LAPORAN EKOLOGI LAUT TROPIS
HASIL OBSERVASI KAWASAN KONSERVASI MANGROVE DAN BEKANTAN (KKMB) DI KOTA TARAKAN
Dosen Pengampuh : Gazali Salim, S.Kel., M.Si
Dosen Pengampuh : Gazali Salim, S.Kel., M.Si
Disusun oleh:
Ketua
Kelompok III :
Aidil Adliansyah 14.301010.021
Anggota:
Agung
Prayoga 14.301010.022
Muhammad
Al Qadri F 14.301010.023
Ardy
Fajar Saputro 14.301010.024
Muhammad Rusman 14.301010.026
Saiful Bahrin 14.301010.027
Kurniawan
Hasbudi 14.301010.028
Didi Kurnain 12.301010.054
Ismail 12.301010.059
Muhammad Yusuf 12.301010.063
Iswandi 12.301010.065
JURUSAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS
BORNEO TARAKAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
saya dapat menyelasaikan Laporan Observasi lingkungan pada Kawasan Konservasi Mangrove
dan Bekantan (KKMB) di Kota Tarakan, dengan lancar tanpa adanya hambatan yang
berat.
Tak
lupa ucapan terima kasih kepada Bapak Ibrahim atas bimbingannya dan selaku
Dosen pengajar Mata Kuliah Ekologi lau tropis,
dan saya ucapan terima kasih juga pada rekan – rekan semua atas segala
kritik dan saran yang di sampaikan dalam proses pembuatan laporan ini sampai
selesai.
Laporan
ini dibuat sebagai salah satu tugas yang wajib dipenuhi oleh Mahasiswa untuk
melengkapi tugas akhir semester tiga, dalam Mata Kuliah Ekologi Laut Tropis.
Saya
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan.
Oleh karena itu, saya mengharapkan masukan dan kritikan yang bersifat
membangun.
Akhir
kata saya mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini bermanfaat sebagai
pengetahuan umum bagi para pembaca.
Tarakan,
29 Desember 2015
Penyusun Kelompok III
DAFTAR
ISI
Kata
pengantar
Daftar
isi
BAB
I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Pendekatan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB
II: Tinjauan Teori
2.1 Mangrove
2.1.1
Konsep Hutan Mangrove
2.1.2
Zonasi Ekosistem Hutan Bakau
2.1.3
Fungsi dan Manfaat Utama Ekosistem Hutan Bakau
BAB
III: METODE
3.1 Waktu dan Lokasi
3.1.1 Waktu
3.1.2 Lokasi
3.2 Alat dan Bahan
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pengamatan
3.3.2 Pencatatan
3.3.3 Tanya Jawab
BAB IV: Hasil Laporan
4.1 Pengertian Hutan Mangrove
4.2 Mengidentifikasi
semua jenis makhluk hidup yang terdapat di KKMB
4.2.1 Jenis Flora yang
terdapat di KKMB Tarakan
4.2.2 Jenis makhluk hidup
yang terdapat di KKMB
4.2.2.1 Jenis-jenis
makhluk hidup Terestrial
4.2.2.2 Jenis-jenis
makhluk hidup Akuatik
BAB V: Penutup
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran-Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Hutan mangrove merupakan salah satu
bentuk ekosistem hutan yang unik dan khas, terdapat di daerah pasang surut di
wilayah pesisir, pantai, dan atau pulau-pulau kecil, dan merupakan potensi
sumberdaya alam yang sangat potensial.
Hutan mangrove memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi, tetapi
sangat rentan terhadap kerusakan apabila kurang bijaksana dalam mempertahankan,
melestarian dan pengelolaannya.
Hutan mangrove sangat menunjang
perekonomian masyarakat pantai, karena merupakan sumber mata pencaharian
masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Secara ekologis hutan mangrove di
samping sebagai habitat biota laut, juga merupakan tempat pemijahan bagi ikan
yang hidup di laut bebas.
Mangrove memiliki
beberapa manfaat seperti manfaat ekologi dan ekonomi. Manfaat ekologi mangrove diantaranya adalah
sebagai pelindung alami pantai dari abrasi, mempercepat sedimentasi,
mengendalikan intrusi air laut, dan melindungi daerah di belakang mangrove dari
gelombang tinggi dan angin kencang, tempat memijah, mencari makan, dan berlindung
bagi ikan, udang, kepiting dan biota laut lainnya.
Sedangkan manfaat ekonomi
mangrove yaitu sebagai bahan makanan, minuman, obat-obatan, pewarna alami, dan
sebagai obyek ekowisata.
1.2 Pendekatan
Masalah
1.
Apa
yang dimaksud hutan mangrove?
2.
Apa
peranan dan fungsi hutan mangrove di KKMB?
3.
Bagaimana
pengamatan mengenai habitat ekosistem mangrove di KKMB?
4.
Apa
saja Jenis-jenis spesies hewan laut baik di bagian terrestrial ataupun bagian
akuatik di KKMB?
5.
Apa
saja jenis-jenis pohon mangrove dan apa-apa saja yang mempengaruhinya yang
terdapat di KKMB?
1.3 Tujuan
1.
Agar
mahasiswa/i lebih mengenal dan mengetahui serta memahami tentang ekosistem
mangrove secara visualisasi dengan cara pengidentifikasian dan pencatatan.
2.
Agar
mahasiswa/i mengetahui dan memahami dan mengerti mengenai jenis-jenis biota /
spesies hewan laut baik di bagian terrestrial ataupun di bagian akuatik yang
berada di ekosistem mangrove di KKMB Kota Tarakan.
3.
Agara
mahasiswa/i berbagai macam cara dan pemahaman mengenai berbagai macam variable
yang mempengaruhi kelangsungan hidup dari mangrove dan biota lainnya secara
sosial. (predasi, simbiosis, kompetisi) dengan pengaplikasian pembelajaran
dengan system teoritis menjadi mahasiswa yang mampu menginterpretasikan secara
mandiri dan responsibility.
1.4 Manfaat
1.
Mengetahui
kajian secara komprehensif mengenai kondisi ekologi dari mangrove dan
habitatnya.
2.
Memahami
jenis-jenis pohon mangrove dan factor-faktor yang mempengaruhi kehidupan
mangrove di KKMB.
3.
Mengetahui
kegunaan dan fungsi keberadaan hutan mangrove di KKMB.
4.
Mengetahui
berbagai jenis biota yang ada di KKMB secara langsung yang ada di sekitar pohon
mangrove di KKMB.
5.
Memahami
biota baik di bagian terrestrial dan maupun di bagian akuatik di KKMB Kota
Tarakan. 1.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
2.1
Mangrove
2.1.1
Konsep Hutan Mangrove
Kata
mangrove merupakan kombinasi anatara kata Mangue (bahasa portugis) yang berarti
tumbuhan dan kata Grove (bahsa Inggris) yang berarti belukar atau hutan kecil.
Ada yang menyatakan mangrove dengan kata Mangal yang menunjukan komunitas suatu
tumbuhan. Atau mangrove yang berasal dari kata Mangro, yaitu nama umum untuk
Rhizophora mangle di Suriname. Di Prancis padanan yang digunakan untuk mangrove
adalah kata Manglier (Phurnomobasuki dalam Ghufran: 2012). Untuk lebih jelas
alagi mengenai devinisi hutan mangrove dapat kita lihat pendapat menurut para
ahli sebagai berikut:
a. Mangrove
menurut Ghuffran (2012), hutan mangrove sering disebut sebagai hutan bakau atau
hutan payau (mangrove forest atau mangrove swamp forest) sebuah ekosistem yang
terus-menerus mengalami tekanan pembangunan.
b. Mangrove
menurut arief dalam Ghufran (2012), hutan mangrove dikenal dengan istilah
vloedbosh, kemudian dikenal dengan istilah “payau” karena sifat habitatnya yang
payau, yaitu daerah dengan kadar garam antara 0,5 ppt dan 30 ppt. Disebut juga
ekosistem hutan pasang surut karena terdapat di daerah yang dipengaruhi oleh
pasang surut air laut. Berdasarkan jenis pohonnya, yaitu bakau, maka kawasan
mangrove juga disebut hutan bakau.
c. Mangrove
menurut Supriharyono dalam Ghufran (2012), kata mangrove memiliki dua arti,
pertama sebagai komunitas, yaitu komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan
yang tahan terhadap garam/salinitas dan pasang surut air laut, dan kedua
sebagai individu spesies.
d. Mangrove
menurut Tomlinson dalam Ghufran (2012) adalah istilah umum untuk kumpulan pohon
yang hidup di daerah berlumpur, basah, dan terletak di perairan pasang surut
daerah tropis.
Berdasarkan
pendapat para ahli tentang devinisi mangrove, maka yang dimaksud dengan
mangrove dalam penelitian ini adalah kelompok tumbuhan berkayu yang tumbuh di
sekeliling garis pantai dan memiliki adaptasi yang tinggi terhadap salinitas
payau dan harus hidup pada kondisi lingkungan yang demikian. Penggunaan istilah
hutan mangrove diganti dengan hutan bakau, mengingat persepsi dan pengetahuan
hutan mangrove oleh masyarakat Desa Pematang Pasir adalah “Hutan Bakau”.
Alternatif ini dilakukan dengan pertimbangan agar penelitian ini tidak
mengalami bias pembahasan.
2.1.2
Zonasi Ekosistem Hutan Bakau
Bakau merupakan tipe tumbuhan tropik dan subtropik yang
khas, tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang
surut air laut. Hutan bakau banyak dijumpai di pesisir pantai yang terlindungi
dari gempuran ombak dan daerah landai. Hutan bakau tumbuh optimal di wilayah
pesisir yang memiliki muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak
mengandung lumpur, sedangkan diwilayah pesisir yang tidak memiliki muara sungai
pertumbuhan vegetasi mangrove tidak optimal. Hutan bakau tidak atau sulit tumbuh
diwilayah yang terjal dan berombak besar yang berarus pasang surut kuat, karena
kondisi ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur yang iperlukan
sebagai substrat (media) bagi pertumbuhannnya (Dahuri: 2003). Ada 5 faktor
menurut Sukardjo dalam Ghufran (2012) yang mempengaruhi zonasi hutan bakau di
kawasan pantai tertentu yaitu:
1. Gelombang
air laut yang menentukan frekwensi tergenang.
2. Salinitas,
kadar garam yang berkaitan dengan hubungan osmosis hutan bakau.
3. Substrata
tau media tumbuh.
4. Pengaruh
darat, seperti aliran air masuk dan rembasan air tawar.
5. Keterbukaa
terhadap gelombang, yang menentukan jumlah substrat yang dapat dimanfaatkan.
Meskipun tidak ada cara
universal dalam menuntukan zonasi hutan bakau di suatu kawasan, tetapi skema
umum hutan bakau untuk penggunaan secara luas pada daerah Indonesia dapat
digunakan seperti konsep yang di berikan oleh Supriharyono dalam Ghufran
(2012), ia membagi zona hutan bakau berdasrkan jenis pohon kedalam enam zona,
yaitu:
1)
zona
perbatasan dengan daratan,
2)
zona
semak-semak tumbuhan ceriops;
3)
zona hutan Lacang;
4)
zona
hutan Bakau;
5)
zona
Api-api yang menuju ke laut; dan
6)
zona
Pedada.
Sementara Watson dalam
Ghufran (2012) membagi zona hutan hutan bakau berdasarkan frekwensi air menjadi
5 zona, yaitu:
1. Hutan yang paling dekat dengan laut ditumbuhi oleh
Api-api dan Pedada. Pedada tumbuh pada lumpur yang lembek dengan kandungan
organic yang tinggi. Sedangkan Api-api tumbuh pada substrat yang liat agak
keras.
2. Hutan pada subtrat yang lebih tinggi biasanya ditumbuhi
oleh Lacang. Hutan ini tumbuh pada tanah liat yang cukup keras dan dicapai oleh
beberapa air pasang saja.
3.
Ke arah dataran lagi
hutan dikuasai oleh Bakau. bakau lebih banyak dijumpai pada kondisi yang agak
basah dan lumpur yang agak dalam. Pohon-pohon
dapat tumbuh tinggi 35-40 m.
4.
Hutan
yang dikuasai oleh Nyirih kadang dijumpai tanpa jenis pohom lainnya.
5.
Hutan
mangrove terakhir dikuasai oleh Nipah, zona ini adalah wilayah peralihan antara
hutan mangrove dan hutan daratan.
Pembagian hutan bakau juga di bedakan berdasrkan struktur
ekosistemnya, yang secara garis besar dibagi menjadi tiga formasi
(Purnamabasuki dalam Ghufran: (2012), sebagai berikut:
1.
Hutan
Bakau Pantai, pada tipe ini pengaruh air laut lebih dominan dari airsungai.
Struktur horizontal formasi ini dari arah laut kedarat dimulai daripertumbuhan
Pedada diikuti oleh komunitas campuran Pedada, Api-api, Bakau, selanjutnya
komunitas murni Bakau dan akhirnya komunitascampuran Lacang.
2.
Hutan
Bakau Mura, pada tipe ini pengaruh air laut sama kuat denganpengaruh air
sungai. Hutan bakau muara dicirikan Bakau ditepian alur di ikuti komunitas
campuran Bakau-Lacang dan diakhiri dengan komunita murni Nipah.
3.
Mangrove
Sungai, pada tipe ini pengaruh air sungai lebih dominan dari pada air laut dan
berkembang pada tepian sungai yang relatif jauh dari muara. Pada tipe ini hutan
bakau banyak ber asosiasi dengn komunitas tumbuhan daratan.
2.1.3
Fungsi dan Manfaat Utama Ekosistem Hutan Bakau
Setidaknya
ada tiga fungsi utama ekosistem hutan bakau yang di kemukakan Nontji dalam
Ghufran (2012), yaitu:
1.
Fungsi
fisis, meliputi: pencegah abrasi, perlindungan terhadap angin, pencegah intrusi
garam, dan sebagai penghasil energi serta hara.
2.
Fungsi
biologis, meliputi: sebagai tempat bertelur dan tempat asuhan berbagai biota.
