LAPORAN EKOLOGI LAUT TROPIS
HASIL OBSERVASI KAWASAN KONSERVASI MANGROVE DAN BEKANTAN (KKMB) DI KOTA TARAKAN
Disusun oleh:
Ketua Kelompok 1 :
Audana Zulhimantara 14.301010.001
Anggota:
Susilawati 14.301010.002
Wahyu Santoso 14.301010.003
Winda Lestari 14.301010.004
Pebriansyah 14.301010.005
Putri Damayanti 14.301010.006
Andri Indrianto 14.301010.007
Rudi Hartanto 10.301010.010
Angga Mursalin 10.301010.020
Azhari 10.301010.041
Juliyanto 10.301010.058
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
JURUSAN SIPIL
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelasaikan Laporan Observasi lingkungan pada Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) di Kota Tarakan, dengan lancar tanpa adanya hambatan yang berat.
Tak lupa ucapan terima kasih kepada Bapak Ibrahim atas bimbingannya dan selaku Dosen pengajar Mata Kuliah Ekologi lau tropis, dan saya ucapan terima kasih juga pada rekan – rekan semua atas segala kritik dan saran yang di sampaikan dalam proses pembuatan laporan ini sampai selesai.
Laporan ini dibuat sebagai salah satu tugas yang wajib dipenuhi oleh Mahasiswa untuk melengkapi tugas akhir semester tiga, dalam Mata Kuliah Ekologi Laut Tropis.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan masukan dan kritikan yang bersifat membangun.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini bermanfaat sebagai pengetahuan umum bagi para pembaca.
Tarakan, 29 Desember 2015
Penyusun Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik dan khas, terdapat di daerah pasang surut di wilayah pesisir, pantai, dan atau pulau-pulau kecil, dan merupakan potensi sumberdaya alam yang sangat potensial. Hutan mangrove memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi, tetapi sangat rentan terhadap kerusakan apabila kurang bijaksana dalam mempertahankan, melestarian dan pengelolaannya.
Hutan mangrove sangat menunjang perekonomian masyarakat pantai, karena merupakan sumber mata pencaharian masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Secara ekologis hutan mangrove di samping sebagai habitat biota laut, juga merupakan tempat pemijahan bagi ikan yang hidup di laut bebas.
Mangrove memiliki beberapa manfaat seperti manfaat ekologi dan ekonomi. Manfaat ekologi mangrove diantaranya adalah sebagai pelindung alami pantai dari abrasi, mempercepat sedimentasi, mengendalikan intrusi air laut, dan melindungi daerah di belakang mangrove dari gelombang tinggi dan angin kencang, tempat memijah, mencari makan, dan berlindung bagi ikan, udang, kepiting dan biota laut lainnya.
Sedangkan manfaat ekonomi mangrove yaitu sebagai bahan makanan, minuman, obat-obatan, pewarna alami, dan sebagai obyek ekowisata.
1.2 Pendekatan Masalah
1. Apa yang dimaksud hutan mangrove?
2. Apa peranan dan fungsi hutan mangrove di KKMB?
3. Bagaimana pengamatan mengenai habitat ekosistem mangrove di KKMB?
4. Apa saja Jenis-jenis spesies hewan laut baik di bagian terrestrial ataupun bagian akuatik di KKMB?
5. Apa saja jenis-jenis pohon mangrove dan apa-apa saja yang mempengaruhinya yang terdapat di KKMB?
1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa/i lebih mengenal dan mengetahui serta memahami tentang ekosistem mangrove secara visualisasi dengan cara pengidentifikasian dan pencatatan.
2. Agar mahasiswa/i mengetahui dan memahami dan mengerti mengenai jenis-jenis biota / spesies hewan laut baik di bagian terrestrial ataupun di bagian akuatik yang berada di ekosistem mangrove di KKMB Kota Tarakan.
3. Agara mahasiswa/i berbagai macam cara dan pemahaman mengenai berbagai macam variable yang mempengaruhi kelangsungan hidup dari mangrove dan biota lainnya secara sosial. (predasi, simbiosis, kompetisi) dengan pengaplikasian pembelajaran dengan system teoritis menjadi mahasiswa yang mampu menginterpretasikan secara mandiri dan responsibility.
1.4 Manfaat
1. Mengetahui kajian secara komprehensif mengenai kondisi ekologi dari mangrove dan habitatnya.
2. Memahami jenis-jenis pohon mangrove dan factor-faktor yang mempengaruhi kehidupan mangrove di KKMB.
3. Mengetahui kegunaan dan fungsi keberadaan hutan mangrove di KKMB.
4. Mengetahui berbagai jenis biota yang ada di KKMB secara langsung yang ada di sekitar pohon mangrove di KKMB.
5. Memahami biota baik di bagian terrestrial dan maupun di bagian akuatik di KKMB Kota Tarakan. 1.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Mangrove
2.1.1 Konsep Hutan Mangrove
Kata mangrove merupakan kombinasi anatara kata Mangue (bahasa portugis) yang berarti tumbuhan dan kata Grove (bahsa Inggris) yang berarti belukar atau hutan kecil. Ada yang menyatakan mangrove dengan kata Mangal yang menunjukan komunitas suatu tumbuhan. Atau mangrove yang berasal dari kata Mangro, yaitu nama umum untuk Rhizophora mangle di Suriname. Di Prancis padanan yang digunakan untuk mangrove adalah kata Manglier (Phurnomobasuki dalam Ghufran: 2012). Untuk lebih jelas alagi mengenai devinisi hutan mangrove dapat kita lihat pendapat menurut para ahli sebagai berikut:
a. Mangrove menurut Ghuffran (2012), hutan mangrove sering disebut sebagai hutan bakau atau hutan payau (mangrove forest atau mangrove swamp forest) sebuah ekosistem yang terus-menerus mengalami tekanan pembangunan.
b. Mangrove menurut arief dalam Ghufran (2012), hutan mangrove dikenal dengan istilah vloedbosh, kemudian dikenal dengan istilah “payau” karena sifat habitatnya yang payau, yaitu daerah dengan kadar garam antara 0,5 ppt dan 30 ppt. Disebut juga ekosistem hutan pasang surut karena terdapat di daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Berdasarkan jenis pohonnya, yaitu bakau, maka kawasan mangrove juga disebut hutan bakau.
c. Mangrove menurut Supriharyono dalam Ghufran (2012), kata mangrove memiliki dua arti, pertama sebagai komunitas, yaitu komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap garam/salinitas dan pasang surut air laut, dan kedua sebagai individu spesies.
d. Mangrove menurut Tomlinson dalam Ghufran (2012) adalah istilah umum untuk kumpulan pohon yang hidup di daerah berlumpur, basah, dan terletak di perairan pasang surut daerah tropis.
Berdasarkan pendapat para ahli tentang devinisi mangrove, maka yang dimaksud dengan mangrove dalam penelitian ini adalah kelompok tumbuhan berkayu yang tumbuh di sekeliling garis pantai dan memiliki adaptasi yang tinggi terhadap salinitas payau dan harus hidup pada kondisi lingkungan yang demikian. Penggunaan istilah hutan mangrove diganti dengan hutan bakau, mengingat persepsi dan pengetahuan hutan mangrove oleh masyarakat Desa Pematang Pasir adalah “Hutan Bakau”. Alternatif ini dilakukan dengan pertimbangan agar penelitian ini tidak mengalami bias pembahasan.
2.1.2 Zonasi Ekosistem Hutan Bakau
Bakau merupakan tipe tumbuhan tropik dan subtropik yang khas, tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan bakau banyak dijumpai di pesisir pantai yang terlindungi dari gempuran ombak dan daerah landai. Hutan bakau tumbuh optimal di wilayah pesisir yang memiliki muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur, sedangkan diwilayah pesisir yang tidak memiliki muara sungai pertumbuhan vegetasi mangrove tidak optimal. Hutan bakau tidak atau sulit tumbuh diwilayah yang terjal dan berombak besar yang berarus pasang surut kuat, karena kondisi ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur yang iperlukan sebagai substrat (media) bagi pertumbuhannnya (Dahuri: 2003). Ada 5 faktor menurut Sukardjo dalam Ghufran (2012) yang mempengaruhi zonasi hutan bakau di kawasan pantai tertentu yaitu:
1. Gelombang air laut yang menentukan frekwensi tergenang.
2. Salinitas, kadar garam yang berkaitan dengan hubungan osmosis hutan bakau.
3. Substrata tau media tumbuh.
4. Pengaruh darat, seperti aliran air masuk dan rembasan air tawar.
5. Keterbukaa terhadap gelombang, yang menentukan jumlah substrat yang dapat dimanfaatkan.
Meskipun tidak ada cara universal dalam menuntukan zonasi hutan bakau di suatu kawasan, tetapi skema umum hutan bakau untuk penggunaan secara luas pada daerah Indonesia dapat digunakan seperti konsep yang di berikan oleh Supriharyono dalam Ghufran (2012), ia membagi zona hutan bakau berdasrkan jenis pohon kedalam enam zona, yaitu:
1) zona perbatasan dengan daratan,
2) zona semak-semak tumbuhan ceriops;
3) zona hutan Lacang;
4) zona hutan Bakau;
5) zona Api-api yang menuju ke laut; dan
6) zona Pedada.
Sementara Watson dalam Ghufran (2012) membagi zona hutan hutan bakau berdasarkan frekwensi air menjadi 5 zona, yaitu:
1. Hutan yang paling dekat dengan laut ditumbuhi oleh Api-api dan Pedada. Pedada tumbuh pada lumpur yang lembek dengan kandungan organic yang tinggi. Sedangkan Api-api tumbuh pada substrat yang liat agak keras.
2. Hutan pada subtrat yang lebih tinggi biasanya ditumbuhi oleh Lacang. Hutan ini tumbuh pada tanah liat yang cukup keras dan dicapai oleh beberapa air pasang saja.
3. Ke arah dataran lagi hutan dikuasai oleh Bakau. bakau lebih banyak dijumpai pada kondisi yang agak basah dan lumpur yang agak dalam. Pohon-pohon dapat tumbuh tinggi 35-40 m.
4. Hutan yang dikuasai oleh Nyirih kadang dijumpai tanpa jenis pohom lainnya.
5. Hutan mangrove terakhir dikuasai oleh Nipah, zona ini adalah wilayah peralihan antara hutan mangrove dan hutan daratan.
Pembagian hutan bakau juga di bedakan berdasrkan struktur ekosistemnya, yang secara garis besar dibagi menjadi tiga formasi (Purnamabasuki dalam Ghufran: (2012), sebagai berikut:
1. Hutan Bakau Pantai, pada tipe ini pengaruh air laut lebih dominan dari airsungai. Struktur horizontal formasi ini dari arah laut kedarat dimulai daripertumbuhan Pedada diikuti oleh komunitas campuran Pedada, Api-api, Bakau, selanjutnya komunitas murni Bakau dan akhirnya komunitascampuran Lacang.
2. Hutan Bakau Mura, pada tipe ini pengaruh air laut sama kuat denganpengaruh air sungai. Hutan bakau muara dicirikan Bakau ditepian alur di ikuti komunitas campuran Bakau-Lacang dan diakhiri dengan komunita murni Nipah.
3. Mangrove Sungai, pada tipe ini pengaruh air sungai lebih dominan dari pada air laut dan berkembang pada tepian sungai yang relatif jauh dari muara. Pada tipe ini hutan bakau banyak ber asosiasi dengn komunitas tumbuhan daratan.
2.1.3 Fungsi dan Manfaat Utama Ekosistem Hutan Bakau
Setidaknya ada tiga fungsi utama ekosistem hutan bakau yang di kemukakan Nontji dalam Ghufran (2012), yaitu:
1. Fungsi fisis, meliputi: pencegah abrasi, perlindungan terhadap angin, pencegah intrusi garam, dan sebagai penghasil energi serta hara.
2. Fungsi biologis, meliputi: sebagai tempat bertelur dan tempat asuhan berbagai biota.
3. Fungsi ekonomis, meliputi: sebagai sumber bahan bakar (kayu bakar danarang), bahan bangunan (balok, atap, dan sebagainya), perikanan, pertanian, makanan, minuman, bahan baku kertas, keperluan rumah tangga, tekstil, serat sintesis, penyamakan kulit, obat-obatan, dan lain-lain.
BAB III
METODE
3.1 Waktu dan Lokasi
3.1.1 Waktu
Kegiatan kulaih lapang dari mata kuliah Pengantar Ekologi Laut Tropis dilaksanakan sebanyak dua tahap per kelompok.
1. Diadakan kuliah lapang pada hari Sabtu jam 08.45 WITA dengan lokasi di daerah KKMB Kota Tarakan pada tanggal 7 November 2015.
