai ramai.
Pertahanan biawak ada 2 yaitu dengan mengandalkan bakteri dalam mulut nya yang digigitkan ke musuh, dan mengibaskan ekor nya, ekornya adalah salah satu cara mempertahankan dirinya. Bahaya dari ekor nya ialah karena pada ekor biawak terdapat tulang-tulanag kecil yang menonjol dan apabila kibasan ekor nya terkena pada tubuh maka akan terasa sangat perih kekuatan kibasan ekor biwak usia dewasa sama seperti 3 kali lipat cambuka pria dewasa.
5)
Ular Laut
Gambar : Ular laut
|
Ø
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Upafilum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Upaordo : Serpentes
Famili : Elapidae
Filum : Chordata
Upafilum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Upaordo : Serpentes
Famili : Elapidae
Ø
Deskripsi
Ular laut terdiri dari banyak jenis (salah satu
di antaranya Erabu) dan kesemuanya merupakan ular yang memiliki racun yang
sangat kuat.Ada sebuah teori yang menyatakan bahwa asal mula ular laut di dunia
berasal dari pulau Borneo (Kalimantan) Indonesia. Ular laut tersebut pada
mulanya adalah ular Welang biasa yang hidup di pantai Pulau Borneo dan kemudian
mulai masuk ke laut lepas untuk mencari ikan dan berevolusi dengan
lingkungannya hingga menjadi ular laut yang kita kenal sekarang ini.
Ular laut umumnya
hidup terbatas di laut-laut tropis, utamanya di Samudra India dan sebelah barat
Samudra Pasifik. Salah satu jenis ular laut, yaitu ular perut kuning (Pelamis
platurus) ruang hidupnya bahkan mencapai bagian timur Samudra Pasifik.
Sedangkan ular zaitun (Aipysurus laevis) lebih banyak hidup di
karang-karang.
Bisa ular laut sangat
kuat karena memiliki kekuatan 30 kali bisa ular Cobra da mengandung bisa yang
lengkap seperti layaknya jenis-jenis ular elapidae. Meskipun memiliki racun
sangat sangat kuat, ular laut jarang menggigit manusia dikarenakan mulutnya
yang sangat kecil dibandingkan dengan jenis ular lainnya. Biasanya manusia akan
tergigit ular laut di daerah ujung jari. Ular ini tidak dapat menggigit manusia
di lengan, kaki, atau bagian tubuh lainnya karena mulutnya yang kecil tersebut.
Meskipun demikian, ular laut tetap merupakan ancaman bagi para nelayan dan
penyelam karena racunnya yang sangat kuat. Pada beberapa kasus gigitan ular
laut pada seorang penyelam, penyelam yang berusaha memegang dan tergigit oleh
ular laut dapat mengalami kegagalan fungsi jantung dan meninggal sebelum sempat
mencapai permukaan air.Oleh karena itu, kita tidak perlu takut berlebihan
terhadap ular laut, akan tetapi kita perlu tetap waspada pada saat memancing,
menyelam, atau berada di pantai.
6)
Bekantan
Gambar : Bekantan
|
Ø Klasifikasi
Kerajaan : Animalia;
Filum : Chordata;
Kelas : Mammalia;
Ordo : Primata;
Famili : Cercopithecidae;
Upafamili : Colobinae;
Genus : Nasalis
Spesies : Nasalis larvatus
Ø
Deskripsi
Bekantan atau biasa
disebut Monyet Belanda
merupakan satwa endemik Pulau Kalimantan (Indonesia, Brunei, dan Malaysia).
Bekantan merupakan sejenis kera yang mempunyai ciri khas hidung yang panjang
dan besar dengan rambut berwarna coklat kemerahan. Dalam bahasa ilmiah,
Bekantan disebut Nasalis larvatus.