3.
Fungsi
ekonomis, meliputi: sebagai sumber bahan bakar (kayu bakar danarang), bahan
bangunan (balok, atap, dan sebagainya), perikanan, pertanian, makanan, minuman,
bahan baku kertas, keperluan rumah tangga, tekstil, serat sintesis, penyamakan
kulit, obat-obatan, dan lain-lain.
BAB
III
METODE
3.1
Waktu dan Lokasi
3.1.1
Waktu
Kegiatan kulaih lapang dari mata kuliah Pengantar Ekologi Laut Tropis dilaksanakan
sebanyak dua tahap per kelompok.
1.
Diadakan
kuliah lapang pada hari Sabtu jam 08.45 WITA dengan lokasi di daerah KKMB Kota
Tarakan pada tanggal 7 November 2015.
2.
Diadakan
kuliah lapang pada hari Sabtu jam 08.45 WITA dengan lokasi di daerah KKMB Kota
Tarakan pada tanggal 14 November 2015.
3.1.2 Lokasi
Lokasi praktikum Ekologi Laut Tropis adalah di kawasan konservasi mangrove dan
bekantan (KKMB) Kota Tarakan.
3.2
Alat dan Bahan
Alat
dan Bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum adalah:
Ø
Alat
tulis menulis/ pencacatan
Ø
Alat
dokumentasi ( kamera foto/ digital kamera/ hp)
Ø
Plastic.
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam kegiatan kuliah lapang
mata kuliah pengantar Ekologi Laut Tropis
yaitu:
3.3.1 Pengamatan
Kegiatan
pertama Tanggal 7 Novembar 2015 yaitu:
·
Mengenal
dan mengetahui secara visualisasi mengenai jenis-jenis pohon mangrove dan
factor-faktor yang mempengaruhi kehidupan mangrove di KKMB (Pada tanggal 7
November 2015).
·
Mengamati
Mengenai kegunaan dan fungsi keberadaan hutan mangrove Bekantan (KKMB) (Pada
Tanggal 7 November 2015).
·
Mengamati
dan mengidentifikasi jenis-jenis mangrove di KKMB (Pada Tanggal 7 November
2015).
Kegiatan kedua Tanggal 14 November 2015
yaitu:
·
Mengamati
berbagai jenis biota yang ada di KKMB secara langsung yang ada interaksi sosial
di sekitar pohon mangrove di KKMB (pada tanggal 14 Novembar 2015).
·
Mengamati
biota di bagian Terestrial dan bagian akuatik di kawasan konservasi mangrove
bekantan (KKMB) Kota Tarakan (pada tanggal 14 November 2015).
3.3.2 Pencatatan
·
Tahap Pertama pada tanggal 7 Novembar 2015 mencatat
dan mendokumentasikan mengenai berbagai jenis-jenis pohon mangrove dan
factor-faktor apa saja yang mengenai beserta foto dari DAUN, BUNGA dan BUAH
dari pohon mangrove.
·
Tahap kedua pada tanggal 14 November 2015
mencatat dan mendokumentasikan berbagai jenis-jenis biota apa saja yang berada
si sekitar pohon mangrove baik dari segi akuatik ataupun dari segi terrestrial.
3.3.3 Tanya Jawab
Memberikan pengarahan
dan pemahaman yang dilakukan oleh mahasiswa/I yaitu pengamatan secara langsung
baik secara visualisasi maupun pencatatan yang dapat dijadikan sebagai penambah
ilmu pengetahuan dan wawasan yang di miliki secara aplikatif terhadap media di
kawasan konservasi mangrove bekantan (KKMB) Kota Tarakan.·
BAB IV
HASIL LAPORAN
4.1 Pengertian
Hutan Mangrove
Hutan Mangrove adalah hutan
yang tumbuh di atas rawa-rawa yang berair payau dimana terletak pada pantai dan
dipengaruhi oleh pasang surut air laut, dimana hutan ini tumbuh khususnya di
tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik, baik di
teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai
dimana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
4.2 Mengidentifikasi
semua jenis makhluk hidup yang terdapat di KKMB
4.2. 4.2.1 Jenis
Flora yang terdapat di KKMB Tarakan
1. Bakau panggang (Rhizophora mucronata)
Gambar
: Bakau panggang (Rhizophora Mucronata)
Ø Klasifikasi
kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
SuperDivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
SubKelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Rhizophora
Spesies : Rhizophora
mucronata
Ø Deskripsi
Pohon dengan ketinggian mencapai 27 m, jarang
melebihi 30 m. Batang memiliki diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna
gelap hingga hitam dan terdapat celah horizontal. Akar tunjang dan akar udara
yang tumbuh dari percabangan bagian bawah.
Ø Daun
Daun berkulit. Gagang daun berwarna hijau,
panjang 2,5-5,5 cm. Pinak daun terletak pada pangkal gagang daun berukuran
5,5-8,5 cm. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips melebar
hingga bulat memanjang. Ujung: meruncing. Ukuran: 11-23 x 5-13 cm.
Ø Bunga
Gagang kepala bunga seperti cagak, bersifat
biseksual, masing-masing menempel pada gagang individu yang panjangnya 2,5-5
cm. Letak: di ketiak daun. Formasi: Kelompok (4-8 bunga per kelompok). Daun
mahkota: 4;putih, ada rambut. 9 mm. Kelopak bunga: 4; kuning pucat, panjangnya
13-19 mm. Benang sari: 8; tak bertangkai.
Ø Buah
Buah lonjong/panjang hingga berbentuk telur
berukuran 5-7 cm, berwarna hijaukecoklatan, seringkali kasar di bagian pangkal,
berbiji tunggal. Hipokotil silindris, kasar dan berbintil. Leher kotilodon
kuning ketika matang. Ukuran: Hipokotil: panjang 36-70 cm dan diameter 2-3 cm.
Ø Ekologi
Di areal yang sama dengan R.apiculata tetapi
lebih toleran terhadap substrat yang lebih keras dan pasir. Pada umumnya tumbuh
dalam kelompok, dekat atau pada pematang sungai pasang surut dan di muara
sungai, jarang sekali tumbuh pada daerah yang jauh dari air pasang surut.
Pertumbuhan optimal terjadi pada areal yang tergenang dalam, serta pada tanah
yang kaya akan humus. Merupakan salah satu jenis tumbuhan mangrove yang paling
penting dan paling tersebar luas. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Anakan
seringkali dimakan oleh kepiting, sehingga menghambat pertumbuhan mereka.
Anakan yang telah dikeringkan dibawah naungan untuk beberapa hari akan lebih
tahan terhadap gangguan kepiting. Hal tersebut mungkin dikarenakan adanya
akumulasi tanin dalam jaringan yang kemudian melindungi mereka.
Ø Penyebaran
Afrika Timur, Madagaskar, Mauritania, Asia
tenggara, seluruh Malaysia dan Indonesia, Melanesia dan Mikronesia. Dibawa dan
ditanam di Hawaii.
Ø Manfaat
Kayu digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Tanin
dari kulit kayu digunakan untuk pewarnaan, dan kadang-kadang digunakan sebagai
obat dalam kasus hematuria (perdarahan pada air seni). Kadang-kadang ditanam di
sepanjang tambak untuk melindungi pematang.
2. Bakau merah (rhizopora apiculata)
Gambar : Bakau merah
(rhizopora apiculata)
Ø Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
SuperDivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
SubKelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Rhizophora
Spesies : Rhizophora
apiculata
Ø Deskripsi
Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dengan
diameter batang mencapai 50 cm. Memiliki perakaran yang khas hingga mencapai
ketinggian 5 meter, dan kadang-kadang memiliki akar udara yang keluar dari
cabang. Kulit kayu berwarna abu-abu tua dan berubah-ubah.
Ø Daun
Berkulit, warna hijau tua dengan hijau muda pada
bagian tengah dan kemerahan di bagian bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm
dan warnanya kemerahan. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk:
elips menyempit. Ujung: meruncing. Ukuran: 7-19 x 3,5-8 cm.
Ø Bunga
Biseksual, kepala bunga kekuningan yang terletak
pada gagang berukuran <14 mm. Letak: Di ketiak daun. Formasi: kelompok (2
bunga per kelompok). Daun mahkota: 4; kuning-putih, tidak ada rambut,
panjangnya 9-11 mm. Kelopak bunga: 4; kuning kecoklatan, melengkung. Benang
sari: 11-12; tak bertangkai.
Ø Buah
Buah kasar berbentuk bulat memanjang hingga
seperti buah pir, warna coklat, panjang 2-3,5 cm, berisi satu biji fertil.
Hipokotil silindris, berbintil, berwarna hijau jingga. Leher kotilodon berwarna
merah jika sudah matang. Ukuran: Hipokotil panjang 18-38 cm dan diameter 1-2
cm.
Ø Ekologi
Tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan
tergenang pada saat pasang normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras
yang bercampur dengan pasir. Tingkat dominasi dapat mencapai 90% dari vegetasi
yang tumbuh di suatu lokasi. Menyukai perairan pasang surut yang memiliki pengaruh
masukan air tawar yang kuat secara permanen. Percabangan akarnya dapat tumbuh
secara abnormal karena gangguan kumbang yang menyerang ujung akar. Kepiting
dapat juga menghambat pertumbuhan mereka karena mengganggu kulit akar anakan.
Tumbuh lambat, tetapi perbungaan terdapat sepanjang tahun.
Ø Penyebaran
Sri Lanka, seluruh Malaysia dan Indonesia hingga
Australia Tropis dan Kepulauan Pasifik.
Ø Manfaat
Kayu dimanfaatkan untuk bahan bangunan, kayu
bakar dan arang. Kulit kayu berisi hingga 30% tanin (per sen berat kering).
Cabang akar dapat digunakan sebagai jangkar dengan diberati batu. Di Jawa
acapkali ditanam di pinggiran tambak untuk melindungi pematang. Sering
digunakan sebagai tanaman penghijauan.
3. Api-Api (Avicenia lanata)
Gambar
: Api-api(Avicenia lanata)
Ø Klasifikasi
Kingdom :
Plantae
Subkingdom :
Tracheobionta
SuperDivisi :
Spermatophyta
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
SubKelas :
Asteridae
Ordo :
Scrophulariales
Famili :
Avicenniaceae
Genus :
Avicennia
Spesies :
Avicennia alba
Ø Deskripsi
Belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau
menyebar, ketinggian pohon mencapai 30 meter. Memiliki sistem perakaran
horizontal yang rumit dan berbentuk pensil (atau berbentuk asparagus), akar
nafas tegak dengan sejumlah lentisel. Kulit kayu halus dengan burik-burik
hijau-abu dan terkelupas dalam bagian-bagian kecil. Ranting muda dan tangkai
daun berwarna kuning, tidak berbulu.
Ø Daun
Bagian atas permukaan daun ditutupi
bintik-bintik kelenjar berbentuk cekung. Bagian bawah daun putih- abu-abu muda.
Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips, bulat memanjang,
bulat telur terbalik. Ujung: meruncing hingga membundar. Ukuran: 9 x 4,5 cm.
Ø Bunga
Seperti trisula dengan bunga bergerombol muncul
di ujung tandan, bau menyengat, nektar banyak. Letak: di ujung atau ketiak
tangkai/tandan bunga. Formasi: bulir (2-12 bunga per tandan). Daun Mahkota: 4,
kuning pucat-jingga tua, 5-8 mm. Kelopak Bunga: 5. Benang sari: 4.
Ø Buah
Buah agak membulat, berwarna hijau agak
keabu-abuan. Permukaan buah berambut halus (seperti ada tepungnya) dan ujung
buah agak tajam seperti paruh. Ukuran: sekitar 1,5x2,5 cm.
Ø Ekologi
Merupakan tumbuhan pionir pada lahan pantai yang
terlindung, memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai habitat
pasang-surut, bahkan di tempat asin sekalipun. Jenis ini merupakan salah satu
jenis tumbuhan yang paling umum ditemukan di habitat pasang-surut. Akarnya
sering dilaporkan membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses
pembentukan tanah timbul. Jenis ini dapat juga bergerombol membentuk suatu
kelompok pada habitat tertentu. Berbuah sepanjang tahun, kadang-kadang bersifat
vivipar. Buah membuka pada saat telah matang, melalui lapisan dorsal. Buah
dapat juga terbuka karena dimakan semut atau setelah terjadi penyerapan air.
Ø Penyebaran
Tumbuh di Afrika, Asia, Amerika Selatan,
Australia, Polynesia dan Selandia Baru. Ditemukan di seluruh Indonesia.
Ø Manfaat
Daun digunakan untuk mengatasi kulit yang
terbakar. Resin yang keluar dari kulit kayu digunakan sebagai alat kontrasepsi.
Buah dapat dimakan. Kayu menghasilkan bahan kertas berkualitas tinggi. Daun
digunakan sebagai makanan ternak.
4. Acanthus ebracteatus
Gambar : Acanthus
ebracteatus
Ø Klasifikasi
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo :
Scrophulariales
Famili :
Acanthaceae
Genus :
Acanthus
Spesies :
Acanthus ebracteatus Vahl.
Ø Deskripsi
Acanthus ebracteatus merupakan tumbuhan semak
yang banyak terdapat di sekitar tebing atau muara sungai yang mengalami pasang
surut. Hampir sama dengan A. ilicifolius, tetapi seluruh bagiannya
lebih kecil.
Ø Daun
Pinggiran daun umumya rata kadang bergerigi
seperti A. ilicifolius. Daunnya berbentuk daun tunggal dengan bagian
menghadapnya bersilangan, bagian ujung daunnya meruncing
hampir membentuk duri, daun berukuran 7-20 x 4-10 cm.
Ø Bunga
Mahkota bunga berwarna biru muda hingga ungu
lembayung cerah, kadang agak putih di bagian ujungnya. Panjang tandan bunga
lebih pendek dari A. ilicifolius, sedangkan bunganya sendiri 2-2,5 cm. Bunga
hanya mempunyai satu pinak daun utama, karena yang sekunder biasanya cepat
rontok. Bunga terletak di ujung dan membentuk seperti bulir.