2. Diadakan kuliah lapang pada hari Sabtu jam 08.45 WITA dengan lokasi di daerah KKMB Kota Tarakan pada tanggal 14 November 2015.
3.1.2 Lokasi
Lokasi praktikum Ekologi Laut Tropis adalah di kawasan konservasi mangrove dan bekantan (KKMB) Kota Tarakan.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum adalah:
Ø Alat tulis menulis/ pencacatan
Ø Alat dokumentasi ( kamera foto/ digital kamera/ hp)
Ø Plastic.
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam kegiatan kuliah lapang mata kuliah pengantar Ekologi Laut Tropis yaitu:
3.3.1 Pengamatan
Kegiatan pertama Tanggal 7 Novembar 2015 yaitu:
· Mengenal dan mengetahui secara visualisasi mengenai jenis-jenis pohon mangrove dan factor-faktor yang mempengaruhi kehidupan mangrove di KKMB (Pada tanggal 7 November 2015).
· Mengamati Mengenai kegunaan dan fungsi keberadaan hutan mangrove Bekantan (KKMB) (Pada Tanggal 7 November 2015).
· Mengamati dan mengidentifikasi jenis-jenis mangrove di KKMB (Pada Tanggal 7 November 2015).
Kegiatan kedua Tanggal 14 November 2015 yaitu:
· Mengamati berbagai jenis biota yang ada di KKMB secara langsung yang ada interaksi sosial di sekitar pohon mangrove di KKMB (pada tanggal 14 Novembar 2015).
· Mengamati biota di bagian Terestrial dan bagian akuatik di kawasan konservasi mangrove bekantan (KKMB) Kota Tarakan (pada tanggal 14 November 2015).
3.3.2 Pencatatan
· Tahap Pertama pada tanggal 7 Novembar 2015 mencatat dan mendokumentasikan mengenai berbagai jenis-jenis pohon mangrove dan factor-faktor apa saja yang mengenai beserta foto dari DAUN, BUNGA dan BUAH dari pohon mangrove.
· Tahap kedua pada tanggal 14 November 2015 mencatat dan mendokumentasikan berbagai jenis-jenis biota apa saja yang berada si sekitar pohon mangrove baik dari segi akuatik ataupun dari segi terrestrial.
3.3.3 Tanya Jawab
Memberikan pengarahan dan pemahaman yang dilakukan oleh mahasiswa/I yaitu pengamatan secara langsung baik secara visualisasi maupun pencatatan yang dapat dijadikan sebagai penambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang di miliki secara aplikatif terhadap media di kawasan konservasi mangrove bekantan (KKMB) Kota Tarakan.·
BAB IV
HASIL LAPORAN
4.1 Pengertian Hutan Mangrove
Hutan Mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa yang berair payau dimana terletak pada pantai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut, dimana hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik, baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai dimana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
4.2 Mengidentifikasi semua jenis makhluk hidup yang terdapat di KKMB
4.2. 4.2.1 Jenis Flora yang terdapat di KKMB Tarakan
1. Bakau panggang (Rhizophora mucronata)
Gambar : Bakau panggang (Rhizophora Mucronata)
Ø Klasifikasi
kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
SuperDivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
SubKelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Rhizophora
Spesies : Rhizophora mucronata
Ø Deskripsi
Pohon dengan ketinggian mencapai 27 m, jarang melebihi 30 m. Batang memiliki diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga hitam dan terdapat celah horizontal. Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari percabangan bagian bawah.
Ø Daun
Daun berkulit. Gagang daun berwarna hijau, panjang 2,5-5,5 cm. Pinak daun terletak pada pangkal gagang daun berukuran 5,5-8,5 cm. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips melebar hingga bulat memanjang. Ujung: meruncing. Ukuran: 11-23 x 5-13 cm.
Ø Bunga
Gagang kepala bunga seperti cagak, bersifat biseksual, masing-masing menempel pada gagang individu yang panjangnya 2,5-5 cm. Letak: di ketiak daun. Formasi: Kelompok (4-8 bunga per kelompok). Daun mahkota: 4;putih, ada rambut. 9 mm. Kelopak bunga: 4; kuning pucat, panjangnya 13-19 mm. Benang sari: 8; tak bertangkai.
Ø Buah
Buah lonjong/panjang hingga berbentuk telur berukuran 5-7 cm, berwarna hijaukecoklatan, seringkali kasar di bagian pangkal, berbiji tunggal. Hipokotil silindris, kasar dan berbintil. Leher kotilodon kuning ketika matang. Ukuran: Hipokotil: panjang 36-70 cm dan diameter 2-3 cm.
Ø Ekologi
Di areal yang sama dengan R.apiculata tetapi lebih toleran terhadap substrat yang lebih keras dan pasir. Pada umumnya tumbuh dalam kelompok, dekat atau pada pematang sungai pasang surut dan di muara sungai, jarang sekali tumbuh pada daerah yang jauh dari air pasang surut. Pertumbuhan optimal terjadi pada areal yang tergenang dalam, serta pada tanah yang kaya akan humus. Merupakan salah satu jenis tumbuhan mangrove yang paling penting dan paling tersebar luas. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Anakan seringkali dimakan oleh kepiting, sehingga menghambat pertumbuhan mereka. Anakan yang telah dikeringkan dibawah naungan untuk beberapa hari akan lebih tahan terhadap gangguan kepiting. Hal tersebut mungkin dikarenakan adanya akumulasi tanin dalam jaringan yang kemudian melindungi mereka.
Ø Penyebaran
Afrika Timur, Madagaskar, Mauritania, Asia tenggara, seluruh Malaysia dan Indonesia, Melanesia dan Mikronesia. Dibawa dan ditanam di Hawaii.
Ø Manfaat
Kayu digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Tanin dari kulit kayu digunakan untuk pewarnaan, dan kadang-kadang digunakan sebagai obat dalam kasus hematuria (perdarahan pada air seni). Kadang-kadang ditanam di sepanjang tambak untuk melindungi pematang.
2. Bakau merah (rhizopora apiculata)
Gambar : Bakau merah (rhizopora apiculata)
Ø Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
SuperDivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
SubKelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Rhizophora
Spesies : Rhizophora apiculata
Ø Deskripsi
Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dengan diameter batang mencapai 50 cm. Memiliki perakaran yang khas hingga mencapai ketinggian 5 meter, dan kadang-kadang memiliki akar udara yang keluar dari cabang. Kulit kayu berwarna abu-abu tua dan berubah-ubah.
Ø Daun
Berkulit, warna hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah dan kemerahan di bagian bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm dan warnanya kemerahan. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips menyempit. Ujung: meruncing. Ukuran: 7-19 x 3,5-8 cm.
Ø Bunga
Biseksual, kepala bunga kekuningan yang terletak pada gagang berukuran <14 mm. Letak: Di ketiak daun. Formasi: kelompok (2 bunga per kelompok). Daun mahkota: 4; kuning-putih, tidak ada rambut, panjangnya 9-11 mm. Kelopak bunga: 4; kuning kecoklatan, melengkung. Benang sari: 11-12; tak bertangkai.
Ø Buah
Buah kasar berbentuk bulat memanjang hingga seperti buah pir, warna coklat, panjang 2-3,5 cm, berisi satu biji fertil. Hipokotil silindris, berbintil, berwarna hijau jingga. Leher kotilodon berwarna merah jika sudah matang. Ukuran: Hipokotil panjang 18-38 cm dan diameter 1-2 cm.
Ø Ekologi
Tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat pasang normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir. Tingkat dominasi dapat mencapai 90% dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi. Menyukai perairan pasang surut yang memiliki pengaruh masukan air tawar yang kuat secara permanen. Percabangan akarnya dapat tumbuh secara abnormal karena gangguan kumbang yang menyerang ujung akar. Kepiting dapat juga menghambat pertumbuhan mereka karena mengganggu kulit akar anakan. Tumbuh lambat, tetapi perbungaan terdapat sepanjang tahun.
Ø Penyebaran
Sri Lanka, seluruh Malaysia dan Indonesia hingga Australia Tropis dan Kepulauan Pasifik.
Ø Manfaat
Kayu dimanfaatkan untuk bahan bangunan, kayu bakar dan arang. Kulit kayu berisi hingga 30% tanin (per sen berat kering). Cabang akar dapat digunakan sebagai jangkar dengan diberati batu. Di Jawa acapkali ditanam di pinggiran tambak untuk melindungi pematang. Sering digunakan sebagai tanaman penghijauan.
3. Api-Api (Avicenia lanata)
Gambar : Api-api(Avicenia lanata)
Ø Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
SuperDivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
SubKelas : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Famili : Avicenniaceae
Genus : Avicennia
Spesies : Avicennia alba
Ø Deskripsi
Belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar, ketinggian pohon mencapai 30 meter. Memiliki sistem perakaran horizontal yang rumit dan berbentuk pensil (atau berbentuk asparagus), akar nafas tegak dengan sejumlah lentisel. Kulit kayu halus dengan burik-burik hijau-abu dan terkelupas dalam bagian-bagian kecil. Ranting muda dan tangkai daun berwarna kuning, tidak berbulu.
Ø Daun
Bagian atas permukaan daun ditutupi bintik-bintik kelenjar berbentuk cekung. Bagian bawah daun putih- abu-abu muda. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips, bulat memanjang, bulat telur terbalik. Ujung: meruncing hingga membundar. Ukuran: 9 x 4,5 cm.
Ø Bunga
Seperti trisula dengan bunga bergerombol muncul di ujung tandan, bau menyengat, nektar banyak. Letak: di ujung atau ketiak tangkai/tandan bunga. Formasi: bulir (2-12 bunga per tandan). Daun Mahkota: 4, kuning pucat-jingga tua, 5-8 mm. Kelopak Bunga: 5. Benang sari: 4.
Ø Buah
Buah agak membulat, berwarna hijau agak keabu-abuan. Permukaan buah berambut halus (seperti ada tepungnya) dan ujung buah agak tajam seperti paruh. Ukuran: sekitar 1,5x2,5 cm.
Ø Ekologi
Merupakan tumbuhan pionir pada lahan pantai yang terlindung, memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai habitat pasang-surut, bahkan di tempat asin sekalipun. Jenis ini merupakan salah satu jenis tumbuhan yang paling umum ditemukan di habitat pasang-surut. Akarnya sering dilaporkan membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses pembentukan tanah timbul. Jenis ini dapat juga bergerombol membentuk suatu kelompok pada habitat tertentu. Berbuah sepanjang tahun, kadang-kadang bersifat vivipar. Buah membuka pada saat telah matang, melalui lapisan dorsal. Buah dapat juga terbuka karena dimakan semut atau setelah terjadi penyerapan air.
Ø Penyebaran
Tumbuh di Afrika, Asia, Amerika Selatan, Australia, Polynesia dan Selandia Baru. Ditemukan di seluruh Indonesia.
Ø Manfaat
Daun digunakan untuk mengatasi kulit yang terbakar. Resin yang keluar dari kulit kayu digunakan sebagai alat kontrasepsi. Buah dapat dimakan. Kayu menghasilkan bahan kertas berkualitas tinggi. Daun digunakan sebagai makanan ternak.
4. Acanthus ebracteatus
Gambar : Acanthus ebracteatus
Ø Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Acanthus
Spesies : Acanthus ebracteatus Vahl.
Ø Deskripsi
Acanthus ebracteatus merupakan tumbuhan semak yang banyak terdapat di sekitar tebing atau muara sungai yang mengalami pasang surut. Hampir sama dengan A. ilicifolius, tetapi seluruh bagiannya lebih kecil.
Ø Daun
Pinggiran daun umumya rata kadang bergerigi seperti A. ilicifolius. Daunnya berbentuk daun tunggal dengan bagian menghadapnya bersilangan, bagian ujung daunnya meruncing hampir membentuk duri, daun berukuran 7-20 x 4-10 cm.
Ø Bunga
Mahkota bunga berwarna biru muda hingga ungu lembayung cerah, kadang agak putih di bagian ujungnya. Panjang tandan bunga lebih pendek dari A. ilicifolius, sedangkan bunganya sendiri 2-2,5 cm. Bunga hanya mempunyai satu pinak daun utama, karena yang sekunder biasanya cepat rontok. Bunga terletak di ujung dan membentuk seperti bulir.
Ø Buah
Warna buah saat masih muda hijau cerah dan permukaannya licin mengkilat. Bentuk buah bulat lonjong seperti buah melinjo. Ukuran buah sekitar 2,53 cm dan ukuran biji 5-7 mm.
Ø Ekologi
Tumbuh pada dataran lumpur, tepi sungai, daerah yang kering dan toleran terhadap kadar garam yang tinggi. Diketahui (di Bali dan Lombok) berbunga pada bulan Juli - Februari dan berbuah antara bulan November hingga Maret.