Bekantan
dalam bahasa latin (ilmiah) disebut Nasalis larvatus, sedang
dalam bahasa inggris disebut Long-Nosed Monkey atau Proboscis
Monkey. Di negara-negara lain disebut dengan beberapa nama seperti Kera
Bekantan (Malaysia), Bangkatan (Brunei), Neusaap (Belanda). Masyarakat
Kalimantan sendiri memberikan beberapa nama pada spesies kera berhidung panjang
ini seperti Kera Belanda, Pika, Bahara Bentangan, Raseng dan Kahau.
Bekantan
yang merupakan satu dari dua spesies anggota Genus Nasalis ini sebenarnya terdiri
atas dua subspesies yaitu Nasalis larvatus larvatus dan Nasalis
larvatus orientalis. Nasalis larvatus larvatus terdapat dihampir seluruh bagian pulau
Kalimantan sedangkan Nasalis larvatus orientalis terdapat di bagian timur laut
dari Pu lau Kalimantan.
Binatang
yang oleh IUCN Redlist dikategorikan dalam status konservasi “Terancam” (Endangered) merupakan
satwa endemik pulau Kalimantan. Satwa ini dijadikan maskot (fauna
identitas) provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan SK Gubernur Kalsel No.
29 Tahun 1990 tanggal 16 Januari 1990. Selain itu, satwa ini juga menjadi
maskot Dunia Fantasi Ancol.
Ø Ciri-ciri
dan Habitat Bekantan
Hidung
panjang dan besar pada Bekantan (Nasalis larvatus) hanya
dimiliki oleh spesies jantan. Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan
masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Kera betina
lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidungnya
inilah, bekantan dikenal juga sebagai Monyet
Belanda.
Bekantan
jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75 cm dengan
berat mencapai 24 kg. Kera Bekantan betina berukuran sekitar 60 cm dengan berat
12 kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar (buncit). Perut buncit ini
sebagai akibat dari kebiasaan mengkonsumsi makanannya yang selain mengonsumsi
buah-buahan dan biji-bijian mereka juga memakan dedaunan yang menghasilkan
banyak gas pada waktu dicerna. Bekantan (Nasalis larvatus) hidup
secara berkelompok. Masing-masing kelompok dipimpin oleh seekor Bekantan jantan
yang besar dan kuat. Biasanya dalam satu kelompok berjumlah sekitar 10 sampai
30 ekor.
7)
Crustacea dan Moluska
Berbagai
jenis fauna yang relatif kecil dan tergolong dalam invertebrata, seperti udang
dan kepiting (Krustasea), gastropoda dan bivalva (Moluska), Cacing (Polikaeta)
hidup di hutan mangrove. Kebanyakan invertebrata ini hidup menempel pada
akar-akar mangrove, atau di lantai hutan mangrove. Sejumlah invertebrata
tinggal di dalam lubang-lubang di lantai hutan mangrove yang berlumpur. Melalui
cara ini mereka terlindung dari perubahan temperatur dan faktor lingkungan lain
akibat adanya pasang surut di daerah hutan mangrove.
Biota yang
paling banyak dijumpai di ekosistem mangrove adalah crustacea dan moluska.
Kepiting, Uca sp dan berbagai spesies Sesarma umumnya dijumpai di hutan
Mangrove. Kepiting-kepiting dari famili Portunidae juga merupakan biota yang
umum dijumpai. Kepiting-kepiting yang dapat dikonsumsi (Scylla serrata)
termasuk produk mangrove yang bernilai ekonomis dan menjadi sumber mata
pencaharian penduduk sekitar hutan mangrove. Udang yang paling terkenal
termasuk udang raksasa air tawar (Macrobrachium rosenbergii) dan udang laut
(Penaeus indicus , P. Merguiensis, P. Monodon, Metapenaeus brevicornis)
seringkali juga ditemukan di ekosistem mangrove. Semua spesies-spesies ini
umumnya mempunyai dasar-dasar sejarah hidup yang sama yaitu menetaskan telurnya
di ekosistem mangrove dan setelah mencapai dewasa melakukan migrasi ke laut.