Ø Buah
Warna buah saat masih muda hijau cerah dan
permukaannya licin mengkilat. Bentuk buah bulat lonjong seperti buah melinjo.
Ukuran buah sekitar 2,53 cm dan ukuran biji 5-7 mm.
Ø Ekologi
Tumbuh pada dataran lumpur, tepi sungai, daerah
yang kering dan toleran terhadap kadar garam yang tinggi. Diketahui (di Bali
dan Lombok) berbunga pada bulan Juli - Februari dan berbuah antara bulan
November hingga Maret.
Ø Penyebaran
dari India hingga Australia tropis, Filipina dan
Kepulauan Pasifik barat. Terdapat di seluruh Indonesia.
5. Api-api (Avicenia marina)
Gambar : Api-api (Avicenia marina)
Ø Klasifikasi
Kingdom :
Plantae
Subkingdom :
Tracheobionta
SuperDivisi :
Spermatophyta
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
SubKelas :
Asteridae
Ordo :
Scrophulariales
Famili :
Avicenniaceae
Genus :
Avicennia
Spesies :
Avicennia marina
Ø Deskripsi
Belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau
menyebar, ketinggian pohon mencapai 30 meter. Memiliki sistem perakaran
horizontal yang rumit dan berbentuk pensil (atau berbentuk asparagus), akar
nafas tegak dengan sejumlah lentisel. Kulit kayu halus dengan burik-burik
hijau-abu dan terkelupas dalam bagian-bagian kecil. Ranting muda dan tangkai
daun berwarna kuning, tidak berbulu.
Ø Daun
Bagian atas permukaan daun ditutupi
bintik-bintik kelenjar berbentuk cekung. Bagian bawah daun putih- abu-abu muda.
Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips, bulat memanjang,
bulat telur terbalik. Ujung: meruncing hingga membundar. Ukuran: 9 x 4,5 cm.
Ø Bunga
Seperti trisula dengan bunga bergerombol muncul
di ujung tandan, bau menyengat, nektar banyak. Letak: di ujung atau ketiak
tangkai/tandan bunga. Formasi: bulir (2-12 bunga per tandan). Daun Mahkota: 4,
kuning pucat-jingga tua, 5-8 mm. Kelopak Bunga: 5. Benang sari: 4.
Ø Buah
Buah agak membulat, berwarna hijau agak
keabu-abuan. Permukaan buah berambut halus (seperti ada tepungnya) dan ujung
buah agak tajam seperti paruh. Ukuran: sekitar 1,5x2,5 cm.
Ø Ekologi
Merupakan tumbuhan pionir pada lahan pantai yang
terlindung, memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai habitat
pasang-surut, bahkan di tempat asin sekalipun. Jenis ini merupakan salah satu
jenis tumbuhan yang paling umum ditemukan di habitat pasang-surut. Akarnya
sering dilaporkan membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses
pembentukan tanah timbul. Jenis ini dapat juga bergerombol membentuk suatu
kelompok pada habitat tertentu. Berbuah sepanjang tahun, kadang-kadang bersifat
vivipar. Buah membuka pada saat telah matang, melalui lapisan dorsal. Buah
dapat juga terbuka karena dimakan semut atau setelah terjadi penyerapan air.
Ø Penyebaran
Tumbuh di Afrika, Asia, Amerika Selatan,
Australia, Polynesia dan Selandia Baru. Ditemukan di seluruh Indonesia.
6. Prepat ( Sonetaria Alba)
Gambar : Prepat (
Sonetaria Alba)
Ø Klasifikasi
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo :
Myrtales
Family :
Sonneratiaceae
Genus :
Sonneratia
Species :
Sonneratia alba
Ø Deskripsi
Pohon selalu hijau, tumbuh tersebar, ketinggian
kadang-kadang hingga 15 m. Kulit kayu berwarna putih tua hingga coklat, dengan
celah longitudinal yang halus. Akar berbentuk kabel di bawah tanah dan muncul
kepermukaan sebagai akar nafas yang berbentuk kerucut tumpul dan tingginya
mencapai 25 cm.
Ø Daun
Daun berkulit, memiliki kelenjar yang tidak
berkembang pada bagian pangkal gagang daun. Gagang daun panjangnya 6-15 mm.
Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat telur terbalik.
Ujung: membundar. Ukuran: 5-12,5 x 3-9 cm.
Ø Bunga
Biseksual; gagang bunga tumpul panjangnya 1 cm.
Letak: di ujung atau pada cabang kecil. Formasi: soliter-kelompok (1-3 bunga
per kelompok). Daun mahkota: putih, mudah rontok. Kelopak bunga: 6-8; berkulit,
bagian luar hijau, di dalam kemerahan. Seperti lonceng, panjangnya 2-2,5 cm.
Benang sari: banyak, ujungnya putih dan pangkalnya kuning, mudah rontok.
Ø Buah
Seperti bola, ujungnya bertangkai dan bagian
dasarnya terbungkus kelopak bunga. Buah mengandung banyak biji (150-200 biji)
dan tidak akan membuka pada saat telah matang. Ukuran: buah: diameter 3,5-4,5
cm.
Ø Ekologi
Jenis pionir, tidak toleran terhadap air tawar
dalam periode yang lama. Menyukai tanah yang bercampur lumpur dan pasir,
kadang-kadang pada batuan dan karang. Sering ditemukan di lokasi pesisir yang
terlindung dari hempasan gelombang, juga di muara dan sekitar pulau-pulau lepas
pantai. Di lokasi dimana jenis tumbuhan lain telah ditebang, maka jenis ini
dapat membentuk tegakan yang padat. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Bunga
hidup tidak terlalu lama dan mengembang penuh di malam hari, mungkin diserbuki
oleh ngengat, burung dan kelelawar pemakan buah. Di jalur pesisir yang
berkarang mereka tersebar secara vegetatif. Kunang-kunang sering menempel pada
pohon ini dikala malam. Buah mengapung karena adanya jaringan yang mengandung
air pada bijinya. Akar nafas tidak terdapat pada pohon yang tumbuh pada
substrat yang keras.
Ø Penyebaran
Dari Afrika Utara dan Madagaskar hingga Asia
Tenggara, seluruh Indonesia, Malaysia, Filipina, Australia Tropis, Kepulauan
Pasifik barat dan Oceania Barat Daya.
Ø Manfaat
Buahnya asam dapat dimakan. Di Sulawesi, kayu
dibuat untuk perahu dan bahan bangunan, atau sebagai bahan bakar ketika tidak
ada bahan bakar lain. Akar nafas digunakan oleh orang Irian untuk gabus dan
pelampung.
7.
Mutut Besar
Ø Klasifikasi
Kingdom :
Plantae
Subkingdom :
Tracheobionta
Super
Divisi : Spermatophyta
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Sub
Kelas : Rosidae
Ordo :
Myrtales
Famili :
Rhizophoraceae
Genus :
Bruguiera
Spesies :
Bruguiera gymnorrhiza
Ø Deskripsi
Pohon yang selalu hijau dengan ketinggian
kadang-kadang mencapai 30 m. Kulit kayu memiliki lentisel,
permukaannya halus hingga kasar, berwarna abu-abu tua sampai
coklat (warna berubah-ubah). Akarnya seperti papan melebar ke
samping di bagian pangkal pohon, juga memiliki sejumlah akar lutut.
Ø Daun
Daun berkulit, berwarna hijau pada lapisan atas
dan hijau kekuningan pada bagian bawahnya dengan bercak-bercak hitam
(ada juga yang tidak). Unit & Letak: sederhana &
berlawanan. Bentuk: elips sampai elips-lanset. Ujung:
meruncing Ukuran: 4,5-7 x 8,5-22 cm.
Ø Bunga
Bergelantungan dengan panjang tangkai bunga
antara 9-25 mm.
Letak: di
ketiak daun, menggantung. Formasi: soliter. Daun Mahkota: 10-14; putih, dan
coklat jika tua, panjang 13-16 mm. Kelopak Bunga: 10-14; warna merah muda
hingga merah; panjang 30-5.
Ø Buah
Buah melingkar spiral, bundar melintang, panjang
2-2,5 cm. Hipokotil lurus, tumpul dan berwarna hijau tua keunguan.
Ø Ekologi
Merupakan jenis yang dominan pada hutan mangrove
yang tinggi dan merupakan ciri dari perkembangan tahap akhir dari
hutan pantai, serta tahap awal dalam transisi menjadi tipe vegetasi daratan.
Tumbuh di areal dengan salinitas rendah dan kering serta tanah yang memiliki
aerasi yang baik. Jenis ini toleran terhadap daerah terlindung
maupun yang mendapat sinar matahari langsung. Mereka juga tumbuh pada tepi
daratan dari mangrove, sepanjang tambak serta sungai pasang surut dan payau.
Ditemukan di tepi pantai hanya jika terjadi erosi pada lahan di hadapannya.
Substrat-nya terdiri dari lumpur, pasir dan kadang-kadang tanah gambut
hitam. Kadang-kadang juga ditemukan di pinggir sungai yang kurang
terpengaruh air laut, hal tersebut dimungkinkan karena buahnya terbawa arus air
atau gelombang pasang. Regenerasinya seringkali hanya dalam jumlah terbatas.
Bunga dan buah terdapat sepanjang tahun. Bunga relatif besar, memiliki kelopak
bunga berwarna kemerahan, tergantung, dan mengundang burung untuk melakukan
penyerbukan.
8. Bius/tinomo (Braguiera parviflora)
Gambar : bius/tinomo (Braguiers perviflora)
Ø Klasifikasi
Kingdom :Plantae
Subkingdom :
Tracheobionta
Super
Divisi : Spermatophyta
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Sub
Kelas :
Rosidae
Ordo :
Myrtales
Famili :
Rhizophoraceae
Genus :
Bruguiera
Spesies :
Bruguiera parviflora
Ø Deskripsi
Berupa semak atau pohon kecil yang selalu hijau,
tinggi (meskipun jarang) dapat mencapai 20 m. Kulit kayu burik, berwarna
abu-abu hingga coklat tua, bercelah dan agak membengkak di bagian pangkal
pohon. Akar lutut dapat mencapai 30 cm tingginya.
Ø Daun
Terdapat bercak hitam di bagian bawah daun dan
berubah menjadi hijaukekuningan ketika usianya bertambah. Unit & Letak:
sederhana & berlawanan. Bentuk: elips. Ujung: meruncing. Ukuran: 5,5-13 x
2-4,5 cm.
Ø Bunga
Bunga mengelompok di ujung tandan (panjang
tandan: 2 cm). Letak: di ketiak daun. Formasi: kelompok (3-10 bunga per
tandan). Daun mahkota: 8; putihhijau kekuningan, panjang 1,5-2mm. Berambut pada
tepinya. Kelopak Bunga: 8; menggelembung, warna hijau kekuningan; bagian bawah
berbentuk tabung, panjangnya 7-9 mm.
Ø Buah
Buah melingkar spiral, panjang 2 cm. Hipokotil
silindris, agak melengkung, permukaannya halus, warna hijau kekuningan. Ukuran:
Hipokotil: panjang 8- 15 cm dan diameter 0,5-1 cm.
Ø Ekologi
Jenis ini membentuk tegakan
monospesifik pada areal yang tidak sering tergenang. Individu yang terisolasi
juga ditemukan tumbuh di sepanjang alur air dan tambak tepi pantai. Substrat
yang cocok termasuk lumpur, pasir, tanah payau dan bersalinitas tinggi. Di
Australia, perbungaan tercatat dari bulan Juni hingga September, dan berbuah
dari bulan September hingga Desember. Hipokotilnya yang ringan mudah untuk
disebarkan melalui air, dan nampaknya tumbuh dengan baik pada areal yang
menerima cahaya matahari yang sedang hingga cukup. Bunga dibuahi oleh serangga
yang terbang pada siang hari, seperti kupu-kupu. Daunnya berlekuk-lekuk, yang
merupakan ciri khasnya, disebabkan oleh gangguan serangga. Dapat menjadi sangat
dominan di areal yang telah diambil kayunya (misalnya Karang Gading-Langkat
Timur Laut di Sumatera Utara; Giesen & Sukotjo, 1991).
Ø Penyebaran
Dari India, Seluruh Asia Tenggara
(termasuk Indonesia) hingga Australia utara.
9) Nipah
Gambar :
Nipah
Ø Klasifikasi
Kingdom :
Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
SuperDivisi : Spermatophyta
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Liliopsida
Sub Kelas :
Arecidae
Ordo :
Arecales
Famili :
Palmae
Genus :
Nypa
Spesies :
Nypa fruticans
Ø Deskripsi
Nipah adalah sejenis
palem (palma) yang tumbuh di lingkungan hutan bakau atau daerah pasang-surut
dekat tepi laut. Tumbuhan ini juga dikenal dengan banyak nama lain seperti
daon, daonan (Sd., Bms.), buyuk (Jw., Bali), bhunyok (Md.), bobo (Menado,
Ternate, Tidore), boboro (Halmahera), palean, palenei, pelene, pulene, puleanu,
pulenu, puleno, pureno, parinan, parenga (Seram, Ambon dan sekitarnya).
Sebagaimana rumbia (Metroxylon spp.), batang
pohon nipah menjalar di tanah, membentuk rimpang yang terendam oleh lumpur.
Hanya roset daunnya yang muncul di atas tanah, sehingga nipah nampak
seolah-olah tak berbatang.
Akar serabutnya dapat mencapai panjang 13 m.
Karena perakaran nipah ini hanya terletak dalam lumpur yang sifatnya labil maka
rumpun-rumpun nipah dapat dihanyutkan oleh air sampai ke laut. Batang nipah
terendam oleh lumpur. Hanya daunnya yang muncul di atas tanah.
Daun nipah yang
telah tua banyak dimanfaatkan secara tradisional untuk membuat atap rumah yang
daya tahannya mencapai 3-5 tahun. Daun nipah yang masih muda mirip janur
kelapa, dapat dianyam untuk membuat dinding rumah yang disebut kajang. Daun nipah
juga dapat dianyam untuk membuat tikar, tas, topi dan aneka keranjang anyaman.
Di Sumatra, pada masa silam daun nipah yang muda (dinamai pucuk) dijadikan daun
rokok --yaitu lembaran pembungkus untuk melinting tembakau-- setelah dikelupas
kulit arinya yang tipis, dijemur kering, dikelantang untuk memutihkannya dan
kemudian dipotong-potong sesuai ukuran rokok. Beberapa naskah lama Nusantara
juga menggunakan daun nipah sebagai alas tulis, bukannya daun lontar.
Pohon atau semak kecil dengan ketinggian hingga
15 m. kulit kayu berwarna coklat, jarang berwarna abu-abu atau putih kotor,
permukaan halus, rapuh dan menggelembung di bagian pangkal. Daun hijau
mengkilap bentuknya elipsbulat memanjang ujung membundar ukuran 3-10x1-4,5 cm.
bunga mengelompok menempel dengan gagang yang pendek, tebal dan bertakik.
Kelompok (2-4 bunga perkelompok). Daun mahkota 5; warna hijau, ada lentisel dan
berbintil. Benang sari: tangkai benang sari pendek, sama atau lebih pendek dari
pada kepala sari. Buah hipokotil berbentuk silinder, ujungnya menggelembung
tajam dan berbintil, warna hijau hingga coklat leher kotiledon jadi merah tua
jika sudah matang / dewasa. Ukuran hipokotil panjang 15 cm dan diameter 8-12
mm. bentuk dan ukuran daun sangat beragam bergantung pada kadar cahaya dan air
dimana suatu individu tumbuh.
Gambar : Mentigi
Ø Klasifikasi
Kingdom :
Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom :
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super
Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan
biji)
Divisi :
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas :
Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub
Kelas : Rosidae
Ordo :
Myrtales
Famili :
Rhizophoraceae
Genus :
Ceriops
Spesies :
Ceriops tagal
Ø Deskripsi
Pohon kecil atau semak dengan ketinggian mencapai
25 m. Kulit kayu berwarna abu-abu, kadang-kadang coklat, halus dan pangkalnya
menggelembung. Pohon seringkali memiliki akar tunjang yang kecil.
Ø Daun
Daun hijau mengkilap dan sering memiliki
pinggiran yang melingkar ke dalam. Unit & Letak: sederhana &
berlawanan. Bentuk: bulat telur terbalik-elips. Ujung: membundar. Ukuran: 1-10
x 2-3,5 cm
Ø Bunga
Bunga mengelompok di ujung tandan. Gagang bunga
panjang dan tipis, berresin pada ujung cabang baru atau pada ketiak cabang yang
lebih tua. Letak: di ketiak daun. Formasi: kelompok (5-10
bunga per kelompok). Daun mahkota: 5; putih dan kemudian jadi
coklat. Kelopak bunga: 5; warna hijau, panjang 4- 5 mm, tabung 2 mm.
Benang sari: tangkai benang sari lebih panjang dari kepala sarinya
yang tumpul.
Ø Buah
Buah panjangnya 1,5-2 cm, dengan tabung kelopak
yang melengkung. Hipokotil berbintil, berkulit halus, agak menggelembung dan
seringkali agak pendek. Leher kotilodon menjadi kuning jika sudah
matang/dewasa. Ukuran: Hipokotil: panjang 4-25 cm dan diameter 8-12
mm.
Ø Ekologi
Membentuk belukar yang rapat pada pinggir
daratan dari hutan pasang surut dan/atau pada areal yang tergenang oleh pasang
tinggi dengan tanah memiliki sistem pengeringan baik. Juga terdapat
di sepanjang tambak. Menyukai substrat tanah liat, dan kemungkinan berdampingan
dengan C. decandra. Perbungaan terjadi sepanjang tahun.
Ø Penyebaran
Dari Mozambik hingga Pasitik Barat, termasuk
Australia Utara, Malaysia dan Indonesia.
11) Paku laut
Gambar : paku laut
Ø Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom :
Tracheobionta
Divisi :
Pteridophyta
Kelas :
Filicopsida
Sub
Kelas :
Polypoditae
Ordo :
Polypodiales
Famili :
Pteridaceae
Genus :
Acrostichum
Spesies :
Acrostichum aureum
Ø Deskripsi
Paku laut adalah sejenis paku-pakuan berukuran
besar, yang biasa tumbuh di tanah di bawah naungan hutan bakau atau lahan basah
lainnya. Paku atau pakis ini juga dikenal dengan banyak nama lain seperti paku
larat, papah, piai (Mal.: piai raya), paku hata diuk (Sd.), warakas, krakas,
kakakeok (Jw.), rewayang (Hal.) dan lain-lain. Nama-namanya dalam bahasa
Inggris di antaranya golden leather fern, swamp fern, dan mangrove fern.
Ø Daun
Daun berwarna hijau mengkilat dan biasanya gelap
di atas, tetapi lebih pucat di bagian bawah daun. Daun margin agak tidak rata
dan bergelombang di di bagian tepinya, tidak ada kantung spora yang hadir
seperti pada pakis lainnya. Sebaliknya, sporangia didistribusikan ke seluruh
bagian bawah daun reproduksi (5 atau lebih paling distal pasang), tekstur yang
terasa seperti daun ini. Sporangia adalah merah bata untuk karat berwarna
merah, dengan spora berukuran diameter 37-72 | # 181; m.
Ø Ekologi
Tumbuh menahun, paku laut hidup di lingkungan
hutan bakau (mangrove), rawa pantai, tambak, serta di sepanjang sungai, parit
dan kanal dekat laut. Meski demikian, Acrostichum aureum tak seberapa tahan
oleh penggenangan pasang air laut dan tak menyukai tanah-tanah dengan salinitas
tinggi; tak sebagaimana kerabat dekatnya, A. speciosum.
Meski bersifat halofit (halophytic), paku laut
membutuhkan pasokan air tawar yang cukup agar dapat tumbuh optimal. Di
tempat-tempat di mana frekuensi penggenangan pasang laut cukup tinggi (10-28
kali perbulan), pakis ini tumbuh kerdil atau bahkan sama sekali tak mau tumbuh.
Terhadap penyinaran matahari, paku ini dapat mentolerir pelbagai kondisi
seperti tumbuh di bawah naungan hingga ke tempat-tempat terbuka yang terik.
Bahkan, paku ini dapat menginvasi lahan-lahan bekas tebangan dan membentuk
padang paku laut yang cukup luas.
Ø Manfaat
Daun-daun paku laut yang dikeringkan
dipergunakan sebagai atap rumah. Selain itu, pucuknya yang muda juga
dimanfaatkan sebagai sayuran di beberapa daerah, dan daun-daun yang tua dan
juga akarnya digunakan sebagai bahan obat tradisional.
Gambar : Acrosticum aureum
Ø Klasifikasi
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Pteridophyta
Kelas :
Filicopsida
Ordo :
Polypodiales
Famili :
Pteridaceae
Genus :
Acrostichum
Spesies :
Acrostichum aureum L.
Ø Deskripsi
Acrosticum aureum merupakan jenis paku-pakuan
dan pada umumnya membentuk rumpun yang lebat, tinggi rumpun rata-rata 0,5-1
meter, kadang mencapai sekitar 3 meter. Memiliki akar serabut.
Ø Daun
Panjang daun mencapai 1-3 m, memiliki tidak
lebih dari 30 pinak daun. Pinak daun letaknya berjauhan dan tidak teratur. Pinak
daun terbawah selalu terletak jauh dari yang lain dan memiliki gagang yang
panjangnya 3 cm. Ujung daun fertil berwarna coklat seperti karat. Bagian bawah
dari pinak daun tertutup secara seragam oleh sporangia yang besar. Ujung pinak
daun yang steril dan lebih panjang membulat atau tumpul dengan ujung yang
pendek. Duri banyak, berwarna hitam. Peruratan daun menyerupai jaring. Sisik
yang luas, panjang hingga 1 cm, hanya terdapat di bagian pangkal dari gagang,
menebal di bagian tengah. Spora besar dan berbentuk tetrahedral.
Ø Penyebaran
Pan-tropis. Terdapat di seluruh Indonesia.
Gambar : Xylocarpus granatum
Ø Klasifikasi
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo :
Sapindales
Famili :
Meliaceae
Genus :
Xylocarpus
Spesies :
Xylocarpus granatum Koen.
Ø Deskripsi
Xylocarpus granatum, pohon tegak dapat mencapai
ketinggian 10-20 m. Memiliki akar papan yang melebar ke samping, meliuk-liuk
dan membentuk celahan-celahan. Batang seringkali berlubang, khususnya pada
pohon yang lebih tua. Kulit kayu berwarna coklat muda-kekuningan, tipis dan
mengelupas, sementara pada cabang yang muda, kulit kayu berkeriput.
Ø Daun
Agak tebal, susunan daun berpasangan (umumnya 2
pasang pertangkai) dan ada pula yang menyendiri. Letaknya majemuk dan
berlawanan. Bentuknya elips - bulat telur terbalik. Ujungnya membundar.
Berukuran 4,5 - 17 cm x 2,5 - 9 cm.
Ø Bunga
Bunga terdiri dari dua jenis kelamin atau betina
saja. Tandan bunga (panjang 2-7 cm) muncul dari dasar (ketiak) tangkai daun dan
tangkai bunga panjangnya 4-8 mm. Letaknya di ketiak. Karangan bunga
membentuk gerombol acak (8-20 bunga per gerombol). Daun mahkota
berjumlah 4; lonjong, tepinya bundar, putih kehijauan, panjang 5-7
mm. Kelopak bunga berjumlah 4 cuping; kuning muda, panjang 3 mm. Benang sari
berwarna putih krem dan menyatu di dalam tabung.
Ø Buah
Seperti bola (kelapa), berat bisa 1-2 kg,
berkulit, warna hijau kecoklatan. Buahnya bergelantungan pada dahan yang dekat
permukaan tanah dan agak tersembunyi. Di dalam buah terdapat 6-16 biji
besar-besar, berkayu dan berbentuk tetrahedral. Susunan biji di dalam buah
membingungkan seperti teka-teki (dalam bahasa Inggris disebut sebagai ‘puzzle
fruit’). Buah akan pecah pada saat kering. Ukuran buah diameter 10-20 cm.
Ø Penyebaran
Di Indonesia tumbuh di Jawa, Madura, Bali,
Kepulauan Karimun Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Maluku dan Sumba, Irian
Jaya.
14) Sonneratia caseolaris
Gambar : Sonneratia caseolaris
Ø Klasifikasi
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo :
Myrtales
Famili :
Lythraceae
Genus :
Sonneratia
Spesies :
Sonneratia caseolaris (L.) Engl.
Ø Deskripsi
Sonneratia caseolaris, pohon tumbuh dengan
banyak cabang menyebar, ketinggian mencapai 15 m, jarang mencapai 20
m. Memiliki akar nafas vertikal seperti kerucut (tinggi hingga 1 m) yang banyak
dan sangat kuat. Ujung cabang/ranting terkulai, dan berbentuk segi empat pada
saat muda.
Ø Daun
Gagang/tangkai daun kemerahan, lebar dan sangat
pendek. Letaknya sederhana dan berlawanan. Bentuknya bulat memanjang dengan
ujung membundar. Ukuran bervariasi, 5-13 x 2-5 cm.
Ø Bunga
Pucuk bunga bulat telur. Ketika mekar penuh,
tabung kelopak bunga berbentuk mangkok, biasanya tanpa urat. Letak: di ujung.
Formasi: soliter-kelompok (1-3 bunga per kelompok). Daun mahkota: merah, ukuran
17-35 x 1,5-3,5 mm, mudah rontok. Kelopak bunga berjumlah 6-8; berkulit, bagian
luar hijau, di dalam putih kekuningan hingga kehijauan. Benang sari banyak,
ujungnya putih dan pangkalnya merah, mudah rontok.
Ø Buah
Seperti bola, ujungnya bertangkai dan bagian
dasarnya terbungkus kelopak bunga. Ukuran lebih besar dari S.alba, bijinya
lebih banyak (800-1200). Ukuran buah diameternya 6-8 cm.
Ø Penyebaran
Dari Sri Lanka, seluruh Asia Tenggara, termasuk
Indonesia, Malaysia, Filipina, hingga Australia tropis, dan Kepulauan Solomon.
15) Rhizophora mucronata
Gambar : Rhizophora mucronata
Ø Klasifikasi
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo :
Myrtales
Famili :
Rhizophoraceae
Genus :
Rhizophora
Spesies :
Rhizophora mucronata Lamk.
Ø Deskripsi
Rhizophora mucronata, pohon tumbuh tegak lurus
dengan ketinggian mencapai 27 m, jarang melebihi 30 m. Batang memiliki diameter
hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga hitam dan terdapat celah
horizontal. Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari percabangan bagian
bawah.
Ø Daun
Daun berkulit. Gagang daun berwarna hijau,
panjang 2,5-5,5 cm. Pinak daun terletak pada pangkal gagang daun berukuran
5,5-8,5 cm. letak daun sederhana dan berlawanan. Bentuknya elips melebar hingga
bulat memanjang. Ujungnya meruncing. Ukurannya 11-23 x 5-13 cm.
Ø Bunga
Gagang kepala bunga seperti cagak, bersifat
biseksual, masing-masing menempel pada gagang individu yang panjangnya 2,5-5
cm. Letak: di ketiak daun. Karangan bunga berKelompok (4-8 bunga per kelompok).
Daun mahkota berjumlah 4; putih, ada rambut. 9 mm. Kelopak bunga
berjumlah 4; kuning pucat, panjangnya 13-19 mm. Benang sari
berjumlah 8 dan tak bertangkai.
Ø Buah
Buah lonjong/panjang hingga berbentuk telur
berukuran 5-7 cm, berwarna hijaukecoklatan, seringkali kasar di bagian pangkal,
berbiji tunggal. Hipokotil silindris, kasar dan berbintil. Leher kotiledon
kuning ketika matang. Panjang hipokotil 36-70 cm dan diameter 2-3
cm.
Ø Penyebaran
Afrika Timur, Madagaskar, Mauritania, Asia
tenggara, seluruh Malaysia dan Indonesia, Melanesia dan Mikronesia. Dibawa dan
ditanam di Hawaii.
4.2.2 Jenis makhluk hidup yang terdapat di KKMB
4.2.2.1 Jenis-jenis makhluk hidup Terestrial
Jenis fauna yang
terdapat di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) di Kota Tarakan
bagian terrestrial (darat):
Gambar : Bekantan
Ø Klasifikasi
Kerajaan :
Animalia;
Filum :
Chordata;
Kelas :
Mammalia;
Ordo :
Primata;
Famili :
Cercopithecidae;
Upafamili :
Colobinae;
Genus :
Nasalis
Spesies :
Nasalis larvatus
Ø Deskripsi
Bekantan atau biasa disebut Monyet Belanda
merupakan satwa endemik Pulau Kalimantan (Indonesia, Brunei, dan Malaysia).
Bekantan merupakan sejenis kera yang mempunyai ciri khas hidung yang panjang
dan besar dengan rambut berwarna coklat kemerahan. Dalam bahasa ilmiah,
Bekantan disebut Nasalis larvatus.
Bekantan dalam bahasa latin (ilmiah) disebut
Nasalis larvatus, sedang dalam bahasa inggris disebut Long-Nosed Monkey atau
Proboscis Monkey. Di negara-negara lain disebut dengan beberapa nama seperti
Kera Bekantan (Malaysia), Bangkatan (Brunei), Neusaap (Belanda). Masyarakat
Kalimantan sendiri memberikan beberapa nama pada spesies kera berhidung panjang
ini seperti Kera Belanda, Pika, Bahara Bentangan, Raseng dan Kahau.
Bekantan yang merupakan satu dari dua spesies
anggota Genus Nasalis ini sebenarnya terdiri atas dua subspesies yaitu Nasalis
larvatus larvatus dan Nasalis larvatus orientalis. Nasalis larvatus larvatus
terdapat dihampir seluruh bagian pulau Kalimantan sedangkan Nasalis larvatus
orientalis terdapat di bagian timur laut dari Pu lau Kalimantan.
Binatang yang oleh IUCN Redlist dikategorikan
dalam status konservasi “Terancam” (Endangered) merupakan satwa endemik pulau
Kalimantan. Satwa ini dijadikan maskot (fauna identitas) provinsi Kalimantan
Selatan berdasarkan SK Gubernur Kalsel No. 29 Tahun 1990 tanggal 16 Januari
1990. Selain itu, satwa ini juga menjadi maskot Dunia Fantasi Ancol.
Ø Ciri-ciri dan Habitat Bekantan
Hidung panjang dan besar pada Bekantan (Nasalis
larvatus) hanya dimiliki oleh spesies jantan. Fungsi dari hidung besar pada
bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh seleksi
alam. Kera betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya.
Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai Monyet Belanda.
Bekantan jantan berukuran lebih besar dari
betina. Ukurannya dapat mencapai 75 cm dengan berat mencapai 24 kg. Kera
Bekantan betina berukuran sekitar 60 cm dengan berat 12 kg. Spesies ini juga
memiliki perut yang besar (buncit). Perut buncit ini sebagai akibat dari
kebiasaan mengkonsumsi makanannya yang selain mengonsumsi buah-buahan dan
biji-bijian mereka juga memakan dedaunan yang menghasilkan banyak gas pada
waktu dicerna. Bekantan (Nasalis larvatus) hidup secara berkelompok.
Masing-masing kelompok dipimpin oleh seekor Bekantan jantan yang besar dan
kuat. Biasanya dalam satu kelompok berjumlah sekitar 10 sampai 30 ekor.
2) Biawak (Varanus salvator )
Gambar : Biawak (Varanus salvator )
Ø Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Reptilia
Ordo :
Squamata
Famili :
Varanidae
Genus :
Varanus
Spesies :
Varanus salvator
Ø Deskripsi
Varanus salvator atau yang lebih kita kenal
dengan biawak air adalah hewan sejenis reptile yang hidup di kawasan
tropis habitat biawak antara lain ialah hutan, sungai, rawa , muara,
dan pantai (biawak air asin). Panjang dari kepala sampai
ke ekor bisa mencapai 60cm+ dan berat bisa mencapai 70 kg.
Cara berburu biawak ialah mengintai mangsa
nya ,dan menggigit langsung jika buruannya
kecil, namun jika besar dia akan
menggit dengan satu kali gigitan dan melepaskannya . hewan yang terkena
gigitannya biasanya mengalami inveksi hal itu di
karenakan gigi biawak seperti gergaji yang condong kebelakang.
Hal itu membuat setiap kali biawak memakan buruannya daging
buruan nya akan menyangkut atau tersisa dalam
gigi biawak dan membusuk
dan menjadikan bakteri berbahaya hidup subur
di dalam mulutnya. hal itu lah yang membuat gigitan dan air liurnya
sangat berbahaya.
Cara makan biawak ialah menelan langsung, biawak akan memakan
langsung buruannya jika kecil seperti tikus,ikan,
kadal dan hewan kecil lainnya. Namun jika makanannya besar
yaitu seperti kambing, sapi , kucing dsbg.
Biawak akan menggigit dan mengoyak daging ke kanan dan kiri
sampai mendapatkan daging yang bisa di telan langsung. Pada umumnya biawak
akan memakan buruannya beramai ramai.
Pertahanan
biawak ada 2 yaitu dengan mengandalkan bakteri dalam mulut nya yang digigitkan
ke musuh, dan mengibaskan ekor nya, ekornya adalah salah satu cara
mempertahankan dirinya. Bahaya dari ekor nya ialah karena pada ekor biawak
terdapat tulang-tulanag kecil yang menonjol dan apabila kibasan ekor nya
terkena pada tubuh maka akan terasa sangat perih kekuatan kibasan ekor biwak
usia dewasa sama seperti 3 kali lipat cambuka pria dewasa.
3) Burung Kuntul
Gambar : Burung Kuntul
Ø Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Ciconiiformes
Familia : Ardeidae
Ø Deskripsi
Kuntul Kecil atau dalam nama ilmiahnya Egretta
garzetta berukuran lebih besar daripada Kuntul Kerbau yaitu 55-65 cm dan
memiliki panjang bentangan sayap 88-106 cm. Pada musim kawin, burung ini
mempunyai dua bulu hias putih yang tipis memanjang pada tengkuknya dan lebih
banyak bulu pada punggungnya yang meluas melebihi ekor. Kuntul adalah sebutan
untuk burung dari keluarga Ardeidae. Burung ini berkaki panjang, berleher
panjang, dan tersebar di seluruh dunia.
Burung kuntul sewaktu terbang lehernya membentuk
seperti huruf "s" dan tidak diluruskan, berbeda dengan burung dari
keluarga Bangau (Ciconiidae) dan Ibis (Threskiornithidae) yang meluruskan leher
dan merentangkan kaki-kakinya sewaktu terbang.
Dalam bahasa Melayu, burung dari keluarga
Ardeidae dan Ciconiidae disebut Bangau, sedangkan di Indonesia istilah Bangau
digunakan untuk burung dari keluarga Ciconiidae.
Habitat burung Kuntul di lahan basah, di pantai
atau terumbu karang. Makanan berupa ikan, Katak, dan hewan invertebrata.
Spesies seperti Kuntul kerbau (Bubulcus ibis ) memakan serangga yang berukuran
lebih besar dan tidak terlalu tergantung pada tanah yang berair.
Pada tahun 2005, ilmuwan Kanada yang bernama Dr
Louis Lefebvre mengumumkan metode pengukuran IQ yang berkaitan dengan kebiasaan
makan. Berdasarkan metode ini, burung Kuntul merupakan salah satu burung yang
paling pintar.
Klasifikasi burung Kuntul mengalami kesulitan
karena ada perbedaan pendapat dalam pengelompokan spesies ke dalam dua genus
besar: Ardea dan Egretta.
4) Semut
Gambar : Semut
Ø Klasifikasi
Kerajaan : animalia
Filum :
artropoda
Kelas : insekta
Ordo :
hymenoptera
Upaordo : apokrita
Superfaili : vespoidea
Famili :
formicidae
Ø Deskripsi
Semut merupakan jenis serangga dengan jumlah
spesies dan individu yang sangat besar. Jumlah semut di permukaan bumi terdiri
lebih dari 12.000 spesies, akan tetapi baru sekitar 7600 spesies dari 250 genus
yang telah diberi nama dan dideskripsikan. Keanekaragaman semut yang terbesar
berada di daerah tropis. Semut tersebar luas di seluruh tempat kecuali di
lautan, mulai dari daerah Arctic di utara sampai daerah kutub di selatan (Daly
et al., 1978).
Semut memegang banyak peranan di alam, baik yang
bermanfaat maupun yang merugikan, tergantung pada kondisi lingkungan tempat
hidupnya. Menurut Anonim (1998), semut sangat bermanfaat dalam kehidupan, antara
lain:
1. Sarang semut di tanah membuat udara
dapat masuk ke dalam tanah
2. Beberapa jenis semut memakan serangga
pengganggu (hama)
3. Semut pemakan tanaman membantu
lingkungan dengan memakan tanaman yang mengganggu
4. Semut menyuburkan tanah ketika memproses
makanannya
5. Semut dapat berperan sebagai dekomposer
6. Semut membantu menyebarkan biji-bijian
Gambar :
Tikus
Ø Klasifikasi
Kingdom/Kerajaan :
Animalia
Filum :
Chordata (mempunyai penyokong tubuh dalam)
Subfilum :
Vertebrata (hewan bertulang balakang)
Kelas :
Mammalia (mempunyai kelenjar susu)
Ordo :
Rodentia (hewan pengerat)
Famili :
Muridae (keluarga tikus dunia lama)
Genus :
Rattus
Spesies :
Rattus norvegicus
Ø Deskripsi
Tikus termasuk dalam binatang pengerat (Ordo
Rodentia, rodere : mengerat). Subordo Myomorpha (tikus) merupakan kelompok
terbesar dalam ordo Rodentia. Para ahli hewan sepakat menggolongkan tikus ke
dalam kingdom Animalia, filum Chordata, subfilum Vertebrata, kelas Mammalia,
ordo Rodentia, subordo Myomorpha, famili Muridae, subfamili Murinae, genus
Bandicota, Rattus dan Mus.
Ciri paling utama semua Rodentia adalah
kemampuannya mengerat benda-benda dengan sepasang gigi seri yang besar, tidak
memiliki gigi taring (canina) dan gigi geraham depan (premolar), sehingga
diantara gigi seri dan geraham belakang (molar) terdapat celah yang disebut
diastema, Celah ini berfungsi untuk membuang kotoran yang ikut terbawa bersama
dengan pakannya masuk kedalam mulut. Misalnya benda asing atau serpihan kayu
yang terlapau besar yang mampu membuatnya tersedak akan keluar melalui rongga
yang terdapat antara gigi seri dan gigi gerahamnya. Pada lapisan luar gigi seri
terdapat email yang amat keras, sedangkan bagian dalamnya tanpa lapisan email sehingga
mudah aus. Selisih kecepatan ausnya ini membuat gigi itu selalu tajam. Gigi
seri tersebut tumbuh terus menerus dan untuk mengurangi pertumbuhan gigi seri
yang dapat membahayakan dirinya sendiri, maka tikus selalu mengerat benda
apapun yang ia jumpai. Kekhasan lain pada mulut Rodentia adalah cara
penyaringan makanan yang tidak layak dimakan.
Gambar : Semut rangrang
Ø Klasifikasi
Ordo :
Hymenoptera
Family :
Formicidae
Subfamily :
Formicinae
Genus :
Oechophylla
Species :
Oechophylla smaragdina
Ø Deskripsi
Semut Rangrang ini terkenal karena kemampuanya
membuat sarang yang unik di pucuk pohon. Meskipun tidak memiliki sengat, semut
rangrang juga terkenal gigitannya yang terasa pedas, karena racun yang
dikeluarkanya mampu menyerang saraf. Ukuran tubuh besar memanjang, berwarna
coklat kemerahan atau hijau. Semut ini merupakan serangga sosial, hidup dalam
suatu masyarakat yang disebut koloni.Terdapat dua spesies semut rangrang yaitu
Oecophylla Smaragdina yang tersebar di India, Asia Tenggara sampai Australia
dan Oecophylla Longinoda yang tersebar di benua Afrika.
Semut Jantan
- Ukuran
antara 8-10 mm
- Tubuh
berwarna coklat tua
- Bersayap
Umur jantan dewasa siap kawin antara 64-71 hari,
dan akan mati setelah melakukan perkawinan selama 1-7 hari, dengan menempatkan
sel jantan (sperma) kedalam kantong-kantong penyimpanan pada tubuh
ratu dan calon ratu dewasa.
Ratu
- Ukuran
antara 15-16 mm
- Tubuh
berwarna coklat tua
- Tidak
bersayap
Ratu akan mulai bertelur dalam sarang
dengan suhu 23-27 oC dan Intensitas cahaya sebesar 0,01-0,06 lm/m2
[2]. Tingkat keasaman sarang akan berpengaruh terhadap jenis telur yang akan
ditetaskan.
Calon
Ratu Dewasa
- Ukuran
antara 15-16 mm
- Tubuh
berwarna coklat
- Bersayap
Calon ratu dewasa yang siap/sudah dibuahi
biasanya menempati sarang turunan dalam koloni sebelum akhirnya terbang keluar
sarang, menetap di wilayah baru yang ditandai dengan terlepasnya sayap dan akan
membentuk koloni baru.
Calon Ratu Muda
- Ukuran
antara 15-16 mm
- Tubuh
berwarna hijau kecoklatan
- Bersayap
Apabila dalam koloni terdapat
beberapa sarang turunan, perpindahan sarang yang dilakukan oleh calon ratu muda
biasanya tidak akan diterima oleh semut penghuni sarang tersebut, meskipun
masih dalam satu koloni.
Gambar : belalang hijau
Ø Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Insecta
Ordo :
Orthoptera
family :
Acridididae
Genus :
Oxya
Spesies :
Oxya chinensis
Ø Deskripsi
Belalang adalah serangga herbivora dari sub ordo
Caelifera dalam urutan Orthoptera. Untuk membedakan mereka dari jangkrik semak
atau katydids, mereka kadang-kadang disebut belalang pendek bertanduk. Spesies
yang berubah warna dan perilaku pada kepadatan penduduk yang tinggi disebut
belalang.Sebuah belalang adalah serangga yang menakjubkan yang dapat melompat
20 kali panjang tubuhnya sendiri. Jika Anda atau saya bisa melakukan itu, kita
akan mampu melompat hampir 40 meter!Sebuah belalang tidak benar-benar ‘melompat’.
Apa yang mereka lakukan adalah menggunakan kaki mereka sebagai ketapel.
Belalang bisa melompat dan terbang baik dan mereka dapat mencapai kecepatan 8
mil per jam ketika terbang. Ada sekitar 18.000 spesies yang berbeda dari
belalang.
Belalang adalah media untuk serangga besar.
Panjang dewasa adalah 1 sampai 7 cm, tergantung pada spesies. Seperti
saudara-saudara mereka yang ‘katydids’ dan ‘jangkrik’, mereka telah mengunyah
mulut, dua pasang sayap, satu sempit dan sulit, kaki belakang yang luas dan fleksibel,
dan panjang lainnya untuk melompat. Mereka berbeda dari kelompok-kelompok ini
dalam memiliki antena pendek yang tidak mencapai sangat jauh ke belakang pada
tubuh mereka.
Gambar :
Lalat
Ø Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Insecta
Ordo :
Diptera
family :
Tephiritidae
Genus :
Bachtrocera
Spesies :
Bachtrocera dorsalis complex
Ø Deskripsi
Lalat
merupakan salah satu jenis serangga yang selalu lekat dengan kesan jorok atau
kotor. Hal ini mungkin disebabkan lalat ini suka hinggap di kotoran dan mereka
memperoleh makanan dengan cara memuntahkan air liurnya dan memakannya kembali.
Lalat merupakan sub-ordo dari Diptera. Ia mungkin serupa dengan nyamuk, namun
sebenarnya mereka berbeda. Sama seperti nyamuk, lalat juga merupakan medium
penyebar penyakit yang cukup serius pada manusia. Sebab saat lalat menghinggapi
makanan atau sebuah tempat, maka makanan dan tempat tersebut akan
terkontaminasi dengan kuman sejumlah kurang lebih 125.000. Dalam ilmu biologi,
para ilmuan biasanya mempelajari metamorfosis lalat sebab ia merupakan salah
satu contoh metamorfosis yang sempurna.
Metamorfosis
lalat dimulai dari telur hasil fertilisasi. Lalat memiliki tingkatan jumlah
reproduksi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan serangga lainnya. Selain
itu laju produksinya juga lebih dibandingkan jenis serangga lain. Hal ini
disebabkan kemampuan mereka dalam hal kawin sangat efisien juga efektif
terlebih pada musim kawin. Setelah proses fertilisasi, induk lalat akan
bertelur. Biasanya ia melekatkan telurnya ke dalam sumber makanan misalnya buah
yang hampir busuk. Kemudian perkembangan selanjutnya adalah perubahan telur
menjadi larva.
Sebagai
hewan dengan metamorfosis yang sempurna, lalat melalu jalur hidup: telur -->
larva (larva instar I, larva instar II, dan larva instar III) --> pupa atau
kepompong --> imago atau lalat sempurna. Para ilmuan banyak yang mempelajari
metamorfosis lalat dan ia lazim dijadikan sampel atau contoh dalam sub teori
"Metamorfosis". Adapun jenis lalat yang sering dijadikan objek
pengamatan dalam studi biologi adalah lalat buah.
Gambar :
Kumbang
Ø Klasifikasi
Kingdom
Animalia Linnaeus, 1758
Phylum
Arthropoda Latreille, 1829
Class
Insecta Linnaeus, 1758
Order
Coleoptera Linnaeus, 1758
Family
Coccinellidae Latreille, 1807
Genus
Coccinella Linnaeus, 1758
Species
Coccinella transversalis Fabricius, 1781
Nama
umum: Transverse Ladybird, Transverse Lady Beetle(Inggris)
Ø Deskripsi
Kumbang
koksi adalah salah satu hewan kecil anggota ordo Coleoptera. Mereka mudah
dikenali karena penampilannya yang bundar kecil dan punggungnya yang
berwarna-warni serta pada beberapa jenis berbintik-bintik. Di negara-negara
Barat, hewan ini dikenal dengan nama ladybird atauladybug. Awam menyebut
kumbang koksi sebagai kepik, karena ukurannya dan perisainya yang juga keras,
namun kumbang ini sama sekali bukan dari bangsa kepik (Hemiptera). Serangga ini
dikenal sebagai sahabat petani karena beberapa anggotanya memangsa
serangga-serangga hama sepertikutu daun. Walaupun demikian, ada beberapa
spesies koksi yang juga memakan daun sehingga menjadi hama tanaman.
Kumbang
ini ditemukan di seluruh dunia, terutama di wilayah-wilayah tempat hidup
tanaman yang menyediakan makanannya. Di dunia ini kurang lebih ada sekitar
5.000 spesies dan yang terbesar panjang tubuhnya mencapai hampir 1 cm.
Gambar
: Kupu – Kupu
Ø Klasifikasi
Kingdom:
Animalia
Phylum:
Arthropoda
Class:
Insecta
Order:
Lepidoptera
Superfamily:
Papilionoidea
Family:
Nymphalidae
Subfamily:
Heliconiinae
Tribe:
Acraeini
Genus:
Cethosia
Species:
Cethosia myrina C. & R. Felder, 1867
Ø Deskripsi
kupu-kupu
adalah serangga terbang dari tatanan ‘Lepidoptera’ (urutan serangga dengan
sayap yang luas yang memiliki skala tumpang tindih ). Dalam bahasa Yunani,
‘Lepidoptera’ berarti ‘sayap skala’. Pesanan ini milik super keluarga
Hesperiidae ‘atau’ Skippers ‘seperti yang biasa disebut. ‘Skippers berbeda dari
kupu-kupu dalam bahwa mereka memiliki tubuh lebih tebal, mata yang lebih baik,
otot sayap kuat dan doyan kembali antena.
Kupu-kupu
saja disebut ‘Papilionidae’. Kupu-kupu khas memiliki tubuh ramping, antena
dengan bola kecil di ujung, enam kaki dan empat luas, sayap biasanya
berwarna-warni. Kupu-kupu didistribusikan di seluruh dunia kecuali dalam sangat
dingin dan kering (kering) daerah. Ada sekitar 17.500 spesies kupu-kupu
(Papilionidae) dari sekitar 180.000 spesies Lepidoptera.
Gambar :
Raja Udang
Ø Klasifikasi
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Aves
Ordo:
Coraciiformes
Famili:
Alcedinidae
Genus:
Alcedo
Spesies:
Alcedo euryzona
Ø Deskripsi
Burung
Raja-udang kalung-biru merupakan pemalu yang mendiami daerah di sekitar sungai
berbatu pada hutan hujan tropis hingga hutan mangrove pada ketinggian hingga
1250 meter dpl. Burung pemakan ikan, namun juga mengkonsumsi aneka serangga,
reptil kecil dan udang-udangan di sekitar sungai. Sedangkan suara burung ini
hampir mirip saudara dekatnya, Raja-udang Erasia.
Daerah
sebaran burung ini terbatas di pulau Jawa untuk subspesies Alcedo euryzona
euryzona. Sedangkan untuk subspesies Alcedo euryzona peninsulae bisa dijumpai
di Sumatera dan Kalimantan (Indonesia) serta di Malaysia, Brunei Darussalam,
Thailand, dan Myanmar.
Gambar :
Nyamuk
Ø Klasifikasi
Kingdom :
Animal
Phylum :
Arthropoda
Kelas :
Insecta
Ordo :
Diphtera
Family :
Culicidae
Sub
Family : Anophelini
Genus :
Anopheles
Spesies :
Anopheles sp
Ø Deskripsi
Nyamuk
adalah serangga tergolong dalam order Diptera; genera termasuk Anopheles,
Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta, dan
Haemagoggus untuk jumlah keseluruhan sekitar 35 genera yang merangkum 2700
spesies. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan enam
kaki panjang; antarspesies berbeda-beda tetapi jarang sekali melebihi 15 mm.
Kebiasaan
nyamuk makan cukup unik karena hanya nyamuk betina dewasa yang menusuk manusia
dan hewan lainnya. Sedangkan Nyamuk jantan hanya makan nektar tanaman..Beberapa
nyamuk betina memilih untuk makan hanya satu jenis binatang.Nyamuk betina
mengigit manusia, hewan peliharaan, seperti sapi, kuda, kambing, dan sebagainya;
semua jenis burung termasuk ayam; semua jenis binatang liar, termasuk rusa,
kelinci, dan mereka juga mengigit darah ular, kadal, katak, dll. Kebanyakan
nyamuk betina harus mendapatkan darah yang cukup untuk makan sebelum ia dapat
mengembangkan telur. Jika mereka tidak mendapatkan makanan darah ini, maka
mereka akan mati tanpa meletakkan telur.
Gambar :
Kadal
Ø Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Chordata
Sub
phylum :Vertebrata
Kelas :
Reptilia
Ordo :
Squamata
Subordo :
Lacertilia
Famili :
Scincidae
Genus :
Mabouya
Spesies :
Mabouya multifasciata
Ø Deskripsi
Kadal
merupakan organisme reptil yang berjalan dengan melata, memiliki dua pasang
kaki dan biasanya dapat kita temui di persawahan ataupun di area perkebunan.
Tubuh kadal tertutupi oleh kulit yang kering dengan sisik-sisik zat tanduk
dipermukaannya tanpa danya kelenjar-kelenjar lendir. Warna pada kadal dapat
berbeda-beda berdasarkan lingkungan atau umur kadal itu sendiri.
Kadal
(Mabouya multifasciata) hidup di daerah tanah basah atau lembab. Tubuh kadal
terbagi menjadi tiga bagian yaitu kepala (caput) yang terdiri dari mata, lubang
hidung dan telingga. Badan (truncus) yang terdiri dari telingga hingga kloaka
dan yang terakhir yaitu bagian ekor (cauda) yang memiliki bentuk bulat
meruncing ke ujung. Kadal mempunyai sepasang anggota depan (extrimitas
anterior) dan sepasang anggota belakang (extrimitas posterior). Masing-masing
terdiri atas lima jari dan kuku-kuku yang cocok untuk berlari, mencengkeram,
dan naik ke pohon.
Gambar :
Jangkrik
Ø Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Sub
kingdom : Invertebrata
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Familia : Gryllidae
Genus : Gryllus
Spesies : Gryllus
bimaculatus
Gambar :
Capung
Ø Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Sub
kingdom : Invertebrata
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Neuroptera
Familia : Aeschnidae
Genus : Anax
Spesies : Anax
imperator
Ø Deskripsi
Capung
merupakan serangga yang menarik, memiliki 4 sayap yang berselaput dan banyak
sekali urat sayapnya. Bentuk kepala besar dengan mata yang besar pula. Antena
berukuran pendek dan ramping. Capung ini memiliki toraks yang kuat dan kaki
yang sempurna. Abdomen panjang dan ramping, tidak mempunyai ekor, tetapi
memiliki berbagai bentuk umbai ekor yang telah berkembang dengan baik.
Mata
capung sangat besar dan disebut mata majemuk, terdiri dari banyak mata kecil
yang disebut ommatidium. Dengan mata ini capung mampu melihat ke segala arah
dan dengan mudah dapat mencari mangsa atau meloloskan diri dari musuhnya,
bahkan dapat mendeteksi gerakan yang jauhnya lebih dari 10 m dari tempatnya
berada. Tubuh capung tidak berbulu dan biasanya berwarna-warni. Beberapa jenis
capung ada yang mempunyai warna tubuh mengkilap(metalik).
Kedua
pasang sayap capung berurat-urat. Para ahli capung dapat mengidentifikasi dan
membedakan kelompok capung dengan melihat susunan urat-urat pada sayap.
Masing-masing susunan urat memiliki nama tersendiri.
Kaki
capung tidak terlalu kuat, oleh karena itu capung menggunakan kakiknya bukan
untuk berjalan, melainkan untuk berdiri (hinggap) dan menangkap mangsanya.
Kaki-kaki capung yang ramping itu juga dapat membentuk kurungan untuk membawa
mangsanya. Capung biasa dapat menangkap mangsa dan memakannya sambil terbang,
sedangkan capung jarum makan sewaktu hinggap.
4.2.2.2 Jenis-jenis makhluk hidup Akuatik
Jenis fauna yang
terdapat di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) di Kota Tarakan
bagian akuatik (air):
Gambar : Keong
Ø Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Filum :
Moluska
Kelas :
Gastropoda
Ordo :
Mesogastropoda
Famili :
Ampullariidae
Genus :
Pomacea
Spesies :
Pomacea canaliculata
Ø Deskripsi
Keong memiliki Cangkang berbentuk bulat
mengerut, berwarna kuning keemasan, berdiameter 1,2-1,9 cm, tinggi 2,2-3,6 cm,
dan berat 4,2-15,8 g. keong mas berkembang biak secara ovipar dan menghasilkan
telur. Seekor keong betina mampu bertelur 500 butir dalam seminggu dengan masa
perkembang biakkan selama 3-4 tahun. Keong betelur pada pagi dan sore hari,
telur akan menetas dalam waktu 7-14 hari dan hari ke-60 keong telah menjadi
dewasa dan dapat berkembang biak (Ruslan dan Harianto 2009).
2. Kepiting warna
Ø Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Pilum :
arthropoda
Ordo :
decapoda
Family :
portunidae
Genus :
Scylla
Spesies : Scylla sp.
Ø Deskripsi
Kepiting Warna warni atau uca sp memiliki
perilaku lucu yaitu makan, bertengkar dan kawin semua dilakukan pada waktu yang
Sama. Kepiting ini termasuk kepiting yang berukuran kecil (yang teresar sekitar
2-3 cm) seperti semua epiting uca juga mengalami moulting / berganti cangkang
saat mereka tumbuh.
Gambar
Kepiting Bakau
Ø Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Pilum :
arthropoda
Ordo :
decapoda
Family :
portunidae
Genus :
Scylla
Spesies :
Scylla sp.
Ø Deskripsi
Kepiting, selain untuk menjadi bahan makanan
secara ekologis kepiting juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekosistem
dan memainkan peranan penting di daerah mangrove. Daun yang dimangsa kepiting
dan dikeluarkan dalam bentuk faeces terbukti lebih cepat terurai dibandingkan
dengan daun yang tidak dimangsa. Hal ini menyebabkan proses perputaran energi
berjalan cepat di mangrove. Selain itu, keberadaan lubang-lubang kepiting,
secara tidak langsung mampu mengurangi kadar racun tanah mangrove yang terkenal
anoksik. Lubang-lubang ini membantu terjadinya proses pertukaran udara di tanah
mangrove. Kepiting bakau (Scylla sp) merupakan-satu-satunya spesies dari famili
Portunidea yang memiliki assosiasi yang dekat dengan lingkungan mangrove/hutan
bakau, sehingga dikenal dengan nama kepiting bakau atau mud crab.
4. Kelomang
Gambar : Kelomang
Ø Klasifikasi
Phylum :
Arthropoda
Class :
Crustacea
Sub-class :
Malacostraca
Order :
Decapoda
Infraorder :
Anomura
Family :
Coenobitidae
Genus :
Birgus ; Coenobita
Species :
Birgus latro ; Coenobita brevimanus ; C.clypeatus ; C.cavipes ; C.compressus ;
C.perlatus ; C.purpureus ; C.rubescens ; C.rugosus ; C.scaevola ; C.spinosus ;
C.violascens.
Ø Deskripsi
Pada prinsipnya kelomang terbagi menjadi dua
golongan besar, yaitu kelomang darat atau land hermit crab ( dari Familia
Coenobitidae ) dan kelomang air atau aquatic hermit crab ( dari Familia
Diogenidae & Paguridae ). Banyak orang salah kaprah; hewan laut yang kerap
dijual sebagai “mainan” anak-anak di depan Sekolah Dasar, Taman Kanak-kanak,
pasar tradisional, atau di lokasi wisata pantai ini kerap kali dijuluki
“keong”. Padahal tidaklah demikian halnya. Menurut kamus bahasa Indonesia,
“keong” adalah jenis hewan lunak berkaki perut dan bercangkang tunggal – atau
gastropoda, demikian dalam bahasa Biologinya. Dalam bahasa Inggris, kelomang
dikenal dengan istilah hermit crab. Latar belakang julukan ini adalah
keberadaan kelomang dalam cangkangnya yang mirip seorang pertapa yang sedang
menyendiri dalam sebuah gua. Salah kaprah yang kedua adalah: banyak orang yang
menyangka bahwa cangkang kelomang senantiasa ikut bertumbuh seiring dengan
bertambah besarnya tubuh sang Pemakai ( seperti pada kura-kura atau siput ).
Padahal kenyataannya, cangkang tersebut hanyalah “busana” bagi si Kelomang.
Mengapa mereka harus senantiasa berpakaian ? Tak lain karena bagian belakang
tubuh kelomang darat (abdomen alias perut yang lunak) sangat mudah terluka.
Abdomen tersebut bergelung sesuai perputaran rongga cangkang siput. dan mempunyai
fleksibilitas seperti pegas, sehingga dapat berkontraksi atau memanjang dan
mengerut sesuai keperluan. Bagian bawah perut kelomang juga berfungsi mirip
insang, yaitu untuk menyerap zat asam yang berasal dari cadangan air dalam
cangkang. Saat ini tercatat ada sekitar 13 species kelomang darat. Delapan di
antaranya terdapat dalam wilayah Kepulauan Nusantara.
Ø Deskripsi
Pada prinsipnya kelomang terbagi menjadi dua
golongan besar, yaitu kelomang darat atau land hermit crab ( dari Familia
Coenobitidae ) dan kelomang air atau aquatic hermit crab ( dari Familia
Diogenidae & Paguridae ). Banyak orang salah kaprah; hewan laut yang kerap
dijual sebagai “mainan” anak-anak di depan Sekolah Dasar, Taman Kanak-kanak,
pasar tradisional, atau di lokasi wisata pantai ini kerap kali dijuluki
“keong”. Padahal tidaklah demikian halnya. Menurut kamus bahasa Indonesia,
“keong” adalah jenis hewan lunak berkaki perut dan bercangkang tunggal – atau
gastropoda, demikian dalam bahasa Biologinya. Dalam bahasa Inggris, kelomang dikenal
dengan istilah hermit crab. Latar belakang julukan ini adalah keberadaan
kelomang dalam cangkangnya yang mirip seorang pertapa yang sedang menyendiri
dalam sebuah gua. Salah kaprah yang kedua adalah: banyak orang yang menyangka
bahwa cangkang kelomang senantiasa ikut bertumbuh seiring dengan bertambah
besarnya tubuh sang Pemakai ( seperti pada kura-kura atau siput ). Padahal
kenyataannya, cangkang tersebut hanyalah “busana” bagi si Kelomang. Mengapa
mereka harus senantiasa berpakaian ? Tak lain karena bagian belakang tubuh
kelomang darat (abdomen alias perut yang lunak) sangat mudah terluka. Abdomen
tersebut bergelung sesuai perputaran rongga cangkang siput. dan mempunyai
fleksibilitas seperti pegas, sehingga dapat berkontraksi atau memanjang dan mengerut
sesuai keperluan. Bagian bawah perut kelomang juga berfungsi mirip insang,
yaitu untuk menyerap zat asam yang berasal dari cadangan air dalam cangkang.
Saat ini tercatat ada sekitar 13 species kelomang darat. Delapan di antaranya
terdapat dalam wilayah Kepulauan Nusantara.
Gambar : Ular laut
Ø Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum :
Chordata
Upafilum :
Vertebrata
Kelas :
Reptilia
Ordo :
Squamata
Upaordo :
Serpentes
Famili :
Elapidae
Ø Deskripsi
Ular laut terdiri dari banyak jenis (salah satu
di antaranya Erabu) dan kesemuanya merupakan ular yang memiliki racun yang
sangat kuat.Ada sebuah teori yang menyatakan bahwa asal mula ular laut di dunia
berasal dari pulau Borneo (Kalimantan) Indonesia. Ular laut tersebut pada
mulanya adalah ular Welang biasa yang hidup di pantai Pulau Borneo dan kemudian
mulai masuk ke laut lepas untuk mencari ikan dan berevolusi dengan
lingkungannya hingga menjadi ular laut yang kita kenal sekarang ini.
Ular laut umumnya hidup terbatas di laut-laut
tropis, utamanya di Samudra India dan sebelah barat Samudra Pasifik. Salah satu
jenis ular laut, yaitu ular perut kuning (Pelamis platurus) ruang hidupnya
bahkan mencapai bagian timur Samudra Pasifik. Sedangkan ular zaitun (Aipysurus
laevis) lebih banyak hidup di karang-karang.
Bisa ular laut sangat kuat karena memiliki
kekuatan 30 kali bisa ular Cobra da mengandung bisa yang lengkap seperti
layaknya jenis-jenis ular elapidae. Meskipun memiliki racun sangat sangat kuat,
ular laut jarang menggigit manusia dikarenakan mulutnya yang sangat kecil
dibandingkan dengan jenis ular lainnya. Biasanya manusia akan tergigit ular
laut di daerah ujung jari. Ular ini tidak dapat menggigit manusia di lengan,
kaki, atau bagian tubuh lainnya karena mulutnya yang kecil tersebut. Meskipun
demikian, ular laut tetap merupakan ancaman bagi para nelayan dan penyelam
karena racunnya yang sangat kuat. Pada beberapa kasus gigitan ular laut pada seorang
penyelam, penyelam yang berusaha memegang dan tergigit oleh ular laut dapat
mengalami kegagalan fungsi jantung dan meninggal sebelum sempat mencapai
permukaan air.Oleh karena itu, kita tidak perlu takut berlebihan terhadap ular
laut, akan tetapi kita perlu tetap waspada pada saat memancing, menyelam, atau
berada di pantai.
Gambar : Tempakul (Periothalamus sp)
Ø Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Actinopterygii
Ordo :
Perciformes
Famili :
Gobiidae
Subfamili :
Oxudercinae
Genus :
Periothalamus
Spesies :
Periothalamus sp.
Ø Deskripsi
Periothalamus sp. atau yang biasa disebut ikan Tempakul
adalah jenis ikan yang bisa merangkak naik ke darat atau bertengger
pada akar-akar pohon bakau. Karena kemampuan inilah ikan tempakul disebut juga
ikan glodok. Ikan ini hidup di zona pasang surut di lumpur pantai yang ada
pohon-pohon bakaunya.
7. Temberungun
Gambar : Temberungun
Ø Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Molluska
Kelas :
Gastropoda
Order :
Pulmonata
Famili :
Achanidae
Genus :
Achatina
Species : Achatina sp.
Ø Deskripsi
Nama Gastropoda berasal dari bahasa Latin gaster
yang berarti perut dan podos yang berarti kaki, jadi, gastropoda
berarti kelompok hewan invertebra, bertubuh lunak, yang berjalan dengan perut
sebagai alat gerak atau kakinya. Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan
pipih pada bagian ventral tubuhnya.Gastropoda bergerak lambat menggunakan
kakinya.
Hewan ini ada yang hidup di darat, air tawar,
maupun air laut. Anggota kelas ini adalah yang terbesar dari fillum Mollusca,
yaitu sekitar 35.000 – 50.000 spesies, yang masih hidup dan sekitar 15.000
jenis yang telah menjadi fosil. Karena jenis Gastropoda ini sangat banyak, maka
hewan ini mudah ditemukan.
Bentuk cangkangnya bermacam-macam seperti
tanduk, berduri, atau menjari. Namun ada pula Mollusca yang tidak mempunyai
cangkang, misalnya siput telanjang (Vaginula), jenis ini ada yang hidup di laut
dan ada pula yang hidup di darat.
Gerakan Gastropoda disebabkan oleh
kontraksi-kontraksi otot seperti gelombang, dimulai dari belakang menjalar ke
depan. Kaki bagian depan memiliki kelenjar untuk menghasilkan lendir yang berfungsi
untuk mempermudah berjalan, sehingga jalannya meninggalkan bekas. Hewan ini
dapat bergerak secara mengagumkan, yaitu memanjat ke pohon tinggi atau memanjat
ke bagian pisau cukur tanpa teriris.
Pada bagian kepala siput terdapat sepasang
tentakel (sungut) panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada tentakel panjang,
terdapat bintik mata. Mata ini hanya berfungsi untuk membedakan gelap dan
terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai indera peraba dan
pembau.
Pernafasan bagi Gastropoda yang hidup di darat
menggunakan paru-paru, sedangkan Gastropoda yang hidup di air, bernafas dengan
insang.
Gastropoda umumnya pemakan tumbuh-tumbuhan atau
disebut hewan herbivora. Meskipun ada juga yang hidup
sebagai omnivora dan karnivora predator contohnya siput yang ada di
laut (Conesnail). Beberapa contoh siput darat adalah bekicot (Achatina fulica)
dan Helix pomatia (siput kebun).
Sistem pencernaan dimulai dari mulut yang
dilengkapi dengan rahang dari zat tanduk. Di dalam mulut terdapat lidah parut
atau radula dengan gigi-gigi kecil dari kitin, yang berfungsi untuk memakan
daun. Lidahnya relatif panjang dan sempit. Hewan ini memiliki kelenjar ludah di
kiri kanan tembolok dan sebuah hati yang terhubung dengan lambung yang terletak
di bagian atas rumahnya Selanjutnya terdapat faring yang berotot, esofagus,
tembolok tipis, lambung yang bulat, usus halus yang berkelok-kelok, dan
berakhir di anus.
Alat ekskresi berupa sebuah ginjal yang terletak
dekat jantung. Hasil ekskresi dikeluarkan ke dalam rongga mantel.
Sistem respirasi dan sirkulasi menggunakan
paru-paru yang disebut pulmonata, yaitu jaringan di luar dinding luar mantel
tempat udara keluar dan masuk. Sistem peredaran darah adalah sistem peredaran
darah terbuka. Jantung terdiri dari serambi dan bilik (ventrikel) yang terletak
dalam rongga tubuh. Darah yang mengumpul dalam tubuh dan udara dari paru paru
dipompa oleh jantung lewat arteri dalam kepala, kaki, dan organ dalam tubuh.
Sistem saraf terdiri atas tiga buah ganglion
utama yakni ganglion otak (ganglion cerebral), ganglion visceral atau ganglion
organ-organ dalam dan ganglion kaki ( pedal). Ketiga ganglion utama ini
dihubungkan oleh serat saraf longitudinal, sedangkan serat saraf longitudinal
ini dihubungkan oleh saraf transversal ke seluruh bagian tubuh. Di dalam
ganglion pedal yang berada di bawah kaki, terdapat statokis (
statocyst) yang berfungsi sebagai alat keseimbangan. Sedangkan struktur peraba
terdapat dalam lapisan epidermis kepala dan kaki.
Gastropoda mempunyai alat reproduksi jantan dan
betina yang bergabung atau disebut juga ovotestes. Di ovotestes inilah
dihasilkan sprema dan ovum. Gastropoda adalah hewan hemafrodit, tetapi tidak
mampu melakukan autofertilisasi, karena masaknya sperma dan ovum tidak
bersamaan. Setelah fertilisasi yang terjadi di hewan betina, maka selanjutnya
hewan betina akan mengeluarkan telur yang telah dibuahi dan biasanya diletakkan
dalam lubang tanah sampai menetas dan akan berkembang menjadi dewasa.
Secara perlahan membentuk gerakan seperti riak
dari kaki yang memanjang. Cangkang gastropoda terdiri dari tiga lapisan, yaitu
periostrakum yang tipis, prismatik yang mengandung kalsium karbonat, dan
nakreas yang mengkilat. Sebagian yang hidup di darat tidak memiliki insang
khusus sehingga untuk bernapas menggunakan lapisan rongga mantel yang berfungsi
sebagai paru-paru dan dapat mempertukarkan udara pernapasan dengan udara luar.
Contoh gastropoda antara lain : bekicot (Achatina fulica) dan Nudibranchia (sea
slug).
8. Kerang Kapah
Gambar : Kapah
Ø Klasifikasi
Filum :
Mollusca
Kelas :
Bivalvia
Sub Kelas : Heterodonta
Ordo :
Veroida
Famili :
Corbiludae
Genus :
Polymesoda,
Spesies :
Polymesoda erosa
Ø Deskripsi
Spesies ini banyak dijumpai didaerah
Indo-Pasifik. Kerang kepah secara umum disebut Geloina erosa dan mempunyai nama
taxon Polymesoda erosa. Secara morfologi kerang kepah mempunyai bentuk cangkang
seperti piring atau cawan yang terdiri dari dua katub yang bilateral simetris,
pipih pada bagian pinggirnya dan cembung pada bagian tengah cangkang, bentuk
cangkang yang equivalve atau berbentuk segitiga yang membulat, tebal, flexure
jelas mulai dari umbo sampai dengan tepi posterior. kedua katub dihubungkan
oleh hinge ligamen dan dengan bantuan otot aduktor berfungsi untuk membuka atau
menutup cangkang. Secara morfologis cangkang berfungsi untuk melindungi organ
tubuh bagian dalam yang lunak dari serangan predator dan faktor lingkungan yang
lain. Sedang fungsi lainnya adalah untuk mengatur aliran air secara tetap
melalui insang untuk pertukaran udara dan pengumpulan makanan.
Kerang kepah termasuk salah satu jenis kerang
yang hidup di dalam lumpur pada daerah estuaria, di hutan mangrove air payau
dan di sungai-sungai besar. Umumnya kerang kepah hidup pada substrat yang
berlumpur dan substratnya mengandung 80 – 90% pasir kasar berdiameter lebih
dari 40 mikrometer. Substrat bersifat asam dengan pH antara 5,35 – 6,40 serta
bergaram. Kerang kepah umumnya terdapat pada zona infralitoral dan sicalitoral
pada daerah beriklim sedang dan daerah trofis.
9. Keong
Gambar : Keong
Ø Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Filum :
Moluska
Kelas :
Gastropoda
Ordo :
Mesogastropoda
Famili :
Ampullariidaa
Genus :
Pomacea
Spesies :
Pomacea canaliculata
Ø Deskripsi
Gastropod kecil berukuran antara 2 - 5 mm dengan
bagian luar cangkang berwarna merah cerah atau merah kecoklatan. Cukup sering
ditemukan pada area mangrove dengan substrat lumpur atau lumpur-pasir.
10. Udang Putih/vannamei (litopenaeus vannamei)
Gambar : Udang Putih
Ø Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Subkingdom :
Metazoa
Filum :
Arthropoda
Subfilum :
Crustacea
Kelas :
Malacostraca
Subkelas :
Eumalacostraca
Superordo :
Eucarida
Ordo :
Decapoda
Subordo :
Dendrobrachiata
Famili :
Penaeidae
Genus :
Litopenaeus
Spesies :
Litopenaeus vannamei
Ø Deskripsi
Udang Vannamei, atau yang sering juga disebut
udang putih oleh masyarakat umum, adalah jenis udang yang sedang semarak
dibudidayakan oleh masyarakat hampir di seluruh Indonesia, ternyata adalah
jenis udang yang berasal dari Pantai Pasifik Barat Amerika Latin, untuk pertama
kalinya dikenalkan pada tahun 1970 di Tahiti. Lalu dibudidayakan secara
intensif di Hawai (Utara Barat pantai Pasitik), South Carolina (pantai timur
Atlantik), Texas (teluk Meksiko), Belize, Nikaragua, Kolombia, Venezuela, dan
Brazil. Sebenarnya udang Vannamie telah diperkenalkan ke benua Asia pada tahun
1978-1979, tetapi baru diperkenalkan secara komersial di Indonesia pada tahun
2001. Dan berdasarkan data dari South East Asian Fisheries Development Centre
(SEAFDEC) pada tahun 2005, menyebutkan bahwa Indonesia memiliki 419.282 Ha
tambak air payau dan sekitar 913.000 Ha lahan yang berpotensi untuk tambak.
11. Kerang tudai/ Anomalocardia squamosa (Veneridae)
Gambar : Kerang Tudai
Ø Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phlyum : Mollusca
Class : Bivalvia
Order : Veneroida
Family : Veneridae
Genus : Anomalocardia
Species : A.
squamosa
Generic
Name : Bivalves
Ø Deskripsi
Termasuk jenis kerang kecil yang lebih umum
ditemukan pada perairan depan mangrove yang bersubstrat pasir atau
lumpur-pasir.
12. Ikan Julung-Julung
Gambar : ikan julung – julung
Ø Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Chordata
Class :
Actinopterygii
Order :
Beloniformes
Family :
Hemiramphidae
Genus :
Hemiramphus
Spesies :
Hemiramphus far
Ø Deskripsi
Ikan julung-julung adalah salah satu ikan air
laut. Panjang total maksimal 45.0 dan panjang total pada umumnya 30.0 cm. ikan
ini berkembang biak di muara sungai. Makanan ikan ini berupa rumput
laut, ganggang hijau dan diatom. Ikan ini banyak ditemukan di daerah pantai
yang kaya akan vegetasi.
Ikan ini ditangkap dengan jaring
deepnet dan dragnet. Spesies ikan ini dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi, dan
kadang sebagai umpan menangkap ikan yang lebih besar. Ikan ini biasanya
ditemukan pada perairan yang kaya akan rumput laut, ganggang hijau dan diatom.
Ø Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata (mempunyai penyokong tubuh dalam)
Subfilum :
Verterbata (hewan bertulang balakang)
Kelas :
Reptilia (hewan melata)
Ordo :
Crocodilia (kadal besar : buaya, caiman dan gharial)
Famili :
Crocodilidae (keluarga buaya)
Genus :
Crocodilus
Spesies :
Crocodilus porosus
Ø Deskripsi
Buaya muara berbeda dengan buaya lain yaitu
sisik belakang kepalanya yang kecil atau tidak ada, sisik dorsalnya bertunas
pendek berjumlah 16-17 baris dari depan dank e belakang biasanya 6-8 baris.
Buaya muara memiliki ukuran yang lebih besar disbanding buaya air tawar yaitu
pada rahangatas dan bawah serta ukuran gigi. Mereka memiliki warna yang bervariasi
dari warna abu-abu hingga hijau tua terutama pada buaya dewasa, sedangkan buaya
muda berwarna lebih kehijauan dengan bercak hitam dan belang pada ekornya.
Pejantan dapat tumbuh hingga 7 meter (23 kaki), namun sebagian besar adalah
krang dari 5 meter. Betina biasanya memiliki panjang kurang dari 4 meter dan
dapat muai bertelur dan membuat sarang sekitar 12 tahun. Maksimum jangka hidup
diperkirakan bahwa mereka dapat hidup setidaknya 70 sampai 100 tahun. Buaya
jenis ini menempati habitat muara sungai, kadang dijumpai di laut lepas. Tubuh
Crocodilia memiliki sisik tebal dari keratin dan diperkuat dengan lempengan
tulang yang disebut skuta sebgai pelindung.Sisik rontok satu persatu tidak
seperti ular.Buaya memiliki ekor tebal berotot. Kaki depannya berjari lima,
sedangkan kaki belakang berjari emapat sebagian berselaput untuk berenang.
Lubang hidung terletak di ujung moncongnya yang memungkinkan untuk bernapas
saat di dalam air. Cor (jantung) buaya semua sekat sudah sempurna, jadi jantung
terbagi menjadi empat ruang yang sempurna yaitu atrium dekster, atrium
sinister, ventrikel dekster dan ventrikel sinister. Oleh karena sekat sudah
sempurna dan vaskularisasi organ digesti dari cabang arkus aorta sinister
berpangkal dari ventrikel dekster yang mengandung darah venosus, maka
diperlukan lubang penghubung yang disebut foramen Panizzae, lubang tersebut
memungkinkan darah arteriel yang berasal dari ventrikel sinister mengalir
menuju organ digesti. Buaya merupakan hewan berdarah dingin yaitu suhu tubuhnya
bergantung pada suhu lingkungan atau poikiloterm. Untuk mengatur suhu tubuhnya,
reptil melakukan mekanisme basking yaitu berjemur di bawah sinar matahari.
14. Ikan belanak
Gambar : anak ikan belanak
Ø Klasifikasi
Ordo :
Perciforines
Famili :
Mugilidae
Genus :
mugil
Spesies :
Mugil belanak
Ø Deskripsi
Ikan belanak memiliki lima buah
sirip, yaitu sirip punggung (pinnae dorsalis), sirip dada (pinnae pectoralis),
sirip perut (pinnae ventralis), sirip dubur (pinnae analis) dan sirip ekor
(pinnae caudalis). Sirip punggung pendek dan tegak dan sirip
dubur pendek dan tegak. Sirip ekor mendatar dan berada di belakang..
Linea lateralisnya lurus. Habitat : air laut.
15. Teritip
Gambar : Teritip
Ø Klasifikasi
Class :
Gastropoda
Sub
Class :
Orthogastropoda
Ordo :
Vetigastropoda
Super
Family : Pleurotomarioidea
Family :
Haliotidae
Genus :
Haliotis
Species :
Haliotis asinine
Ø deskripsi
Teritip adalah hewan laut yang ketika dewasa
menghabiskan seumur hidupnya di tempat yang sama. Teritip biasanya melekat pada
udang, lobster, kepiting, paus, bahkan batu. Semua spesies teritip memiliki
cangkang. Teritip cenderung lebih suka hidup di perairan dangkal dan pasang
surut.
Teritip muda melayang dan berenang di dalam air.
Ketika teritip mencapai tahap dewasa, hewan ini akan menempel pada benda padat
dalam air. Teritip biasanya akan menempelkan dirinya ke batu atau bagian bawah
kapal. Bahkan bisa saja ia menempelkan tubuhnya ke tubuh makhluk laut lain,
seperti paus.
Ada sekitar 1.220 jenis teritip yang diketahui
hingga kini. Beberapa di antaranya bisa tumbuh hingga sepanjang 75 cm. Teritip
lainnya hanya berukuran kurang dari 2,5 cm. Teritip hidup di lautan di seluruh
belahan dunia.
Seekor teritip memiliki antena tipis yang
disebut cirri. Teritip akan memanjangkan cirri tersebut melalui lubang di
cangkangnya. Ia menggunakan cirri untuk menangkap makanan. Makan teritip berupa
plankton yang terdiri atas makhluk hidup kecil yang melayang-layang bersamaan
dengan arus laut. Cirri itulah yang digunakan teritip untuk menjaring plankton
masuk ke mulutnya.
BAB
VI
Penutup
6.1 Kesimpulan
Hutan
mangrove KKMB di Tarakan merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik
dan khas, terdapat di daerah pasang surut di wilayah pesisir, pantai, dan
merupakan potensi sumberdaya alam yang sangat potensial. Di mangrove terdapat
berbagai jenis flora dan fauna diantaranya fauna seperti bekantan, owa-owa,
siput hijau, ular, kepiting warna warni dll, selain fauna terdapat juga
bermacam jenis flora diantarnya api api, bakau, bius, waru dll.
Di hutan
mangrove juga terjadi simbiosis baik yang bersifat mutualisme, parasitisme
serta komensalisme. Selain itu terdapat juga rantai makanan seperti yang telah
dijelaskan diatas. Selain itu kita dapat membedakan hewan insitu dan eksitu
yang terdapat di KKMB. Dan yang tak kalah penting yaitu upaya melestarikan mangrove
dan makhluk hidup di dalamnya agar tidak terjadi kepunahan.
6.2 Saran-Saran
Kami menyandari
bahwa pada laporan yang kami buat jauh dari kesempurnaan maka itu kritik dan
saran yang membangun dibutuhkan untuk perbaikan pembuatan ataupun penyusunan
laporan selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://doddyestiara74.blogspot.co.id/2012/10/klasifikasi-ilmiah-lalat.html
http://semutkrangkang.blogspot.co.id/p/krangkang.html
http://www.belajarbagus.com/2015/06/klasifikasi-capung.html
http://waroeng-klasifikasi.blogspot.co.id/2013/12/klasifikasi-tikus-got.html
http://doddyestiara74.blogspot.co.id/2012/10/klasifikasi-ilmiah-kupu-kupu.html
http://rijulbio.blogspot.co.id/2011/04/klasifikasi-ulat-bulu.html
http://informasikesling.blogspot.co.id/2015/05/klasifikasi-dan-daur-hidup-nyamuk-culex_10.html
http://uhanbiosintang.blogspot.co.id/2013/03/klasifikasi-semut-hitam-semut-ireng.html
http://belajarbiologi.com/2014/06/klasifikasi-laba-laba-armadeira.html#
http://www.academia.edu/8449820/KUMBANG
https://id.wikipedia.org/wiki/Bangau
http://belajarbiologi.com/2014/06/klasifikasi-belalang-kayu.html#
http://www.artikelsiana.com/2015/03/aves-arti-ciri-ciri-klasifikasi-peranan-aves.html
http://hendra-aquacultur.blogspot.co.id/2014/04/klasifikasi-dan-morfologi-kepiting-bakau.html
http://bagusrn-fpk09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35354-Bahan%20Kuliah-Mengenal%20Kepiting%20Kecil%20yang%20Ada%20di%20Pantai.html
http://rahayuseptia.blogspot.co.id/2012/01/tentang-ikan-cucut.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Mujair
https://id-id.facebook.com/permalink.php?story_fbid=612208582243967&id=177691502362346&substory_index=0
http://ekowahyudisp.blogspot.co.id/2013/11/deskripsi-dan-klasifikasi-keong-mas.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kelomang
0 komentar:
Posting Komentar