Ø Penyebaran
dari India hingga Australia tropis, Filipina dan Kepulauan Pasifik barat. Terdapat di seluruh Indonesia.
5. Api-api (Avicenia marina)
Gambar : Api-api (Avicenia marina)
Ø Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
SuperDivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
SubKelas : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Famili : Avicenniaceae
Genus : Avicennia
Spesies : Avicennia marina
Ø Deskripsi
Belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar, ketinggian pohon mencapai 30 meter. Memiliki sistem perakaran horizontal yang rumit dan berbentuk pensil (atau berbentuk asparagus), akar nafas tegak dengan sejumlah lentisel. Kulit kayu halus dengan burik-burik hijau-abu dan terkelupas dalam bagian-bagian kecil. Ranting muda dan tangkai daun berwarna kuning, tidak berbulu.
Ø Daun
Bagian atas permukaan daun ditutupi bintik-bintik kelenjar berbentuk cekung. Bagian bawah daun putih- abu-abu muda. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips, bulat memanjang, bulat telur terbalik. Ujung: meruncing hingga membundar. Ukuran: 9 x 4,5 cm.
Ø Bunga
Seperti trisula dengan bunga bergerombol muncul di ujung tandan, bau menyengat, nektar banyak. Letak: di ujung atau ketiak tangkai/tandan bunga. Formasi: bulir (2-12 bunga per tandan). Daun Mahkota: 4, kuning pucat-jingga tua, 5-8 mm. Kelopak Bunga: 5. Benang sari: 4.
Ø Buah
Buah agak membulat, berwarna hijau agak keabu-abuan. Permukaan buah berambut halus (seperti ada tepungnya) dan ujung buah agak tajam seperti paruh. Ukuran: sekitar 1,5x2,5 cm.
Ø Ekologi
Merupakan tumbuhan pionir pada lahan pantai yang terlindung, memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai habitat pasang-surut, bahkan di tempat asin sekalipun. Jenis ini merupakan salah satu jenis tumbuhan yang paling umum ditemukan di habitat pasang-surut. Akarnya sering dilaporkan membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses pembentukan tanah timbul. Jenis ini dapat juga bergerombol membentuk suatu kelompok pada habitat tertentu. Berbuah sepanjang tahun, kadang-kadang bersifat vivipar. Buah membuka pada saat telah matang, melalui lapisan dorsal. Buah dapat juga terbuka karena dimakan semut atau setelah terjadi penyerapan air.
Ø Penyebaran
Tumbuh di Afrika, Asia, Amerika Selatan, Australia, Polynesia dan Selandia Baru. Ditemukan di seluruh Indonesia.
6. Prepat ( Sonetaria Alba)
Gambar : Prepat ( Sonetaria Alba)
Ø Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Family : Sonneratiaceae
Genus : Sonneratia
Species : Sonneratia alba
Ø Deskripsi
Pohon selalu hijau, tumbuh tersebar, ketinggian kadang-kadang hingga 15 m. Kulit kayu berwarna putih tua hingga coklat, dengan celah longitudinal yang halus. Akar berbentuk kabel di bawah tanah dan muncul kepermukaan sebagai akar nafas yang berbentuk kerucut tumpul dan tingginya mencapai 25 cm.
Ø Daun
Daun berkulit, memiliki kelenjar yang tidak berkembang pada bagian pangkal gagang daun. Gagang daun panjangnya 6-15 mm. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 5-12,5 x 3-9 cm.
Ø Bunga
Biseksual; gagang bunga tumpul panjangnya 1 cm. Letak: di ujung atau pada cabang kecil. Formasi: soliter-kelompok (1-3 bunga per kelompok). Daun mahkota: putih, mudah rontok. Kelopak bunga: 6-8; berkulit, bagian luar hijau, di dalam kemerahan. Seperti lonceng, panjangnya 2-2,5 cm. Benang sari: banyak, ujungnya putih dan pangkalnya kuning, mudah rontok.
Ø Buah
Seperti bola, ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga. Buah mengandung banyak biji (150-200 biji) dan tidak akan membuka pada saat telah matang. Ukuran: buah: diameter 3,5-4,5 cm.
Ø Ekologi
Jenis pionir, tidak toleran terhadap air tawar dalam periode yang lama. Menyukai tanah yang bercampur lumpur dan pasir, kadang-kadang pada batuan dan karang. Sering ditemukan di lokasi pesisir yang terlindung dari hempasan gelombang, juga di muara dan sekitar pulau-pulau lepas pantai. Di lokasi dimana jenis tumbuhan lain telah ditebang, maka jenis ini dapat membentuk tegakan yang padat. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Bunga hidup tidak terlalu lama dan mengembang penuh di malam hari, mungkin diserbuki oleh ngengat, burung dan kelelawar pemakan buah. Di jalur pesisir yang berkarang mereka tersebar secara vegetatif. Kunang-kunang sering menempel pada pohon ini dikala malam. Buah mengapung karena adanya jaringan yang mengandung air pada bijinya. Akar nafas tidak terdapat pada pohon yang tumbuh pada substrat yang keras.
Ø Penyebaran
Dari Afrika Utara dan Madagaskar hingga Asia Tenggara, seluruh Indonesia, Malaysia, Filipina, Australia Tropis, Kepulauan Pasifik barat dan Oceania Barat Daya.
Ø Manfaat
Buahnya asam dapat dimakan. Di Sulawesi, kayu dibuat untuk perahu dan bahan bangunan, atau sebagai bahan bakar ketika tidak ada bahan bakar lain. Akar nafas digunakan oleh orang Irian untuk gabus dan pelampung.
7. Mutut Besar
Ø Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Bruguiera
Spesies : Bruguiera gymnorrhiza
Ø Deskripsi
Pohon yang selalu hijau dengan ketinggian kadang-kadang mencapai 30 m. Kulit kayu memiliki lentisel, permukaannya halus hingga kasar, berwarna abu-abu tua sampai coklat (warna berubah-ubah). Akarnya seperti papan melebar ke samping di bagian pangkal pohon, juga memiliki sejumlah akar lutut.
Ø Daun
Daun berkulit, berwarna hijau pada lapisan atas dan hijau kekuningan pada bagian bawahnya dengan bercak-bercak hitam (ada juga yang tidak). Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips sampai elips-lanset. Ujung: meruncing Ukuran: 4,5-7 x 8,5-22 cm.
Ø Bunga
Bergelantungan dengan panjang tangkai bunga antara 9-25 mm. Letak: di ketiak daun, menggantung. Formasi: soliter. Daun Mahkota: 10-14; putih, dan coklat jika tua, panjang 13-16 mm. Kelopak Bunga: 10-14; warna merah muda hingga merah; panjang 30-5.
Ø Buah
Buah melingkar spiral, bundar melintang, panjang 2-2,5 cm. Hipokotil lurus, tumpul dan berwarna hijau tua keunguan.
Ø Ekologi
Merupakan jenis yang dominan pada hutan mangrove yang tinggi dan merupakan ciri dari perkembangan tahap akhir dari hutan pantai, serta tahap awal dalam transisi menjadi tipe vegetasi daratan. Tumbuh di areal dengan salinitas rendah dan kering serta tanah yang memiliki aerasi yang baik. Jenis ini toleran terhadap daerah terlindung maupun yang mendapat sinar matahari langsung. Mereka juga tumbuh pada tepi daratan dari mangrove, sepanjang tambak serta sungai pasang surut dan payau. Ditemukan di tepi pantai hanya jika terjadi erosi pada lahan di hadapannya. Substrat-nya terdiri dari lumpur, pasir dan kadang-kadang tanah gambut hitam. Kadang-kadang juga ditemukan di pinggir sungai yang kurang terpengaruh air laut, hal tersebut dimungkinkan karena buahnya terbawa arus air atau gelombang pasang. Regenerasinya seringkali hanya dalam jumlah terbatas. Bunga dan buah terdapat sepanjang tahun. Bunga relatif besar, memiliki kelopak bunga berwarna kemerahan, tergantung, dan mengundang burung untuk melakukan penyerbukan.
8. Bius/tinomo (Braguiera parviflora)
Gambar : bius/tinomo (Braguiers perviflora)
Ø Klasifikasi
Kingdom :Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Bruguiera
Spesies : Bruguiera parviflora
Ø Deskripsi
Berupa semak atau pohon kecil yang selalu hijau, tinggi (meskipun jarang) dapat mencapai 20 m. Kulit kayu burik, berwarna abu-abu hingga coklat tua, bercelah dan agak membengkak di bagian pangkal pohon. Akar lutut dapat mencapai 30 cm tingginya.
Ø Daun
Terdapat bercak hitam di bagian bawah daun dan berubah menjadi hijaukekuningan ketika usianya bertambah. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips. Ujung: meruncing. Ukuran: 5,5-13 x 2-4,5 cm.
Ø Bunga
Bunga mengelompok di ujung tandan (panjang tandan: 2 cm). Letak: di ketiak daun. Formasi: kelompok (3-10 bunga per tandan). Daun mahkota: 8; putihhijau kekuningan, panjang 1,5-2mm. Berambut pada tepinya. Kelopak Bunga: 8; menggelembung, warna hijau kekuningan; bagian bawah berbentuk tabung, panjangnya 7-9 mm.
Ø Buah
Buah melingkar spiral, panjang 2 cm. Hipokotil silindris, agak melengkung, permukaannya halus, warna hijau kekuningan. Ukuran: Hipokotil: panjang 8- 15 cm dan diameter 0,5-1 cm.
Ø Ekologi
Jenis ini membentuk tegakan monospesifik pada areal yang tidak sering tergenang. Individu yang terisolasi juga ditemukan tumbuh di sepanjang alur air dan tambak tepi pantai. Substrat yang cocok termasuk lumpur, pasir, tanah payau dan bersalinitas tinggi. Di Australia, perbungaan tercatat dari bulan Juni hingga September, dan berbuah dari bulan September hingga Desember. Hipokotilnya yang ringan mudah untuk disebarkan melalui air, dan nampaknya tumbuh dengan baik pada areal yang menerima cahaya matahari yang sedang hingga cukup. Bunga dibuahi oleh serangga yang terbang pada siang hari, seperti kupu-kupu. Daunnya berlekuk-lekuk, yang merupakan ciri khasnya, disebabkan oleh gangguan serangga. Dapat menjadi sangat dominan di areal yang telah diambil kayunya (misalnya Karang Gading-Langkat Timur Laut di Sumatera Utara; Giesen & Sukotjo, 1991).
Ø Penyebaran
Dari India, Seluruh Asia Tenggara (termasuk Indonesia) hingga Australia utara.
9) Nipah
Gambar : Nipah
Ø Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
SuperDivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Palmae
Genus : Nypa
Spesies : Nypa fruticans
Ø Deskripsi
Nipah adalah sejenis palem (palma) yang tumbuh di lingkungan hutan bakau atau daerah pasang-surut dekat tepi laut. Tumbuhan ini juga dikenal dengan banyak nama lain seperti daon, daonan (Sd., Bms.), buyuk (Jw., Bali), bhunyok (Md.), bobo (Menado, Ternate, Tidore), boboro (Halmahera), palean, palenei, pelene, pulene, puleanu, pulenu, puleno, pureno, parinan, parenga (Seram, Ambon dan sekitarnya).
Sebagaimana rumbia (Metroxylon spp.), batang pohon nipah menjalar di tanah, membentuk rimpang yang terendam oleh lumpur. Hanya roset daunnya yang muncul di atas tanah, sehingga nipah nampak seolah-olah tak berbatang.
Akar serabutnya dapat mencapai panjang 13 m. Karena perakaran nipah ini hanya terletak dalam lumpur yang sifatnya labil maka rumpun-rumpun nipah dapat dihanyutkan oleh air sampai ke laut. Batang nipah terendam oleh lumpur. Hanya daunnya yang muncul di atas tanah.
Daun nipah yang telah tua banyak dimanfaatkan secara tradisional untuk membuat atap rumah yang daya tahannya mencapai 3-5 tahun. Daun nipah yang masih muda mirip janur kelapa, dapat dianyam untuk membuat dinding rumah yang disebut kajang. Daun nipah juga dapat dianyam untuk membuat tikar, tas, topi dan aneka keranjang anyaman. Di Sumatra, pada masa silam daun nipah yang muda (dinamai pucuk) dijadikan daun rokok --yaitu lembaran pembungkus untuk melinting tembakau-- setelah dikelupas kulit arinya yang tipis, dijemur kering, dikelantang untuk memutihkannya dan kemudian dipotong-potong sesuai ukuran rokok. Beberapa naskah lama Nusantara juga menggunakan daun nipah sebagai alas tulis, bukannya daun lontar.
Pohon atau semak kecil dengan ketinggian hingga 15 m. kulit kayu berwarna coklat, jarang berwarna abu-abu atau putih kotor, permukaan halus, rapuh dan menggelembung di bagian pangkal. Daun hijau mengkilap bentuknya elipsbulat memanjang ujung membundar ukuran 3-10x1-4,5 cm. bunga mengelompok menempel dengan gagang yang pendek, tebal dan bertakik. Kelompok (2-4 bunga perkelompok). Daun mahkota 5; warna hijau, ada lentisel dan berbintil. Benang sari: tangkai benang sari pendek, sama atau lebih pendek dari pada kepala sari. Buah hipokotil berbentuk silinder, ujungnya menggelembung tajam dan berbintil, warna hijau hingga coklat leher kotiledon jadi merah tua jika sudah matang / dewasa. Ukuran hipokotil panjang 15 cm dan diameter 8-12 mm. bentuk dan ukuran daun sangat beragam bergantung pada kadar cahaya dan air dimana suatu individu tumbuh.
Gambar : Mentigi
Ø Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Ceriops
Spesies : Ceriops tagal
Ø Deskripsi
Pohon kecil atau semak dengan ketinggian mencapai 25 m. Kulit kayu berwarna abu-abu, kadang-kadang coklat, halus dan pangkalnya menggelembung. Pohon seringkali memiliki akar tunjang yang kecil.
Ø Daun
Daun hijau mengkilap dan sering memiliki pinggiran yang melingkar ke dalam. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat telur terbalik-elips. Ujung: membundar. Ukuran: 1-10 x 2-3,5 cm
Ø Bunga
Bunga mengelompok di ujung tandan. Gagang bunga panjang dan tipis, berresin pada ujung cabang baru atau pada ketiak cabang yang lebih tua. Letak: di ketiak daun. Formasi: kelompok (5-10 bunga per kelompok). Daun mahkota: 5; putih dan kemudian jadi coklat. Kelopak bunga: 5; warna hijau, panjang 4- 5 mm, tabung 2 mm. Benang sari: tangkai benang sari lebih panjang dari kepala sarinya yang tumpul.
Ø Buah
Buah panjangnya 1,5-2 cm, dengan tabung kelopak yang melengkung. Hipokotil berbintil, berkulit halus, agak menggelembung dan seringkali agak pendek. Leher kotilodon menjadi kuning jika sudah matang/dewasa. Ukuran: Hipokotil: panjang 4-25 cm dan diameter 8-12 mm.
Ø Ekologi
Membentuk belukar yang rapat pada pinggir daratan dari hutan pasang surut dan/atau pada areal yang tergenang oleh pasang tinggi dengan tanah memiliki sistem pengeringan baik. Juga terdapat di sepanjang tambak. Menyukai substrat tanah liat, dan kemungkinan berdampingan dengan C. decandra. Perbungaan terjadi sepanjang tahun.
Ø Penyebaran
Dari Mozambik hingga Pasitik Barat, termasuk Australia Utara, Malaysia dan Indonesia.
11) Paku laut
Gambar : paku laut
Ø Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Filicopsida
Sub Kelas : Polypoditae
Ordo : Polypodiales
Famili : Pteridaceae
Genus : Acrostichum
Spesies : Acrostichum aureum
Ø Deskripsi
Paku laut adalah sejenis paku-pakuan berukuran besar, yang biasa tumbuh di tanah di bawah naungan hutan bakau atau lahan basah lainnya. Paku atau pakis ini juga dikenal dengan banyak nama lain seperti paku larat, papah, piai (Mal.: piai raya), paku hata diuk (Sd.), warakas, krakas, kakakeok (Jw.), rewayang (Hal.) dan lain-lain. Nama-namanya dalam bahasa Inggris di antaranya golden leather fern, swamp fern, dan mangrove fern.
Ø Daun
Daun berwarna hijau mengkilat dan biasanya gelap di atas, tetapi lebih pucat di bagian bawah daun. Daun margin agak tidak rata dan bergelombang di di bagian tepinya, tidak ada kantung spora yang hadir seperti pada pakis lainnya. Sebaliknya, sporangia didistribusikan ke seluruh bagian bawah daun reproduksi (5 atau lebih paling distal pasang), tekstur yang terasa seperti daun ini. Sporangia adalah merah bata untuk karat berwarna merah, dengan spora berukuran diameter 37-72 | # 181; m.
Ø Ekologi
Tumbuh menahun, paku laut hidup di lingkungan hutan bakau (mangrove), rawa pantai, tambak, serta di sepanjang sungai, parit dan kanal dekat laut. Meski demikian, Acrostichum aureum tak seberapa tahan oleh penggenangan pasang air laut dan tak menyukai tanah-tanah dengan salinitas tinggi; tak sebagaimana kerabat dekatnya, A. speciosum.
Meski bersifat halofit (halophytic), paku laut membutuhkan pasokan air tawar yang cukup agar dapat tumbuh optimal. Di tempat-tempat di mana frekuensi penggenangan pasang laut cukup tinggi (10-28 kali perbulan), pakis ini tumbuh kerdil atau bahkan sama sekali tak mau tumbuh. Terhadap penyinaran matahari, paku ini dapat mentolerir pelbagai kondisi seperti tumbuh di bawah naungan hingga ke tempat-tempat terbuka yang terik. Bahkan, paku ini dapat menginvasi lahan-lahan bekas tebangan dan membentuk padang paku laut yang cukup luas.
Ø Manfaat
Daun-daun paku laut yang dikeringkan dipergunakan sebagai atap rumah. Selain itu, pucuknya yang muda juga dimanfaatkan sebagai sayuran di beberapa daerah, dan daun-daun yang tua dan juga akarnya digunakan sebagai bahan obat tradisional.
Gambar : Acrosticum aureum
Ø Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Filicopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Pteridaceae
Genus : Acrostichum
Spesies : Acrostichum aureum L.
Ø Deskripsi
Acrosticum aureum merupakan jenis paku-pakuan dan pada umumnya membentuk rumpun yang lebat, tinggi rumpun rata-rata 0,5-1 meter, kadang mencapai sekitar 3 meter. Memiliki akar serabut.
Ø Daun
Panjang daun mencapai 1-3 m, memiliki tidak lebih dari 30 pinak daun. Pinak daun letaknya berjauhan dan tidak teratur. Pinak daun terbawah selalu terletak jauh dari yang lain dan memiliki gagang yang panjangnya 3 cm. Ujung daun fertil berwarna coklat seperti karat. Bagian bawah dari pinak daun tertutup secara seragam oleh sporangia yang besar. Ujung pinak daun yang steril dan lebih panjang membulat atau tumpul dengan ujung yang pendek. Duri banyak, berwarna hitam. Peruratan daun menyerupai jaring. Sisik yang luas, panjang hingga 1 cm, hanya terdapat di bagian pangkal dari gagang, menebal di bagian tengah. Spora besar dan berbentuk tetrahedral.
Ø Penyebaran
Pan-tropis. Terdapat di seluruh Indonesia.
Gambar : Xylocarpus granatum
Ø Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Meliaceae
Genus : Xylocarpus
Spesies : Xylocarpus granatum Koen.
Ø Deskripsi
Xylocarpus granatum, pohon tegak dapat mencapai ketinggian 10-20 m. Memiliki akar papan yang melebar ke samping, meliuk-liuk dan membentuk celahan-celahan. Batang seringkali berlubang, khususnya pada pohon yang lebih tua. Kulit kayu berwarna coklat muda-kekuningan, tipis dan mengelupas, sementara pada cabang yang muda, kulit kayu berkeriput.
Ø Daun
Agak tebal, susunan daun berpasangan (umumnya 2 pasang pertangkai) dan ada pula yang menyendiri. Letaknya majemuk dan berlawanan. Bentuknya elips - bulat telur terbalik. Ujungnya membundar. Berukuran 4,5 - 17 cm x 2,5 - 9 cm.
Ø Bunga
Bunga terdiri dari dua jenis kelamin atau betina saja. Tandan bunga (panjang 2-7 cm) muncul dari dasar (ketiak) tangkai daun dan tangkai bunga panjangnya 4-8 mm. Letaknya di ketiak. Karangan bunga membentuk gerombol acak (8-20 bunga per gerombol). Daun mahkota berjumlah 4; lonjong, tepinya bundar, putih kehijauan, panjang 5-7 mm. Kelopak bunga berjumlah 4 cuping; kuning muda, panjang 3 mm. Benang sari berwarna putih krem dan menyatu di dalam tabung.
Ø Buah
Seperti bola (kelapa), berat bisa 1-2 kg, berkulit, warna hijau kecoklatan. Buahnya bergelantungan pada dahan yang dekat permukaan tanah dan agak tersembunyi. Di dalam buah terdapat 6-16 biji besar-besar, berkayu dan berbentuk tetrahedral. Susunan biji di dalam buah membingungkan seperti teka-teki (dalam bahasa Inggris disebut sebagai ‘puzzle fruit’). Buah akan pecah pada saat kering. Ukuran buah diameter 10-20 cm.
Ø Penyebaran
Di Indonesia tumbuh di Jawa, Madura, Bali, Kepulauan Karimun Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Maluku dan Sumba, Irian Jaya.
14) Sonneratia caseolaris
Gambar : Sonneratia caseolaris
Ø Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Lythraceae
Genus : Sonneratia
Spesies : Sonneratia caseolaris (L.) Engl.
Ø Deskripsi
Sonneratia caseolaris, pohon tumbuh dengan banyak cabang menyebar, ketinggian mencapai 15 m, jarang mencapai 20 m. Memiliki akar nafas vertikal seperti kerucut (tinggi hingga 1 m) yang banyak dan sangat kuat. Ujung cabang/ranting terkulai, dan berbentuk segi empat pada saat muda.
Ø Daun
Gagang/tangkai daun kemerahan, lebar dan sangat pendek. Letaknya sederhana dan berlawanan. Bentuknya bulat memanjang dengan ujung membundar. Ukuran bervariasi, 5-13 x 2-5 cm.
Ø Bunga
Pucuk bunga bulat telur. Ketika mekar penuh, tabung kelopak bunga berbentuk mangkok, biasanya tanpa urat. Letak: di ujung. Formasi: soliter-kelompok (1-3 bunga per kelompok). Daun mahkota: merah, ukuran 17-35 x 1,5-3,5 mm, mudah rontok. Kelopak bunga berjumlah 6-8; berkulit, bagian luar hijau, di dalam putih kekuningan hingga kehijauan. Benang sari banyak, ujungnya putih dan pangkalnya merah, mudah rontok.
Ø Buah
Seperti bola, ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga. Ukuran lebih besar dari S.alba, bijinya lebih banyak (800-1200). Ukuran buah diameternya 6-8 cm.
Ø Penyebaran
Dari Sri Lanka, seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina, hingga Australia tropis, dan Kepulauan Solomon.
15) Rhizophora mucronata
Gambar : Rhizophora mucronata
Ø Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Rhizophora
Spesies : Rhizophora mucronata Lamk.
Ø Deskripsi
Rhizophora mucronata, pohon tumbuh tegak lurus dengan ketinggian mencapai 27 m, jarang melebihi 30 m. Batang memiliki diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga hitam dan terdapat celah horizontal. Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari percabangan bagian bawah.
Ø Daun
Daun berkulit. Gagang daun berwarna hijau, panjang 2,5-5,5 cm. Pinak daun terletak pada pangkal gagang daun berukuran 5,5-8,5 cm. letak daun sederhana dan berlawanan. Bentuknya elips melebar hingga bulat memanjang. Ujungnya meruncing. Ukurannya 11-23 x 5-13 cm.
Ø Bunga
Gagang kepala bunga seperti cagak, bersifat biseksual, masing-masing menempel pada gagang individu yang panjangnya 2,5-5 cm. Letak: di ketiak daun. Karangan bunga berKelompok (4-8 bunga per kelompok). Daun mahkota berjumlah 4; putih, ada rambut. 9 mm. Kelopak bunga berjumlah 4; kuning pucat, panjangnya 13-19 mm. Benang sari berjumlah 8 dan tak bertangkai.
Ø Buah
Buah lonjong/panjang hingga berbentuk telur berukuran 5-7 cm, berwarna hijaukecoklatan, seringkali kasar di bagian pangkal, berbiji tunggal. Hipokotil silindris, kasar dan berbintil. Leher kotiledon kuning ketika matang. Panjang hipokotil 36-70 cm dan diameter 2-3 cm.
Ø Penyebaran
Afrika Timur, Madagaskar, Mauritania, Asia tenggara, seluruh Malaysia dan Indonesia, Melanesia dan Mikronesia. Dibawa dan ditanam di Hawaii.
4.2.2 Jenis makhluk hidup yang terdapat di KKMB
4.2.2.1 Jenis-jenis makhluk hidup Terestrial
Jenis fauna yang terdapat di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) di Kota Tarakan bagian terrestrial (darat):
Gambar : Bekantan
Ø Klasifikasi
Kerajaan : Animalia;
Filum : Chordata;
Kelas : Mammalia;
Ordo : Primata;
Famili : Cercopithecidae;
Upafamili : Colobinae;
Genus : Nasalis
Spesies : Nasalis larvatus
Ø Deskripsi
Bekantan atau biasa disebut Monyet Belanda merupakan satwa endemik Pulau Kalimantan (Indonesia, Brunei, dan Malaysia). Bekantan merupakan sejenis kera yang mempunyai ciri khas hidung yang panjang dan besar dengan rambut berwarna coklat kemerahan. Dalam bahasa ilmiah, Bekantan disebut Nasalis larvatus.
Bekantan dalam bahasa latin (ilmiah) disebut Nasalis larvatus, sedang dalam bahasa inggris disebut Long-Nosed Monkey atau Proboscis Monkey. Di negara-negara lain disebut dengan beberapa nama seperti Kera Bekantan (Malaysia), Bangkatan (Brunei), Neusaap (Belanda). Masyarakat Kalimantan sendiri memberikan beberapa nama pada spesies kera berhidung panjang ini seperti Kera Belanda, Pika, Bahara Bentangan, Raseng dan Kahau.
Bekantan yang merupakan satu dari dua spesies anggota Genus Nasalis ini sebenarnya terdiri atas dua subspesies yaitu Nasalis larvatus larvatus dan Nasalis larvatus orientalis. Nasalis larvatus larvatus terdapat dihampir seluruh bagian pulau Kalimantan sedangkan Nasalis larvatus orientalis terdapat di bagian timur laut dari Pu lau Kalimantan.
Binatang yang oleh IUCN Redlist dikategorikan dalam status konservasi “Terancam” (Endangered) merupakan satwa endemik pulau Kalimantan. Satwa ini dijadikan maskot (fauna identitas) provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan SK Gubernur Kalsel No. 29 Tahun 1990 tanggal 16 Januari 1990. Selain itu, satwa ini juga menjadi maskot Dunia Fantasi Ancol.
Ø Ciri-ciri dan Habitat Bekantan
Hidung panjang dan besar pada Bekantan (Nasalis larvatus) hanya dimiliki oleh spesies jantan. Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Kera betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai Monyet Belanda.
Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75 cm dengan berat mencapai 24 kg. Kera Bekantan betina berukuran sekitar 60 cm dengan berat 12 kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar (buncit). Perut buncit ini sebagai akibat dari kebiasaan mengkonsumsi makanannya yang selain mengonsumsi buah-buahan dan biji-bijian mereka juga memakan dedaunan yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna. Bekantan (Nasalis larvatus) hidup secara berkelompok. Masing-masing kelompok dipimpin oleh seekor Bekantan jantan yang besar dan kuat. Biasanya dalam satu kelompok berjumlah sekitar 10 sampai 30 ekor.
2) Biawak (Varanus salvator )
Gambar : Biawak (Varanus salvator )
Ø Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Varanidae
Genus : Varanus
Spesies : Varanus salvator
Ø Deskripsi
Varanus salvator atau yang lebih kita kenal dengan biawak air adalah hewan sejenis reptile yang hidup di kawasan tropis habitat biawak antara lain ialah hutan, sungai, rawa , muara, dan pantai (biawak air asin). Panjang dari kepala sampai ke ekor bisa mencapai 60cm+ dan berat bisa mencapai 70 kg.
Cara berburu biawak ialah mengintai mangsa nya ,dan menggigit langsung jika buruannya kecil, namun jika besar dia akan menggit dengan satu kali gigitan dan melepaskannya . hewan yang terkena gigitannya biasanya mengalami inveksi hal itu di karenakan gigi biawak seperti gergaji yang condong kebelakang. Hal itu membuat setiap kali biawak memakan buruannya daging buruan nya akan menyangkut atau tersisa dalam gigi biawak dan membusuk dan menjadikan bakteri berbahaya hidup subur di dalam mulutnya. hal itu lah yang membuat gigitan dan air liurnya sangat berbahaya.
Cara makan biawak ialah menelan langsung, biawak akan memakan langsung buruannya jika kecil seperti tikus,ikan, kadal dan hewan kecil lainnya. Namun jika makanannya besar yaitu seperti kambing, sapi , kucing dsbg. Biawak akan menggigit dan mengoyak daging ke kanan dan kiri sampai mendapatkan daging yang bisa di telan langsung. Pada umumnya biawak akan memakan buruannya beramai ramai.
Pertahanan biawak ada 2 yaitu dengan mengandalkan bakteri dalam mulut nya yang digigitkan ke musuh, dan mengibaskan ekor nya, ekornya adalah salah satu cara mempertahankan dirinya. Bahaya dari ekor nya ialah karena pada ekor biawak terdapat tulang-tulanag kecil yang menonjol dan apabila kibasan ekor nya terkena pada tubuh maka akan terasa sangat perih kekuatan kibasan ekor biwak usia dewasa sama seperti 3 kali lipat cambuka pria dewasa.
3) Burung Kuntul
Gambar : Burung Kuntul
Ø Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Ciconiiformes
Familia : Ardeidae
Ø Deskripsi
Kuntul Kecil atau dalam nama ilmiahnya Egretta garzetta berukuran lebih besar daripada Kuntul Kerbau yaitu 55-65 cm dan memiliki panjang bentangan sayap 88-106 cm. Pada musim kawin, burung ini mempunyai dua bulu hias putih yang tipis memanjang pada tengkuknya dan lebih banyak bulu pada punggungnya yang meluas melebihi ekor. Kuntul adalah sebutan untuk burung dari keluarga Ardeidae. Burung ini berkaki panjang, berleher panjang, dan tersebar di seluruh dunia.
Burung kuntul sewaktu terbang lehernya membentuk seperti huruf "s" dan tidak diluruskan, berbeda dengan burung dari keluarga Bangau (Ciconiidae) dan Ibis (Threskiornithidae) yang meluruskan leher dan merentangkan kaki-kakinya sewaktu terbang.
Dalam bahasa Melayu, burung dari keluarga Ardeidae dan Ciconiidae disebut Bangau, sedangkan di Indonesia istilah Bangau digunakan untuk burung dari keluarga Ciconiidae.
Habitat burung Kuntul di lahan basah, di pantai atau terumbu karang. Makanan berupa ikan, Katak, dan hewan invertebrata. Spesies seperti Kuntul kerbau (Bubulcus ibis ) memakan serangga yang berukuran lebih besar dan tidak terlalu tergantung pada tanah yang berair.
Pada tahun 2005, ilmuwan Kanada yang bernama Dr Louis Lefebvre mengumumkan metode pengukuran IQ yang berkaitan dengan kebiasaan makan. Berdasarkan metode ini, burung Kuntul merupakan salah satu burung yang paling pintar.
Klasifikasi burung Kuntul mengalami kesulitan karena ada perbedaan pendapat dalam pengelompokan spesies ke dalam dua genus besar: Ardea dan Egretta.
4) Semut
Gambar : Semut
Ø Klasifikasi
Kerajaan : animalia
Filum : artropoda
Kelas : insekta
Ordo : hymenoptera
Upaordo : apokrita
Superfaili : vespoidea
Famili : formicidae
Ø Deskripsi
Semut merupakan jenis serangga dengan jumlah spesies dan individu yang sangat besar. Jumlah semut di permukaan bumi terdiri lebih dari 12.000 spesies, akan tetapi baru sekitar 7600 spesies dari 250 genus yang telah diberi nama dan dideskripsikan. Keanekaragaman semut yang terbesar berada di daerah tropis. Semut tersebar luas di seluruh tempat kecuali di lautan, mulai dari daerah Arctic di utara sampai daerah kutub di selatan (Daly et al., 1978).
Semut memegang banyak peranan di alam, baik yang bermanfaat maupun yang merugikan, tergantung pada kondisi lingkungan tempat hidupnya. Menurut Anonim (1998), semut sangat bermanfaat dalam kehidupan, antara lain:
1. Sarang semut di tanah membuat udara dapat masuk ke dalam tanah
2. Beberapa jenis semut memakan serangga pengganggu (hama)
3. Semut pemakan tanaman membantu lingkungan dengan memakan tanaman yang mengganggu
4. Semut menyuburkan tanah ketika memproses makanannya
5. Semut dapat berperan sebagai dekomposer
6. Semut membantu menyebarkan biji-bijian
Gambar : Tikus
Ø Klasifikasi
Kingdom/Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata (mempunyai penyokong tubuh dalam)
Subfilum : Vertebrata (hewan bertulang balakang)
Kelas : Mammalia (mempunyai kelenjar susu)
Ordo : Rodentia (hewan pengerat)
Famili : Muridae (keluarga tikus dunia lama)
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
Ø Deskripsi
Tikus termasuk dalam binatang pengerat (Ordo Rodentia, rodere : mengerat). Subordo Myomorpha (tikus) merupakan kelompok terbesar dalam ordo Rodentia. Para ahli hewan sepakat menggolongkan tikus ke dalam kingdom Animalia, filum Chordata, subfilum Vertebrata, kelas Mammalia, ordo Rodentia, subordo Myomorpha, famili Muridae, subfamili Murinae, genus Bandicota, Rattus dan Mus.
Ciri paling utama semua Rodentia adalah kemampuannya mengerat benda-benda dengan sepasang gigi seri yang besar, tidak memiliki gigi taring (canina) dan gigi geraham depan (premolar), sehingga diantara gigi seri dan geraham belakang (molar) terdapat celah yang disebut diastema, Celah ini berfungsi untuk membuang kotoran yang ikut terbawa bersama dengan pakannya masuk kedalam mulut. Misalnya benda asing atau serpihan kayu yang terlapau besar yang mampu membuatnya tersedak akan keluar melalui rongga yang terdapat antara gigi seri dan gigi gerahamnya. Pada lapisan luar gigi seri terdapat email yang amat keras, sedangkan bagian dalamnya tanpa lapisan email sehingga mudah aus. Selisih kecepatan ausnya ini membuat gigi itu selalu tajam. Gigi seri tersebut tumbuh terus menerus dan untuk mengurangi pertumbuhan gigi seri yang dapat membahayakan dirinya sendiri, maka tikus selalu mengerat benda apapun yang ia jumpai. Kekhasan lain pada mulut Rodentia adalah cara penyaringan makanan yang tidak layak dimakan.
Gambar : Semut rangrang
Ø Klasifikasi
Ordo : Hymenoptera
Family : Formicidae
Subfamily : Formicinae
Genus : Oechophylla
Species : Oechophylla smaragdina
Ø Deskripsi
Semut Rangrang ini terkenal karena kemampuanya membuat sarang yang unik di pucuk pohon. Meskipun tidak memiliki sengat, semut rangrang juga terkenal gigitannya yang terasa pedas, karena racun yang dikeluarkanya mampu menyerang saraf. Ukuran tubuh besar memanjang, berwarna coklat kemerahan atau hijau. Semut ini merupakan serangga sosial, hidup dalam suatu masyarakat yang disebut koloni.Terdapat dua spesies semut rangrang yaitu Oecophylla Smaragdina yang tersebar di India, Asia Tenggara sampai Australia dan Oecophylla Longinoda yang tersebar di benua Afrika.
Semut Jantan
- Ukuran antara 8-10 mm
- Tubuh berwarna coklat tua
- Bersayap
Umur jantan dewasa siap kawin antara 64-71 hari, dan akan mati setelah melakukan perkawinan selama 1-7 hari, dengan menempatkan sel jantan (sperma) kedalam kantong-kantong penyimpanan pada tubuh ratu dan calon ratu dewasa.
Ratu
- Ukuran antara 15-16 mm
- Tubuh berwarna coklat tua
- Tidak bersayap
Ratu akan mulai bertelur dalam sarang dengan suhu 23-27 oC dan Intensitas cahaya sebesar 0,01-0,06 lm/m2 [2]. Tingkat keasaman sarang akan berpengaruh terhadap jenis telur yang akan ditetaskan.
Calon Ratu Dewasa
- Ukuran antara 15-16 mm
- Tubuh berwarna coklat
- Bersayap
Calon ratu dewasa yang siap/sudah dibuahi biasanya menempati sarang turunan dalam koloni sebelum akhirnya terbang keluar sarang, menetap di wilayah baru yang ditandai dengan terlepasnya sayap dan akan membentuk koloni baru.
Calon Ratu Muda
- Ukuran antara 15-16 mm
- Tubuh berwarna hijau kecoklatan
- Bersayap
Apabila dalam koloni terdapat beberapa sarang turunan, perpindahan sarang yang dilakukan oleh calon ratu muda biasanya tidak akan diterima oleh semut penghuni sarang tersebut, meskipun masih dalam satu koloni.
Gambar : belalang hijau
Ø Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
family : Acridididae
Genus : Oxya
Spesies : Oxya chinensis
Ø Deskripsi
Belalang adalah serangga herbivora dari sub ordo Caelifera dalam urutan Orthoptera. Untuk membedakan mereka dari jangkrik semak atau katydids, mereka kadang-kadang disebut belalang pendek bertanduk. Spesies yang berubah warna dan perilaku pada kepadatan penduduk yang tinggi disebut belalang.Sebuah belalang adalah serangga yang menakjubkan yang dapat melompat 20 kali panjang tubuhnya sendiri. Jika Anda atau saya bisa melakukan itu, kita akan mampu melompat hampir 40 meter!Sebuah belalang tidak benar-benar ‘melompat’. Apa yang mereka lakukan adalah menggunakan kaki mereka sebagai ketapel. Belalang bisa melompat dan terbang baik dan mereka dapat mencapai kecepatan 8 mil per jam ketika terbang. Ada sekitar 18.000 spesies yang berbeda dari belalang.
Belalang adalah media untuk serangga besar. Panjang dewasa adalah 1 sampai 7 cm, tergantung pada spesies. Seperti saudara-saudara mereka yang ‘katydids’ dan ‘jangkrik’, mereka telah mengunyah mulut, dua pasang sayap, satu sempit dan sulit, kaki belakang yang luas dan fleksibel, dan panjang lainnya untuk melompat. Mereka berbeda dari kelompok-kelompok ini dalam memiliki antena pendek yang tidak mencapai sangat jauh ke belakang pada tubuh mereka.
Gambar : Lalat
Ø Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
family : Tephiritidae
Genus : Bachtrocera
Spesies : Bachtrocera dorsalis complex
Ø Deskripsi
Lalat merupakan salah satu jenis serangga yang selalu lekat dengan kesan jorok atau kotor. Hal ini mungkin disebabkan lalat ini suka hinggap di kotoran dan mereka memperoleh makanan dengan cara memuntahkan air liurnya dan memakannya kembali. Lalat merupakan sub-ordo dari Diptera. Ia mungkin serupa dengan nyamuk, namun sebenarnya mereka berbeda. Sama seperti nyamuk, lalat juga merupakan medium penyebar penyakit yang cukup serius pada manusia. Sebab saat lalat menghinggapi makanan atau sebuah tempat, maka makanan dan tempat tersebut akan terkontaminasi dengan kuman sejumlah kurang lebih 125.000. Dalam ilmu biologi, para ilmuan biasanya mempelajari metamorfosis lalat sebab ia merupakan salah satu contoh metamorfosis yang sempurna.
Metamorfosis lalat dimulai dari telur hasil fertilisasi. Lalat memiliki tingkatan jumlah reproduksi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan serangga lainnya. Selain itu laju produksinya juga lebih dibandingkan jenis serangga lain. Hal ini disebabkan kemampuan mereka dalam hal kawin sangat efisien juga efektif terlebih pada musim kawin. Setelah proses fertilisasi, induk lalat akan bertelur. Biasanya ia melekatkan telurnya ke dalam sumber makanan misalnya buah yang hampir busuk. Kemudian perkembangan selanjutnya adalah perubahan telur menjadi larva.
Sebagai hewan dengan metamorfosis yang sempurna, lalat melalu jalur hidup: telur --> larva (larva instar I, larva instar II, dan larva instar III) --> pupa atau kepompong --> imago atau lalat sempurna. Para ilmuan banyak yang mempelajari metamorfosis lalat dan ia lazim dijadikan sampel atau contoh dalam sub teori "Metamorfosis". Adapun jenis lalat yang sering dijadikan objek pengamatan dalam studi biologi adalah lalat buah.
Gambar : Kumbang
Ø Klasifikasi
Kingdom Animalia Linnaeus, 1758
Phylum Arthropoda Latreille, 1829
Class Insecta Linnaeus, 1758
Order Coleoptera Linnaeus, 1758
Family Coccinellidae Latreille, 1807
Genus Coccinella Linnaeus, 1758
Species Coccinella transversalis Fabricius, 1781
Nama umum: Transverse Ladybird, Transverse Lady Beetle(Inggris)
Ø Deskripsi
Kumbang koksi adalah salah satu hewan kecil anggota ordo Coleoptera. Mereka mudah dikenali karena penampilannya yang bundar kecil dan punggungnya yang berwarna-warni serta pada beberapa jenis berbintik-bintik. Di negara-negara Barat, hewan ini dikenal dengan nama ladybird atauladybug. Awam menyebut kumbang koksi sebagai kepik, karena ukurannya dan perisainya yang juga keras, namun kumbang ini sama sekali bukan dari bangsa kepik (Hemiptera). Serangga ini dikenal sebagai sahabat petani karena beberapa anggotanya memangsa serangga-serangga hama sepertikutu daun. Walaupun demikian, ada beberapa spesies koksi yang juga memakan daun sehingga menjadi hama tanaman.
Kumbang ini ditemukan di seluruh dunia, terutama di wilayah-wilayah tempat hidup tanaman yang menyediakan makanannya. Di dunia ini kurang lebih ada sekitar 5.000 spesies dan yang terbesar panjang tubuhnya mencapai hampir 1 cm.
Gambar : Kupu – Kupu
Ø Klasifikasi
Kingdom: Animalia
Phylum: Arthropoda
Class: Insecta
Order: Lepidoptera
Superfamily: Papilionoidea
Family: Nymphalidae
Subfamily: Heliconiinae
Tribe: Acraeini
Genus: Cethosia
Species: Cethosia myrina C. & R. Felder, 1867
Ø Deskripsi
kupu-kupu adalah serangga terbang dari tatanan ‘Lepidoptera’ (urutan serangga dengan sayap yang luas yang memiliki skala tumpang tindih ). Dalam bahasa Yunani, ‘Lepidoptera’ berarti ‘sayap skala’. Pesanan ini milik super keluarga Hesperiidae ‘atau’ Skippers ‘seperti yang biasa disebut. ‘Skippers berbeda dari kupu-kupu dalam bahwa mereka memiliki tubuh lebih tebal, mata yang lebih baik, otot sayap kuat dan doyan kembali antena.
Kupu-kupu saja disebut ‘Papilionidae’. Kupu-kupu khas memiliki tubuh ramping, antena dengan bola kecil di ujung, enam kaki dan empat luas, sayap biasanya berwarna-warni. Kupu-kupu didistribusikan di seluruh dunia kecuali dalam sangat dingin dan kering (kering) daerah. Ada sekitar 17.500 spesies kupu-kupu (Papilionidae) dari sekitar 180.000 spesies Lepidoptera.
Gambar : Raja Udang
Ø Klasifikasi
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Coraciiformes
Famili: Alcedinidae
Genus: Alcedo
Spesies: Alcedo euryzona
Ø Deskripsi
Burung Raja-udang kalung-biru merupakan pemalu yang mendiami daerah di sekitar sungai berbatu pada hutan hujan tropis hingga hutan mangrove pada ketinggian hingga 1250 meter dpl. Burung pemakan ikan, namun juga mengkonsumsi aneka serangga, reptil kecil dan udang-udangan di sekitar sungai. Sedangkan suara burung ini hampir mirip saudara dekatnya, Raja-udang Erasia.
Daerah sebaran burung ini terbatas di pulau Jawa untuk subspesies Alcedo euryzona euryzona. Sedangkan untuk subspesies Alcedo euryzona peninsulae bisa dijumpai di Sumatera dan Kalimantan (Indonesia) serta di Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, dan Myanmar.
Gambar : Nyamuk
Ø Klasifikasi
Kingdom : Animal
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diphtera
Family : Culicidae
Sub Family : Anophelini
Genus : Anopheles
Spesies : Anopheles sp
Ø Deskripsi
Nyamuk adalah serangga tergolong dalam order Diptera; genera termasuk Anopheles, Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta, dan Haemagoggus untuk jumlah keseluruhan sekitar 35 genera yang merangkum 2700 spesies. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan enam kaki panjang; antarspesies berbeda-beda tetapi jarang sekali melebihi 15 mm.
Kebiasaan nyamuk makan cukup unik karena hanya nyamuk betina dewasa yang menusuk manusia dan hewan lainnya. Sedangkan Nyamuk jantan hanya makan nektar tanaman..Beberapa nyamuk betina memilih untuk makan hanya satu jenis binatang.Nyamuk betina mengigit manusia, hewan peliharaan, seperti sapi, kuda, kambing, dan sebagainya; semua jenis burung termasuk ayam; semua jenis binatang liar, termasuk rusa, kelinci, dan mereka juga mengigit darah ular, kadal, katak, dll. Kebanyakan nyamuk betina harus mendapatkan darah yang cukup untuk makan sebelum ia dapat mengembangkan telur. Jika mereka tidak mendapatkan makanan darah ini, maka mereka akan mati tanpa meletakkan telur.
Gambar : Kadal
Ø Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum :Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Lacertilia
Famili : Scincidae
Genus : Mabouya
Spesies : Mabouya multifasciata
Ø Deskripsi
Kadal merupakan organisme reptil yang berjalan dengan melata, memiliki dua pasang kaki dan biasanya dapat kita temui di persawahan ataupun di area perkebunan. Tubuh kadal tertutupi oleh kulit yang kering dengan sisik-sisik zat tanduk dipermukaannya tanpa danya kelenjar-kelenjar lendir. Warna pada kadal dapat berbeda-beda berdasarkan lingkungan atau umur kadal itu sendiri.
Kadal (Mabouya multifasciata) hidup di daerah tanah basah atau lembab. Tubuh kadal terbagi menjadi tiga bagian yaitu kepala (caput) yang terdiri dari mata, lubang hidung dan telingga. Badan (truncus) yang terdiri dari telingga hingga kloaka dan yang terakhir yaitu bagian ekor (cauda) yang memiliki bentuk bulat meruncing ke ujung. Kadal mempunyai sepasang anggota depan (extrimitas anterior) dan sepasang anggota belakang (extrimitas posterior). Masing-masing terdiri atas lima jari dan kuku-kuku yang cocok untuk berlari, mencengkeram, dan naik ke pohon.
Gambar : Jangkrik
Ø Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Sub kingdom : Invertebrata
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Familia : Gryllidae
Genus : Gryllus
Spesies : Gryllus bimaculatus
Gambar : Capung
Ø Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Sub kingdom : Invertebrata
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Neuroptera
Familia : Aeschnidae
Genus : Anax
Spesies : Anax imperator
Ø Deskripsi
Capung merupakan serangga yang menarik, memiliki 4 sayap yang berselaput dan banyak sekali urat sayapnya. Bentuk kepala besar dengan mata yang besar pula. Antena berukuran pendek dan ramping. Capung ini memiliki toraks yang kuat dan kaki yang sempurna. Abdomen panjang dan ramping, tidak mempunyai ekor, tetapi memiliki berbagai bentuk umbai ekor yang telah berkembang dengan baik.
Mata capung sangat besar dan disebut mata majemuk, terdiri dari banyak mata kecil yang disebut ommatidium. Dengan mata ini capung mampu melihat ke segala arah dan dengan mudah dapat mencari mangsa atau meloloskan diri dari musuhnya, bahkan dapat mendeteksi gerakan yang jauhnya lebih dari 10 m dari tempatnya berada. Tubuh capung tidak berbulu dan biasanya berwarna-warni. Beberapa jenis capung ada yang mempunyai warna tubuh mengkilap(metalik).
Kedua pasang sayap capung berurat-urat. Para ahli capung dapat mengidentifikasi dan membedakan kelompok capung dengan melihat susunan urat-urat pada sayap. Masing-masing susunan urat memiliki nama tersendiri.
Kaki capung tidak terlalu kuat, oleh karena itu capung menggunakan kakiknya bukan untuk berjalan, melainkan untuk berdiri (hinggap) dan menangkap mangsanya. Kaki-kaki capung yang ramping itu juga dapat membentuk kurungan untuk membawa mangsanya. Capung biasa dapat menangkap mangsa dan memakannya sambil terbang, sedangkan capung jarum makan sewaktu hinggap.
4.2.2.2 Jenis-jenis makhluk hidup Akuatik
Jenis fauna yang terdapat di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) di Kota Tarakan bagian akuatik (air):
Gambar : Keong
Ø Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Ampullariidae
Genus : Pomacea
Spesies : Pomacea canaliculata
Ø Deskripsi
Keong memiliki Cangkang berbentuk bulat mengerut, berwarna kuning keemasan, berdiameter 1,2-1,9 cm, tinggi 2,2-3,6 cm, dan berat 4,2-15,8 g. keong mas berkembang biak secara ovipar dan menghasilkan telur. Seekor keong betina mampu bertelur 500 butir dalam seminggu dengan masa perkembang biakkan selama 3-4 tahun. Keong betelur pada pagi dan sore hari, telur akan menetas dalam waktu 7-14 hari dan hari ke-60 keong telah menjadi dewasa dan dapat berkembang biak (Ruslan dan Harianto 2009).
2. Kepiting warna
Ø Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Pilum : arthropoda
Ordo : decapoda
Family : portunidae
Genus : Scylla
Spesies : Scylla sp.
Ø Deskripsi
Kepiting Warna warni atau uca sp memiliki perilaku lucu yaitu makan, bertengkar dan kawin semua dilakukan pada waktu yang Sama. Kepiting ini termasuk kepiting yang berukuran kecil (yang teresar sekitar 2-3 cm) seperti semua epiting uca juga mengalami moulting / berganti cangkang saat mereka tumbuh.
Gambar Kepiting Bakau
Ø Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Pilum : arthropoda
Ordo : decapoda
Family : portunidae
Genus : Scylla
Spesies : Scylla sp.
Ø Deskripsi
Kepiting, selain untuk menjadi bahan makanan secara ekologis kepiting juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan memainkan peranan penting di daerah mangrove. Daun yang dimangsa kepiting dan dikeluarkan dalam bentuk faeces terbukti lebih cepat terurai dibandingkan dengan daun yang tidak dimangsa. Hal ini menyebabkan proses perputaran energi berjalan cepat di mangrove. Selain itu, keberadaan lubang-lubang kepiting, secara tidak langsung mampu mengurangi kadar racun tanah mangrove yang terkenal anoksik. Lubang-lubang ini membantu terjadinya proses pertukaran udara di tanah mangrove. Kepiting bakau (Scylla sp) merupakan-satu-satunya spesies dari famili Portunidea yang memiliki assosiasi yang dekat dengan lingkungan mangrove/hutan bakau, sehingga dikenal dengan nama kepiting bakau atau mud crab.
4. Kelomang
Gambar : Kelomang
Ø Klasifikasi
Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Sub-class : Malacostraca
Order : Decapoda
Infraorder : Anomura
Family : Coenobitidae
Genus : Birgus ; Coenobita
Species : Birgus latro ; Coenobita brevimanus ; C.clypeatus ; C.cavipes ; C.compressus ; C.perlatus ; C.purpureus ; C.rubescens ; C.rugosus ; C.scaevola ; C.spinosus ; C.violascens.
Ø Deskripsi
Pada prinsipnya kelomang terbagi menjadi dua golongan besar, yaitu kelomang darat atau land hermit crab ( dari Familia Coenobitidae ) dan kelomang air atau aquatic hermit crab ( dari Familia Diogenidae & Paguridae ). Banyak orang salah kaprah; hewan laut yang kerap dijual sebagai “mainan” anak-anak di depan Sekolah Dasar, Taman Kanak-kanak, pasar tradisional, atau di lokasi wisata pantai ini kerap kali dijuluki “keong”. Padahal tidaklah demikian halnya. Menurut kamus bahasa Indonesia, “keong” adalah jenis hewan lunak berkaki perut dan bercangkang tunggal – atau gastropoda, demikian dalam bahasa Biologinya. Dalam bahasa Inggris, kelomang dikenal dengan istilah hermit crab. Latar belakang julukan ini adalah keberadaan kelomang dalam cangkangnya yang mirip seorang pertapa yang sedang menyendiri dalam sebuah gua. Salah kaprah yang kedua adalah: banyak orang yang menyangka bahwa cangkang kelomang senantiasa ikut bertumbuh seiring dengan bertambah besarnya tubuh sang Pemakai ( seperti pada kura-kura atau siput ). Padahal kenyataannya, cangkang tersebut hanyalah “busana” bagi si Kelomang. Mengapa mereka harus senantiasa berpakaian ? Tak lain karena bagian belakang tubuh kelomang darat (abdomen alias perut yang lunak) sangat mudah terluka. Abdomen tersebut bergelung sesuai perputaran rongga cangkang siput. dan mempunyai fleksibilitas seperti pegas, sehingga dapat berkontraksi atau memanjang dan mengerut sesuai keperluan. Bagian bawah perut kelomang juga berfungsi mirip insang, yaitu untuk menyerap zat asam yang berasal dari cadangan air dalam cangkang. Saat ini tercatat ada sekitar 13 species kelomang darat. Delapan di antaranya terdapat dalam wilayah Kepulauan Nusantara.
Ø Deskripsi
Pada prinsipnya kelomang terbagi menjadi dua golongan besar, yaitu kelomang darat atau land hermit crab ( dari Familia Coenobitidae ) dan kelomang air atau aquatic hermit crab ( dari Familia Diogenidae & Paguridae ). Banyak orang salah kaprah; hewan laut yang kerap dijual sebagai “mainan” anak-anak di depan Sekolah Dasar, Taman Kanak-kanak, pasar tradisional, atau di lokasi wisata pantai ini kerap kali dijuluki “keong”. Padahal tidaklah demikian halnya. Menurut kamus bahasa Indonesia, “keong” adalah jenis hewan lunak berkaki perut dan bercangkang tunggal – atau gastropoda, demikian dalam bahasa Biologinya. Dalam bahasa Inggris, kelomang dikenal dengan istilah hermit crab. Latar belakang julukan ini adalah keberadaan kelomang dalam cangkangnya yang mirip seorang pertapa yang sedang menyendiri dalam sebuah gua. Salah kaprah yang kedua adalah: banyak orang yang menyangka bahwa cangkang kelomang senantiasa ikut bertumbuh seiring dengan bertambah besarnya tubuh sang Pemakai ( seperti pada kura-kura atau siput ). Padahal kenyataannya, cangkang tersebut hanyalah “busana” bagi si Kelomang. Mengapa mereka harus senantiasa berpakaian ? Tak lain karena bagian belakang tubuh kelomang darat (abdomen alias perut yang lunak) sangat mudah terluka. Abdomen tersebut bergelung sesuai perputaran rongga cangkang siput. dan mempunyai fleksibilitas seperti pegas, sehingga dapat berkontraksi atau memanjang dan mengerut sesuai keperluan. Bagian bawah perut kelomang juga berfungsi mirip insang, yaitu untuk menyerap zat asam yang berasal dari cadangan air dalam cangkang. Saat ini tercatat ada sekitar 13 species kelomang darat. Delapan di antaranya terdapat dalam wilayah Kepulauan Nusantara.
Gambar : Ular laut
Ø Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Upafilum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Upaordo : Serpentes
Famili : Elapidae
Ø Deskripsi
Ular laut terdiri dari banyak jenis (salah satu di antaranya Erabu) dan kesemuanya merupakan ular yang memiliki racun yang sangat kuat.Ada sebuah teori yang menyatakan bahwa asal mula ular laut di dunia berasal dari pulau Borneo (Kalimantan) Indonesia. Ular laut tersebut pada mulanya adalah ular Welang biasa yang hidup di pantai Pulau Borneo dan kemudian mulai masuk ke laut lepas untuk mencari ikan dan berevolusi dengan lingkungannya hingga menjadi ular laut yang kita kenal sekarang ini.
Ular laut umumnya hidup terbatas di laut-laut tropis, utamanya di Samudra India dan sebelah barat Samudra Pasifik. Salah satu jenis ular laut, yaitu ular perut kuning (Pelamis platurus) ruang hidupnya bahkan mencapai bagian timur Samudra Pasifik. Sedangkan ular zaitun (Aipysurus laevis) lebih banyak hidup di karang-karang.
Bisa ular laut sangat kuat karena memiliki kekuatan 30 kali bisa ular Cobra da mengandung bisa yang lengkap seperti layaknya jenis-jenis ular elapidae. Meskipun memiliki racun sangat sangat kuat, ular laut jarang menggigit manusia dikarenakan mulutnya yang sangat kecil dibandingkan dengan jenis ular lainnya. Biasanya manusia akan tergigit ular laut di daerah ujung jari. Ular ini tidak dapat menggigit manusia di lengan, kaki, atau bagian tubuh lainnya karena mulutnya yang kecil tersebut. Meskipun demikian, ular laut tetap merupakan ancaman bagi para nelayan dan penyelam karena racunnya yang sangat kuat. Pada beberapa kasus gigitan ular laut pada seorang penyelam, penyelam yang berusaha memegang dan tergigit oleh ular laut dapat mengalami kegagalan fungsi jantung dan meninggal sebelum sempat mencapai permukaan air.Oleh karena itu, kita tidak perlu takut berlebihan terhadap ular laut, akan tetapi kita perlu tetap waspada pada saat memancing, menyelam, atau berada di pantai.
Gambar : Tempakul (Periothalamus sp)
Ø Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Gobiidae
Subfamili : Oxudercinae
Genus : Periothalamus
Spesies : Periothalamus sp.
Ø Deskripsi
Periothalamus sp. atau yang biasa disebut ikan Tempakul adalah jenis ikan yang bisa merangkak naik ke darat atau bertengger pada akar-akar pohon bakau. Karena kemampuan inilah ikan tempakul disebut juga ikan glodok. Ikan ini hidup di zona pasang surut di lumpur pantai yang ada pohon-pohon bakaunya.
7. Temberungun
Gambar : Temberungun
Ø Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Molluska
Kelas : Gastropoda
Order : Pulmonata
Famili : Achanidae
Genus : Achatina
Species : Achatina sp.
Ø Deskripsi
Nama Gastropoda berasal dari bahasa Latin gaster yang berarti perut dan podos yang berarti kaki, jadi, gastropoda berarti kelompok hewan invertebra, bertubuh lunak, yang berjalan dengan perut sebagai alat gerak atau kakinya. Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagian ventral tubuhnya.Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya.
Hewan ini ada yang hidup di darat, air tawar, maupun air laut. Anggota kelas ini adalah yang terbesar dari fillum Mollusca, yaitu sekitar 35.000 – 50.000 spesies, yang masih hidup dan sekitar 15.000 jenis yang telah menjadi fosil. Karena jenis Gastropoda ini sangat banyak, maka hewan ini mudah ditemukan.
Bentuk cangkangnya bermacam-macam seperti tanduk, berduri, atau menjari. Namun ada pula Mollusca yang tidak mempunyai cangkang, misalnya siput telanjang (Vaginula), jenis ini ada yang hidup di laut dan ada pula yang hidup di darat.
Gerakan Gastropoda disebabkan oleh kontraksi-kontraksi otot seperti gelombang, dimulai dari belakang menjalar ke depan. Kaki bagian depan memiliki kelenjar untuk menghasilkan lendir yang berfungsi untuk mempermudah berjalan, sehingga jalannya meninggalkan bekas. Hewan ini dapat bergerak secara mengagumkan, yaitu memanjat ke pohon tinggi atau memanjat ke bagian pisau cukur tanpa teriris.
Pada bagian kepala siput terdapat sepasang tentakel (sungut) panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada tentakel panjang, terdapat bintik mata. Mata ini hanya berfungsi untuk membedakan gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai indera peraba dan pembau.
Pernafasan bagi Gastropoda yang hidup di darat menggunakan paru-paru, sedangkan Gastropoda yang hidup di air, bernafas dengan insang.
Gastropoda umumnya pemakan tumbuh-tumbuhan atau disebut hewan herbivora. Meskipun ada juga yang hidup sebagai omnivora dan karnivora predator contohnya siput yang ada di laut (Conesnail). Beberapa contoh siput darat adalah bekicot (Achatina fulica) dan Helix pomatia (siput kebun).
Sistem pencernaan dimulai dari mulut yang dilengkapi dengan rahang dari zat tanduk. Di dalam mulut terdapat lidah parut atau radula dengan gigi-gigi kecil dari kitin, yang berfungsi untuk memakan daun. Lidahnya relatif panjang dan sempit. Hewan ini memiliki kelenjar ludah di kiri kanan tembolok dan sebuah hati yang terhubung dengan lambung yang terletak di bagian atas rumahnya Selanjutnya terdapat faring yang berotot, esofagus, tembolok tipis, lambung yang bulat, usus halus yang berkelok-kelok, dan berakhir di anus.
Alat ekskresi berupa sebuah ginjal yang terletak dekat jantung. Hasil ekskresi dikeluarkan ke dalam rongga mantel.
Sistem respirasi dan sirkulasi menggunakan paru-paru yang disebut pulmonata, yaitu jaringan di luar dinding luar mantel tempat udara keluar dan masuk. Sistem peredaran darah adalah sistem peredaran darah terbuka. Jantung terdiri dari serambi dan bilik (ventrikel) yang terletak dalam rongga tubuh. Darah yang mengumpul dalam tubuh dan udara dari paru paru dipompa oleh jantung lewat arteri dalam kepala, kaki, dan organ dalam tubuh.
Sistem saraf terdiri atas tiga buah ganglion utama yakni ganglion otak (ganglion cerebral), ganglion visceral atau ganglion organ-organ dalam dan ganglion kaki ( pedal). Ketiga ganglion utama ini dihubungkan oleh serat saraf longitudinal, sedangkan serat saraf longitudinal ini dihubungkan oleh saraf transversal ke seluruh bagian tubuh. Di dalam ganglion pedal yang berada di bawah kaki, terdapat statokis ( statocyst) yang berfungsi sebagai alat keseimbangan. Sedangkan struktur peraba terdapat dalam lapisan epidermis kepala dan kaki.
Gastropoda mempunyai alat reproduksi jantan dan betina yang bergabung atau disebut juga ovotestes. Di ovotestes inilah dihasilkan sprema dan ovum. Gastropoda adalah hewan hemafrodit, tetapi tidak mampu melakukan autofertilisasi, karena masaknya sperma dan ovum tidak bersamaan. Setelah fertilisasi yang terjadi di hewan betina, maka selanjutnya hewan betina akan mengeluarkan telur yang telah dibuahi dan biasanya diletakkan dalam lubang tanah sampai menetas dan akan berkembang menjadi dewasa.
Secara perlahan membentuk gerakan seperti riak dari kaki yang memanjang. Cangkang gastropoda terdiri dari tiga lapisan, yaitu periostrakum yang tipis, prismatik yang mengandung kalsium karbonat, dan nakreas yang mengkilat. Sebagian yang hidup di darat tidak memiliki insang khusus sehingga untuk bernapas menggunakan lapisan rongga mantel yang berfungsi sebagai paru-paru dan dapat mempertukarkan udara pernapasan dengan udara luar. Contoh gastropoda antara lain : bekicot (Achatina fulica) dan Nudibranchia (sea slug).
8. Kerang Kapah
Gambar : Kapah
Ø Klasifikasi
Filum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Sub Kelas : Heterodonta
Ordo : Veroida
Famili : Corbiludae
Genus : Polymesoda,
Spesies : Polymesoda erosa
Ø Deskripsi
Spesies ini banyak dijumpai didaerah Indo-Pasifik. Kerang kepah secara umum disebut Geloina erosa dan mempunyai nama taxon Polymesoda erosa. Secara morfologi kerang kepah mempunyai bentuk cangkang seperti piring atau cawan yang terdiri dari dua katub yang bilateral simetris, pipih pada bagian pinggirnya dan cembung pada bagian tengah cangkang, bentuk cangkang yang equivalve atau berbentuk segitiga yang membulat, tebal, flexure jelas mulai dari umbo sampai dengan tepi posterior. kedua katub dihubungkan oleh hinge ligamen dan dengan bantuan otot aduktor berfungsi untuk membuka atau menutup cangkang. Secara morfologis cangkang berfungsi untuk melindungi organ tubuh bagian dalam yang lunak dari serangan predator dan faktor lingkungan yang lain. Sedang fungsi lainnya adalah untuk mengatur aliran air secara tetap melalui insang untuk pertukaran udara dan pengumpulan makanan.
Kerang kepah termasuk salah satu jenis kerang yang hidup di dalam lumpur pada daerah estuaria, di hutan mangrove air payau dan di sungai-sungai besar. Umumnya kerang kepah hidup pada substrat yang berlumpur dan substratnya mengandung 80 – 90% pasir kasar berdiameter lebih dari 40 mikrometer. Substrat bersifat asam dengan pH antara 5,35 – 6,40 serta bergaram. Kerang kepah umumnya terdapat pada zona infralitoral dan sicalitoral pada daerah beriklim sedang dan daerah trofis.
9. Keong
Gambar : Keong
Ø Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Ampullariidaa
Genus : Pomacea
Spesies : Pomacea canaliculata
Ø Deskripsi
Gastropod kecil berukuran antara 2 - 5 mm dengan bagian luar cangkang berwarna merah cerah atau merah kecoklatan. Cukup sering ditemukan pada area mangrove dengan substrat lumpur atau lumpur-pasir.
10. Udang Putih/vannamei (litopenaeus vannamei)
Gambar : Udang Putih
Ø Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
Ø Deskripsi
Udang Vannamei, atau yang sering juga disebut udang putih oleh masyarakat umum, adalah jenis udang yang sedang semarak dibudidayakan oleh masyarakat hampir di seluruh Indonesia, ternyata adalah jenis udang yang berasal dari Pantai Pasifik Barat Amerika Latin, untuk pertama kalinya dikenalkan pada tahun 1970 di Tahiti. Lalu dibudidayakan secara intensif di Hawai (Utara Barat pantai Pasitik), South Carolina (pantai timur Atlantik), Texas (teluk Meksiko), Belize, Nikaragua, Kolombia, Venezuela, dan Brazil. Sebenarnya udang Vannamie telah diperkenalkan ke benua Asia pada tahun 1978-1979, tetapi baru diperkenalkan secara komersial di Indonesia pada tahun 2001. Dan berdasarkan data dari South East Asian Fisheries Development Centre (SEAFDEC) pada tahun 2005, menyebutkan bahwa Indonesia memiliki 419.282 Ha tambak air payau dan sekitar 913.000 Ha lahan yang berpotensi untuk tambak.
11. Kerang tudai/ Anomalocardia squamosa (Veneridae)
Gambar : Kerang Tudai
Ø Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phlyum : Mollusca
Class : Bivalvia
Order : Veneroida
Family : Veneridae
Genus : Anomalocardia
Species : A. squamosa
Generic Name : Bivalves
Ø Deskripsi
Termasuk jenis kerang kecil yang lebih umum ditemukan pada perairan depan mangrove yang bersubstrat pasir atau lumpur-pasir.
12. Ikan Julung-Julung
Gambar : ikan julung – julung
Ø Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Order : Beloniformes
Family : Hemiramphidae
Genus : Hemiramphus
Spesies : Hemiramphus far
Ø Deskripsi
Ikan julung-julung adalah salah satu ikan air laut. Panjang total maksimal 45.0 dan panjang total pada umumnya 30.0 cm. ikan ini berkembang biak di muara sungai. Makanan ikan ini berupa rumput laut, ganggang hijau dan diatom. Ikan ini banyak ditemukan di daerah pantai yang kaya akan vegetasi.
Ikan ini ditangkap dengan jaring deepnet dan dragnet. Spesies ikan ini dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi, dan kadang sebagai umpan menangkap ikan yang lebih besar. Ikan ini biasanya ditemukan pada perairan yang kaya akan rumput laut, ganggang hijau dan diatom.
Ø Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata (mempunyai penyokong tubuh dalam)
Subfilum : Verterbata (hewan bertulang balakang)
Kelas : Reptilia (hewan melata)
Ordo : Crocodilia (kadal besar : buaya, caiman dan gharial)
Famili : Crocodilidae (keluarga buaya)
Genus : Crocodilus
Spesies : Crocodilus porosus
Ø Deskripsi
Buaya muara berbeda dengan buaya lain yaitu sisik belakang kepalanya yang kecil atau tidak ada, sisik dorsalnya bertunas pendek berjumlah 16-17 baris dari depan dank e belakang biasanya 6-8 baris. Buaya muara memiliki ukuran yang lebih besar disbanding buaya air tawar yaitu pada rahangatas dan bawah serta ukuran gigi. Mereka memiliki warna yang bervariasi dari warna abu-abu hingga hijau tua terutama pada buaya dewasa, sedangkan buaya muda berwarna lebih kehijauan dengan bercak hitam dan belang pada ekornya. Pejantan dapat tumbuh hingga 7 meter (23 kaki), namun sebagian besar adalah krang dari 5 meter. Betina biasanya memiliki panjang kurang dari 4 meter dan dapat muai bertelur dan membuat sarang sekitar 12 tahun. Maksimum jangka hidup diperkirakan bahwa mereka dapat hidup setidaknya 70 sampai 100 tahun. Buaya jenis ini menempati habitat muara sungai, kadang dijumpai di laut lepas. Tubuh Crocodilia memiliki sisik tebal dari keratin dan diperkuat dengan lempengan tulang yang disebut skuta sebgai pelindung.Sisik rontok satu persatu tidak seperti ular.Buaya memiliki ekor tebal berotot. Kaki depannya berjari lima, sedangkan kaki belakang berjari emapat sebagian berselaput untuk berenang. Lubang hidung terletak di ujung moncongnya yang memungkinkan untuk bernapas saat di dalam air. Cor (jantung) buaya semua sekat sudah sempurna, jadi jantung terbagi menjadi empat ruang yang sempurna yaitu atrium dekster, atrium sinister, ventrikel dekster dan ventrikel sinister. Oleh karena sekat sudah sempurna dan vaskularisasi organ digesti dari cabang arkus aorta sinister berpangkal dari ventrikel dekster yang mengandung darah venosus, maka diperlukan lubang penghubung yang disebut foramen Panizzae, lubang tersebut memungkinkan darah arteriel yang berasal dari ventrikel sinister mengalir menuju organ digesti. Buaya merupakan hewan berdarah dingin yaitu suhu tubuhnya bergantung pada suhu lingkungan atau poikiloterm. Untuk mengatur suhu tubuhnya, reptil melakukan mekanisme basking yaitu berjemur di bawah sinar matahari.
14. Ikan belanak
Gambar : anak ikan belanak
Ø Klasifikasi
Ordo : Perciforines
Famili : Mugilidae
Genus : mugil
Spesies : Mugil belanak
Ø Deskripsi
Ikan belanak memiliki lima buah sirip, yaitu sirip punggung (pinnae dorsalis), sirip dada (pinnae pectoralis), sirip perut (pinnae ventralis), sirip dubur (pinnae analis) dan sirip ekor (pinnae caudalis). Sirip punggung pendek dan tegak dan sirip dubur pendek dan tegak. Sirip ekor mendatar dan berada di belakang.. Linea lateralisnya lurus. Habitat : air laut.
15. Teritip
Gambar : Teritip
Ø Klasifikasi
Class : Gastropoda
Sub Class : Orthogastropoda
Ordo : Vetigastropoda
Super Family : Pleurotomarioidea
Family : Haliotidae
Genus : Haliotis
Species : Haliotis asinine
Ø deskripsi
Teritip adalah hewan laut yang ketika dewasa menghabiskan seumur hidupnya di tempat yang sama. Teritip biasanya melekat pada udang, lobster, kepiting, paus, bahkan batu. Semua spesies teritip memiliki cangkang. Teritip cenderung lebih suka hidup di perairan dangkal dan pasang surut.
Teritip muda melayang dan berenang di dalam air. Ketika teritip mencapai tahap dewasa, hewan ini akan menempel pada benda padat dalam air. Teritip biasanya akan menempelkan dirinya ke batu atau bagian bawah kapal. Bahkan bisa saja ia menempelkan tubuhnya ke tubuh makhluk laut lain, seperti paus.
Ada sekitar 1.220 jenis teritip yang diketahui hingga kini. Beberapa di antaranya bisa tumbuh hingga sepanjang 75 cm. Teritip lainnya hanya berukuran kurang dari 2,5 cm. Teritip hidup di lautan di seluruh belahan dunia.
Seekor teritip memiliki antena tipis yang disebut cirri. Teritip akan memanjangkan cirri tersebut melalui lubang di cangkangnya. Ia menggunakan cirri untuk menangkap makanan. Makan teritip berupa plankton yang terdiri atas makhluk hidup kecil yang melayang-layang bersamaan dengan arus laut. Cirri itulah yang digunakan teritip untuk menjaring plankton masuk ke mulutnya.
BAB VI
Penutup
6.1 Kesimpulan
Hutan mangrove KKMB di Tarakan merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik dan khas, terdapat di daerah pasang surut di wilayah pesisir, pantai, dan merupakan potensi sumberdaya alam yang sangat potensial. Di mangrove terdapat berbagai jenis flora dan fauna diantaranya fauna seperti bekantan, owa-owa, siput hijau, ular, kepiting warna warni dll, selain fauna terdapat juga bermacam jenis flora diantarnya api api, bakau, bius, waru dll.
Di hutan mangrove juga terjadi simbiosis baik yang bersifat mutualisme, parasitisme serta komensalisme. Selain itu terdapat juga rantai makanan seperti yang telah dijelaskan diatas. Selain itu kita dapat membedakan hewan insitu dan eksitu yang terdapat di KKMB. Dan yang tak kalah penting yaitu upaya melestarikan mangrove dan makhluk hidup di dalamnya agar tidak terjadi kepunahan.
6.2 Saran-Saran
Kami menyandari bahwa pada laporan yang kami buat jauh dari kesempurnaan maka itu kritik dan saran yang membangun dibutuhkan untuk perbaikan pembuatan ataupun penyusunan laporan selanjutnya.
0 komentar:
Posting Komentar