Ekosistem mangrove juga merupakan tempat memelihara anak- anak ikan. Migrasi
biota ini berbeda-beda tergantung spesiesnya. Udang Penaeus dijumpai melimpah
jumlahnya hingga kedalaman 50 meter sedangkan Metapenaeus paling melimpah dalam
kisaran kedalaman 11-30 meter dan Parapenaeopsis terbatas hanya pada zona 5-20
meter.
Penaeid
bertelur sepanjang tahun tetapi periode puncaknya adalah selama Mei – Juni dan
Oktober- Desember yang bertepatan dengan datangnya musim hujan atau angin
musim. P. Merquiensis setelah post larva ditemukan pada bulan November dan
Desember dan setelah 3 – 4 bulan berada di mangrove mencapai juvenile dan pada
bulan Maret sampai Juni juvenil berpindah ke air yang dangkal. Setelah mencapai
dewasa atau lebih besar, udang akan bergerak lebih jauh lagi keluar garis
pantai untuk bertelur dengan kedalaman melebihi 10 meter. Waktu untuk bertelur
dimulai bulan Juni dan berlanjut sampai akhir Januari.
Molusca yang
memiliki nilai ekonomis biasanya sudah jarang ditemukan di ekosistem mangrove
karena dieksploitasi secara besar-besaran. Contohnya adalah spesies Anadara sp
saat ini jarang ditemukan di beberapa lokasi ekosistem mangrove karena
dieksploitasikan secara berlebihan. Bivalva lain yang paling penting di wilayah
mangrove adalah kerang darah (Anadara granosa) dan gastropod yang biasanya juga
dijumpai terdiri dari Cerithidia obtusa, Telescopium mauritsii dan T
telescopium. Kerang-kerang ini merupakan sumber daya yang penting dalam
produksi perikanan, dan karena mangrove mampu menyediakan substrat sebagai
tempat berkembang biak yang sesuai, dan sebagai penyedia pakan maka dapat
mempengaruhi kondisi perairan sehingga menjadi lebih baik. Kerang merupakan
sumberdaya penting dalam pasokan sumber protein dan sumber penghasilan ekonomi
jangka panjang. Untuk penduduk sekitar pantai menjadikan kerang sebagai salah
satu jenis yang penting dalam penangkapan di wilayah mangrove.
8)
Gastropoda
Nama Gastropoda berasal dari bahasa
Latin gaster yang berarti perut dan
podos yang berarti kaki, jadi, gastropoda berarti kelompok hewan invertebra,
bertubuh lunak, yang berjalan dengan perut sebagai alat gerak atau kakinya.
Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagian ventral
tubuhnya.Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya.
Hewan ini ada yang hidup di darat, air
tawar, maupun air laut. Anggota kelas ini adalah yang terbesar dari fillum
Mollusca, yaitu sekitar 35.000 – 50.000 spesies, yang masih hidup dan sekitar
15.000 jenis yang telah menjadi fosil. Karena jenis Gastropoda ini sangat
banyak, maka hewan ini mudah ditemukan.
Bentuk cangkangnya bermacam-macam
seperti tanduk, berduri, atau menjari. Namun ada pula Mollusca yang tidak
mempunyai cangkang, misalnya siput telanjang (Vaginula), jenis ini ada yang
hidup di laut dan ada pula yang hidup di darat.
Gerakan Gastropoda disebabkan oleh
kontraksi-kontraksi otot seperti gelombang, dimulai dari belakang menjalar ke
depan. Kaki bagian depan memiliki kelenjar untuk menghasilkan lendir yang
berfungsi untuk mempermudah berjalan, sehingga jalannya meninggalkan bekas.
Hewan ini dapat bergerak secara mengagumkan, yaitu memanjat ke pohon tinggi
atau memanjat ke bagian pisau cukur tanpa teriris.
Pada bagian kepala siput terdapat
sepasang tentakel (sungut) panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada tentakel
panjang, terdapat bintik mata. Mata ini hanya berfungsi untuk membedakan gelap
dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai indera peraba dan
pembau.
Pernafasan bagi Gastropoda yang hidup
di darat menggunakan paru-paru, sedangkan Gastropoda yang hidup di air,
bernafas dengan insang.
Gastropoda umumnya pemakan
tumbuh-tumbuhan atau disebut hewan herbivora. Meskipun ada juga yang hidup
sebagai omnivora dan karnivora predator
contohnya siput yang ada di laut (Conesnail). Beberapa contoh siput darat
adalah bekicot (Achatina fulica) dan Helix pomatia (siput kebun).
9)
Ikan
Ikan Kuwe
Ikan di daerah hutan mangrove cukup
beragam yang dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu :
Ikan penetap sejati, yaitu ikan yang
seluruh siklus hidupnya dijalankan di daerah hutan mangrove seperti ikan
Gelodok (Periopthalmus sp).
Ikan penetap sementara, yaitu ikan yang
berasosiasi dengan hutan mangrove selama periode anakan, tetapi pada saat
dewasa cenderung menggerombol di sepanjang pantai yang berdekatan dengan hutan
mangrove, seperti ikan belanak (Mugilidae), ikan Kuweh (Carangidae), dan ikan
Kapasan, Lontong (Gerreidae).
Ikan pengunjung pada periode pasang,
yaitu ikan yang berkunjung ke hutan mangrove pada saat air pasang untuk mencari
makan, contohnya ikan Kekemek, Gelama, Krot (Scianidae), ikan Barakuda,
Alu-alu, Tancak (Sphyraenidae), dan ikan-ikan dari familia Exocietidae serta
Carangidae.
Ikan pengunjung musiman. Ikan-ikan yang
termasuk dalam kelompok ini menggunakan hutan mangrove sebagai tempat asuhan
atau untuk memijah serta tempat perlindungan musiman dari predator.
10)
Katak Laut
11)
Ular Pohon
12)
Kadal
13)
Laba-laba
14)
Burung Bangau
15)
Burung Mangrove
BAB
III
KESIMPULAN
Hutan
mangrove adalah nama sekelompok tumbuhan dari marga Rhizophora, suku
Rhizophoraceae dan tumbuhan Avicenia. Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri yang
menyolok berupa akar tunjang yang besar dan berkayu, pucuk yang tertutup daun
penumpu yang meruncing, serta buah yang berkecambah serta berakar ketika masih
di pohon (vivipar). Pohon bakau juga memiliki banyak nama lain seperti tancang,
tanjang (Jw.); tinjang (Md.); bangko (Bugis); kawoka (Timor), wako, jangkar dan
lain-lain. Mangrove mempunyai peranan ekologis, ekonomis, dan sosial yang
sangat penting dalam mendukung pembangunan wilayah pesisir. Hutan Bakau
(mangrove) ikut terdegradasi.
Hutan
mangrove sangat berbeda dengan tumbuhan lain di hutan pedalaman tropis dan
subtropis, ia dapat dikatakan merupakan suatu hutan di pinggir laut dengan
kemampuan adaptasi yang luar biasa. Akarnya, yang selalu tergenang oleh air,
dapat bertoleransi terhadap kondisi alam yang ekstreem seperti tingginya
salinitas dan garam. Hal ini membuatnya sangat unik dan menjadi suatu habitat
atau ekosistem yang tidak ada duanya.
Hutan
mangrove memiliki ciri-ciri fisik yang unik di banding tanaman lain. Hutan
mangrove mempunyai tajuk yang rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang
selalu berdaun. Keadaan lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai
faktor-faktor yang ekstrim seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang
air terus menerus. Meskipun mangrove toleran terhadap tanah bergaram
(halophytes), namun mangrove lebih bersifat facultative daripada bersifat
obligative karena dapat tumbuh dengan baik di air tawar.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar